Friday, December 31, 2010

Bagai Rumput yang Tak Bergoyang

‘Tulisan rumput’ ujar seorang teman padaku. Mengistilahkan bentuk tulisan sebuah klan yang sudah amat sangat familiar. Dokter. Walaupun tidak mengatakan secara langsung, tapi setidaknya itulah yang saya tangkap.

Sepertinya saya setuju. Walau saya masih menjadi mahasiswa. Seorang calon dokter. Boleh juga disebut dokter muda. Tapi, itu adalah tulisan calon para sejawat saya kelak.

“gimana? bagus tulisannya? Itu tulisan para sejawat kalian loh kalau kalian sudah lulus nanti.”

Komentar seorang farmasian pada kami sambil menunjukkan sebuah kertas. Kertas kecil yang penuh dengan coretan pulpen tak benyawa. Tulisan yang bisa mengantarkan kesembuhan jika Allah menghendaki. Tapi. Ternyata tidak sembarang orang yang mampu membacanya. Argh..sepertinya mereka ini punya keterampilan supranatural ya.. sampai-sampai lihai sekali membacanya. Sedang kami, rasanya sampai bercucuran otak ini mau meleleh, tetap saja tak kuasa membacanya. Serangkaian tulisan rumput dalam secuil kertas yang tak ada seperempatnya dari kertas A4. Benar-benar seperti rumput yang tak bergoyang.

Terasa betul susahnya membaca tulisan itu. Wajar. Jika banyak kesalahan dalam pemberian obat. Wajar. Jika dosisnya menjadi tak sesuai. Wajar. Jika banyak penggunaan obat yang tidak sesuai. Wajar. Jika apotek-apotek malas menerima resep yang seperti itu. Wajar. Jika justru malah terjadi ketidakpuasan pasien. Wajar. Jika malah bukan kesembuhan yang terjadi, melainkan efek berlawanannya. Wajar. Semua menjadi wajar.

Kemudian, dia bercerita lagi, tentang pengalaman-pengalamannya dengan tumpukan kertas yang selalu datang padanya setiap harinya. Menumpuk dalam ruang kerjanya.

“ya..salah satu tugas kami adalah memabaca tulisan-tulisan tersebut dan anggap saja kami mendapatkan rejeki dari situ.”

Ujarnya pada kami. Seolah itu merupakan sebuah tugas utama mereka disamping tugas lainnya dalam menyediakan apa-apa yang tertera dalam kertas kecil tersebut.

.Ironi.

Wednesday, December 29, 2010

Secuplik Kisah: "Injeksi!"

“Aku sudah dewasa! Aku bukan lagi seorang anak-anak! Aku benci dianggap anak-anak terus! Aku ingin merantau!!”

Seorang tua setengah baya, memojokkan diri, mencari ketenangan, membuncahkan buliran air mata itu.

Mungkin hatinya sedang mencari-cari sendiri kesalahan-kesalahan apa yang telah diperbuat.

“Apa salahku? Kenapa ini yang terjadi. Aku hanya ingin yang terbaik untuknya. Aku tak mau membiarkannya kembali masuk lagi ke dalam jurang yang lebih dalam lagi. Tapi, kenapa jadinya seperti ini.”

Aku, hanya bisa menatap lesu. Melihat seorang tua setengah baya itu menangis menjauh. Aku, adalah penonton yang hanya bisa iba. Bukan dia, dia yang tampak layu dengan guratan tak berdaya pada wajahnya. Bukan dia, dia yang sedang tak kuasa menahan perih cobaan ini. ‘Tes..’ akhirnya.. jatuh juga air itu dari matanya yang menanar.

“Umurmu berapa? Kenapa kamu? Merasa sudah sangat dewasa kah?”



“aku bukan anak-anak lagi, aku sudah dewasa, aku ingin merantau kembali ke Sumatra. Bertemu Endri yang ntah sekarang sedang apa.”



“begitukah sikap seorang yang dewasa? Membentak orang tuamu yang telah membesarkanmu dengan sekuat tenaga? Begitukah yang namanya dewasa? Diminta untuk tidak merokok dulu, tapi tetap menyalakan api. Diminta duduk dulu, malah jalan-jalan merusuh sekitar. Diminta tenang, malah ngamuk-ngamuk dan kabur seperti itu.”

“orang tuamu itu sayang padamu. tidak mungkin menjerumuskanmu ke dalam hal yang merugikanmu. Bagaimana orang tua mu bisa melepasmu merantau, sementara kamu sendiri tidak bisa memegang kepercayaan yang orang tua mu berikan!”

“sudah dikasih kepercayaan, dikasih kesempatan untuk merantau. Tapi, tidak digunakan dengan baik, malah mabuk-mabukkan di sana. Itukah yang namanya dewasa?”

“janganlah seperti itu.. tenanglah dulu.. bicara baik-baik.. kalau tadi tidak bertingkah, kita tak perlu mengikatmu.. kalau tadi bisa tenang, kita tidak perlu memaksamu untuk bisa tertidur.”



“bukakan ikatan saya.. bukakan ikatan saya.. Bukakan ikatan saya.. saya tidak mau disuntik dan tinggal di sini lagi..”




“injeksi!”



Hening..

Membuat suara geretan tempat tidur itu semakin terdengar jelas..


Diazepam telah bekerja dalam pembuluh-pembuluh darahnya, mengalir dalam aliran vena, menyebar ke seluruh tubuhnya, membawanya ke dalam ketenangan mimpinya, dalam tidurnya yang tenang.

Obat anti psikotik yang telah ditegaknya 2 minggu ini, belum juga berefek pada perubahan tingkahnya. Alkohol dalam tubuhnya telah merusak sistem tubuhnya. Alkohol itu telah menjadi barier bagi obat-obat antipsikotik ini. Alkohol ini menjadikan pawang permusuhan antara tubuh dan obat antipsikotik yang seharusnya bisa menenangkan kelabilan jiwanya.

Saturday, December 25, 2010

Skenario Indah

"syukur kan semakin terasa, ketika skenario berat mengiringi hidup kita"

terima kasih ya Allah..
atas segala hikmah yang Kau beri pada hidupku..
terima kasih atas segala hal yang Kau ajarkan padaku, mengenai hidup ini..
melalui segala cobaanMu..
dan segala skenarioMu Yang Maha Agung..

serta dengan pertolonganMu lah semuanya akan terasa mudah..
Syukurku padaMu, ya Allah..
ku kan selalu percaya,
dan tak akan pernah ragu..
semua yang dariMu.. itu adalah yang terbaik..
maka segalanya harus dihadapi dengan bijak..

Sunday, December 12, 2010

Kangen Masa Itu..

Jum’at kemarin, kami kembali merekam sejarah yang pernah kita lalui dahulu kala. Seneng sekali rasanya, karena kemarin mengingatkan kami akan masa itu. Masa-masa penelitian yang sangat memorable dalam hidup kami semua!!

Ceritanya, dosen pembimbing penelitian kami kan masih melanjutkan penelitian yang lebih spesifik dan menyeluruh dengan alat yang lebih canggih lagi di Negeri Kincir Angin sana. Ternyata dari sekian banyak data yang banyak ini, ada data yang miss! Belum dilengkapin kuesionernya. Waduh.. ko iso?

Ini semua karena kedudulan, kemalasan serta sifat penunda-nunda yang dimiliki oleh kami. Sebenarnya awalnya data ini belum dilengkapi karena waktu itu sudah hampir malam dan hujan, akhirnya pencarian data dihentikan. Tapi, ternyata eh ternyata, setelah itu kami lupa untuk kembali ke tempat itu, terus dan terus saja kami tunda, sampai akhirnya... hasil swab anak ini adalah bakteri yang dicari dalam penelitian. Mau g mau, si ibu jadi ngeh kalo ternyata anak ini kok datanya tidak lengkap. Akhirnya beliau tanyakan pada saya, kebetulan saya yang ditanggunjawabi untuk pendataan data kuesioner. Bingung lah aku waktu itu, udah g inget kalo itu adalah anak yang  ditunda-tunda dahulu kala. Yap, dahulu kala, rasanya sudah hampir setahun yang lalu.

Aku pun menanyakannya pada anak-anak lain, dan jawabannya sama, “g liat tuh” (karena semuanya g mau susah, akhirnya jawabannya cuma gtw). Saya yang bingung, bagaimana bilangnya, akhirnya saya pun hanya bisa bilang gtw. Beberapa hari kemudian email balasan pun masuk, dan mengatakan bahwa beliau membutuhkan data itu dan meminta untuk dicari lagi dengan baik dan diinget-inget kemanakah gerangan si data. Waduh, aku makin g enak. Akhirnya coba kutelisiki satu per satu, mulai dari kode tersebut ada di wilayah mana, siapa yang bertanggung jawab dalam perekapan data ke komputer untuk kode tersebut, dan ditelusur-telusur lagi, akhirnya ketemu jawabannya. Ini kan anak yang dahulu kala datanya belum dilengkapi. Ini semua juga atas bantuan teman-teman lain untuk memecahkan masalah ini, itupun karena request sang dosen untuk diselidiki lagi, kalau tidak mungkin kami akan cuek. Haha.

Senang tidak ketulungan waktu itu, setidaknya rasa tidak enak kami terobati. Setelah ditanyakan kepada teman saya yang katanya dulu akan kembali lagi untuk melengkapi kuesionernya itu, dia juga bingung. Tapi, untungnya dia ini orientasi tempatnya amat sangat baik sehingga kami tidak khawatir, setidaknya dia pasti tau lokasi ancang-ancangnya. Dengan hanya berbekal satu nama panggilan, ancang-ancang usia (dibawah 5 tahun), dan ancang-ancang tempat yang lingkupnya satu RW, hujan-hujan, kami telusuri rumah demi rumah menanyakan pada penghuninya, adakah yang mengenal dan mengetahui keberadaan anak yang kami cari itu. Orang-orang pasti bertanya, “nama orang tuanya siapa? Kalo ada nama orang tua lebih gampang nyarinya mba” atau “alamatnya? RT mana?”, dan kesemuanya tidak bisa kami jawab! Temanku langsung nyeletuk, “seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami!” Haha. Setuju!! Tapi kami dengan senang hati melakukannya karena kami ingat betapa besar bantuan dan bimbingan yang telah diberikan dosbing kami dulu, rasanya yang kami lakukan ini belum ada apa-apanya.

Kami sempat terpisah, dan setelah berkumpul lagi, tiba-tiba, teman saya ini, bilang, “ketemu!” ayo naik, kita ke rumahnya sekarang. Hedeh! Ko bisa? Padahal dia nyari sendirian, dan kami bertiga udah mendatangi banyak rumah bahkan sampe dianterin ke rumah salah satu ketua RT di RW tersebut yang juga merupakan kader Posyandunya, tapi itu pun tidak berhasil. Ternyata teman saya ini melihat anak yang dulu dia ambil datanya, kemudian menemui orang tuanya. Mereka masih inget dengannya. Kebetulan, orang tuanya juga kader dan mengetahui anak yang kami cari itu. Alhamdulillah.. kalo udah rejeki g kemana ya..

Sesampai di rumah si anak, kami disajikan view yang amat sangat indah. Rinjani View. Ditambah hawa yang dingin, rintik hujan, dan kabut dipenghujung tempat lain. Sungguh indah ciptaanNya. Dan ini mengingatkan kami dengan lokasi penelitian kami yang letaknya diketinggian juga, waktu itu di kelurahan Tinjomoyo, keindahannya tidak jauh berbeda dengan di sini.

Ini foto yang sempat diabadikan saat di kelurahan Tinjomoyo dulu



Berawal dari Sebuah Tulisan

“Aku salah, berdosa, karena aku memfitnah orang”

Saya terlonjak kaget seketika itu juga. Ini tulisan siapa? Ada dibuku saya.

Tadi, ada seorang pasien yang baru saja mendekati saya, namanya ina, tapi saya hanya meresponnya sesekali saja, karena saat itu saya pun sedang mendengarkan cerita iis.

Pertama, dia mendekati saya, kedua dia pegang tangan saya. Saya ajak berkenalan, dia diem, saya sapa, dia diem, hanya menatap dengan pandangan kosong. Saya biarkan dia memegang tangan saya, dia ambil buku saya lalu dia ambil bulpen saya. Saya biarkan dia melakukan apapun yang dia inginkan dan saya pun kembali mendengarkan cerita iis.

Sampai akhirnya, terdengar perawat senior berteriak,

“dek, ada pasien naik meja, tolong diambil”

kemudian para perawat berdatangan untuk mengamankan ina.

Saya kaget, melihat ina tiduran di meja, padahal tadi masih duduk di sebelah saya. Saya terlalu serius mendengarkan cerita iis. Saya melihat buku saya ditinggalkan ina diatas meja dengan bulpen diselipkan di salah satu halamannya. Saya buka, saya lihat, ada sebuah tulisan, bukan tulisanku. Lalu? Ina?


Ina yang tidak pernah ingin berbicara dan selalu menunjukkan sikap negativisme pada semua orang. Tapi, menuliskan apa yang dia rasakan, ini seperti orang yang mutisme. Orang seperti ini, masih bisa diajak bicara dengan tulisan. Saya baru menyadarinya sekarang.

Semenjak kejadian itu, saya selalu penasaran dengannya dan ingin mendengarkan ceritanya, tapi waktu itu saya bingung bagaimana mengajaknya bicara klo sikapnya sangat negativisme pasif atau hanya diam saja seperti ini. Saya baru paham sekarang, seharusnya dia bisa diajak bicara dengan menulis.

Tapi, sekarang saya sudah tidak di bangsal wanita lagi.


Berbicara dan mengobrol dengan orang yang terganggu jiwanya itu cukup menyenangkan. Lebih rumit, lebih rumit daripada mengajak bicara orang yang cerdas dengan intelektualitas tinggi sekalipun. Lebih menghabiskan tenaga karena dibutuhkan ATP yang sangat tinggi untuk memahami dan mencerna apa yang mereka katakan. Apakah ini sebuah kebohongan? Apakah ini hanya imajinasinya yang tak nyata? Atau ini benar adanya tapi menyampaikannya dengan muter-muter dan antara kalimat satu dan lainnya tidak nyambung, tapi akhirnya maksudnya bisa kita dapatkan. Setidak masuk akalnya, apa yang dibicarakan mereka, pasti masih terkait dengan kehidupannya dulu atau mungkin keinginan terdalamnya dahulu kala. Apa yang terjadi saat ini adalah sebuah MPJ yang gagal mereka lakukan atau bisa dikatakan MPJ yang tidak normal dan kebablasan ditambah kepribadian yang mereka cerminkan. Itulah Psikodinamikanya. Stressor yang menumpuk-menumpuk, menjadi fenomena gunung es bagi MPJ nya. Sampai akhirnya membludak jiwa mereka dan melebur menjadi serpihan-serpihan yang harus kembali disusun rapi.

Dari mereka pun saya belajar banyak, akan segala stressor duniawi yang ada. Setiap hal perubahan yang membutuhkan adaptasi itu adalah stressor bagi diri kita. Bagaimana kepribadian dan MPJ yang digunakan, genetik yang terbentuk, asah asih asuh dari keluarga, lingkungan yang mengepak kepribadian kita, dan yang terpenting pendekatan ketuhanan yang kita jalankan, akan membentuk pola adaptasi yang kita lakukan terhadap masalah yang ada. Stressor yang sama yang menimpa 2 orang, akan ditanggapi berbeda oleh masing-masingnya.  Stressor yang sama bisa diakatakan berat oleh satu orang dan bisa dikatakan biasa oleh orang lainnya, bahkan bisa dikatakan itu bukan stressor untuk orang lainnya lagi. Untuk itu, bentuklah kepribadian yang matang dalam diri kita.

Dan yang terpenting adalah..
Pendekatan jiwa kepada Tuhan semesta alam. Allah subhanallahu wata’ala. Allah lah yang maha berkehendak. Allah lah yang maha bijaksana. Allah lah yang maha penolong. Hanya kepadaNya kita berserah. Jangan lupa untuk meminta kelapangan, kesabaran dan kejernihan pikiran padaNya. Semoga kita selalu dilindungi dari bahaya apapun. Dan menjadi hamba yang berserah serta bersyukur atas segala karuniaNya. Amin..

*yang ada dalam cerita bukan nama sebenarnya dan bukan kesengajaan, mohon maaf jika ada kesamaan nama.

Thursday, December 9, 2010

Mencari Lautanku..

Jika kuingat lagi peristiwa itu..
In memoriam..
Lalu kembali kuingat rentetan kejadian sebelumnya..
Dengan ingatanku yang sangat terbatas..

Hanya satu yang mampu kupertanyakan..
Semudah itukah terjadi..
Bagai air gunung yang mengalir terus ke hilir sungai..
Dan terus menuju muara..
Kemudian bersatu dengan laut lepas..

Tapi, bukan cuma lautan yang kucari..
Tapi, perjalanan yang berliku dan penuh hikmah yang ingin kucari..
Walau harus terjun..atau mengarum jeram bebatuan..
Semua harus kulalui..

Aku tak memenjarakan seorang penjahat sekalipun..
Kubebaskan orang-orang mencari jati dirinya..
Aku tak mengurung seekor burung sekalipun..
Kubiarkan mereka terbang bebas..

Silakan mengalir wahai air..
Terbang bebaslah wahai burung..
Bebaslah berkeliaran para penjahat..
Mencari lautanmu..yang sesungguhnya..

hik, 190710


*repost from another place..
lagi tidak produktif nih.. posting tulisan-tulisan lama terus..

Wednesday, December 8, 2010

Terima Kasih, Tuhan..

Tuhan..terimakasih..
Telah kau pertemukan aku dengan ilalang..
Keteduhan wujud sederhana yang ia tampakkan..
Mengajarkanku agar mampu mengontrol nafsuku..

Terima kasih Tuhan..
Kau pertemukanku dengan padi..
Kerendahan hati yang ia tampakkan..
Mengajarkanku untuk tidak sombong..

Sekali lagi..Terima kasih Tuhan..
Kau pertemukanku dengan air..
Kesiapannya untuk mengair ke tempat mana pun..
Mengajarkanku untuk selalu siap menghadapi sang waktu..

Terima kasih Tuhan..
Kau pertemukanku dengan batu..
Kerasnya prinsip hidupnya..
Mengajarkanku untuk tetap kuat berpegang pada prinsipMu..

Terima kasih Tuhan..
Kau pertemukanku dengan hati..
Rasa cinta dan syukurnya yang luar biasa..
Mengajarkanku untuk tidak menyiakan satu apapun..

Tuhan..
Pertemuanku dengan sang mentari..
Telah mengajarkanku banyak hal..
Tentang sinar kehidupan..
Tentang keikhlasan memberikan cahayanya..
Berbagi penerangan untuk dunia..

Tuhan..
Pertemuanku dengan sang rembulan..
Telah mengajarkanku banyak hal..
Tentang penjagaannya dalam gelap malam..
Tentang menghargai bintang-bintang kecil..
Berbagi pencahayaan dengannya di langit malam..

Tuhan..syukurku padaMu..
Aku belajar banyak hal selama ini..

hik, 300710

*repost dari another place..

"Belajarlah untuk tidak bergantung pada orang lain karena tidak selamanya ada orang yang akan menemani."

Tuesday, December 7, 2010

"Jalan-Jalan Ke Palangkaraya"




Catatan Hati Bunda

Assalamualaikum...

Tak terasa kawan, saat kutersadar dalam malam...
Ada seorang manusia kecil disebelahku merengek meminta ASI dariku...
Lalu kumemberinya...
Dengan tulus kawan, dengan tulus...
Murni dari hati yang terdalam walau kantuk menyerang....

Dalam malam gelap itu teringatku..
"Ya Allah... iya ya, ternyata sekarang aku sudah menjadi ibu.aku sudah merasakan menjadi wanita seutuhnya yang melaharirkan seorang manusia dari rahimku sendiri, jauh semakin pikiranku... aku kini menjadi manusia yang herus lebih bertanggung jawab pada amanahNya, aku kini harus melindungi, menjaga, membesarkan dan  mendampingi selalu anakku, anak gadisku."

Ku membayangkan, mungkin dulu ibuku juga seperti itu ketika menyusui ku di tengah malam...
Kini kumerasakannya, kini kumersakannya, betapa besar perhatian dan kasih sayang seorang ibu yang diberikan kepada anak tercintanya, betapa besar cinta yang tercurah dari hatinya, betapa murni dan tulusnya cinta seorang ibu kepada anaknya..

Kumulai tersadar dan teringat ibu...,
Ibuku.... terima kasih ibu, engkau telah menjagaku sampai kini aku merasakan apa yang aku rasakan, terima kasih ibu kau memberikan limpahan kasih sayang untukku...
Anakku... kelak kau juga merasakan apa yang sekarang bunda rasakan... besarnya kasih seorang ibu.... :).

with love... ibuku & anak gadisku...

by: Laeliayatun Ikrimah Arif


Hehe.. Judulnya ngambil dari Judul Bukunya Asma Nadia.

Ditulis oleh kakak iparku yang amat luar biasa menurutku..hebat!!
Jadi pengen bercerita tentang kakak iparku ini..
Dia itu lembut..Sabar banget..Udah gitu telaten dan rapi lagi..
Saya aja merasakan kasih sayang dia sebagai seorang kakak. Bahkan aku merasa lebih deket dengan mba dari pada dengan kakak saya sendiri.. soalnya kakakku itu klo ngomong amat sangat seperlunya, jadi segan aku sama dia.
Saya ini sering sekali merepotkan mba, dulu ketika masih di Bandung terutama, pas saya lagi sakit, mba juga yang ngerawat. Udah gitu setiap kali aku liburan, seringnya main ke Bandung, pasti numpang tempat mba, diajakin jalan kemana-mana lagi. Jadi berasa mba yang kakak saya. Haha..
Mba juga sempat magang di Semarang dan sempat nginep di kos ku. Aku amat sangat tidak enak deh, mba ini kan orangnya seneng rapi2. Jadi, kamerku pun jadi sasaran rapi2nya. Jadi beda deh kamerku setelah ada mba, rapiii bener, Haha..
Dia itu pinter deh, skill nya juga tidak diragukan, jago masak, jago njait, pinter ngatur keuangan, dulunya suka jualan-jualan gitu juga..
Kemarin saya ditunjukkan satu baju jaitan dia sendiri, jaitan tangan, dan bagus deh bajunya, udah gitu jaitannya sangat rapih, rasanya agak sulit dipercaya kalo itu jaitan sendiri dan bukan baju yang dibeli, tapi kenyataannya emang jaitan sendiri. Udah gitu, dia pun ingin membuatkan baju untuk anaknya, jait sendiri, pake tangan. huaaa..aku juga mau dong mba..hihi..

Monday, December 6, 2010

[KalTeng] "Orangutan Legal, Nyaru Menteng"




Penangkaran orangutan yang berlokasi di Kalimantan Tengah ini letaknya di Nyaru Menteng, Jl. Tjilik Rieut Km. sekian... menjauhi Palangkaraya ke arah Sampit.

Kenapa si perlu penangkaran segala?
Ini diperuntukkan bagi orangutan agar terpelihara dengan baik. Seperti kita ketahui bahwa orangutan di Indonesia sudah hampir punah keberadaannya diakibatkan oleh penebangan hutan sembarangan, pemburuan orangutan secara ilegal, atau pembangunan-pembangunan pabrik-pabrik yang semakin mengiris hutan di Indonesia khususnya Kalimantan ini. Hal ini mendapatkan perhatian dari sejumlah orang yang memerhatikan lingkungan sehingga didirikanlah BOS (Borneo Orangutan Survival Foundation) untuk memelihara mereka yang hampir punah ini. Penangkaran ini menjadi tempat memelihara sementara orangutan yang mengalami sakit atau terganggu habitatnya ataupun yang masih sangat kecil dan kehilangan orang tuanya, dilakukan pemeliharaan di penangkaran ini sehingga bisa dipastikan dapat kembali beradaptasi hidup sendiri di alam, baru mereka dilepaskan kembali ke alam.

Untuk lebih jelasnya tentang BOS dapat dibaca di
http://learningtogive.org/papers/paper247.html

Untuk artikel terkait tentang orangutan sendiri bisa juga liat di website
http://www.orangutan.com/

Tambahan artikel tentang orangutan lagi
http://imadr.multiply.com/journal/item/119/Simbiosis_Mutualisme_Orang_Utan_vs_HUtan

Sunday, December 5, 2010

Nungging..Nungging..Pengen Maju Merangkak..




Ponakanku lagi..

Fakhira ku sayang..
gemes banget liat ini video..
Dia itu baru bisa tengkurap, kadang kalau kembali ke posisi terlentang, masih sulit sekali dan butuh usaha ekstra agar bisa kembali tengkurap sendiri, kalau gagal juga, baru deh kita bantu, kalo g dia bisa nangis...

Akhir-akhir aku menemaninya, tengkurapnya udah makin jago..dia udah bisa kembali sendiri tanpa dibantu..
kita liat aksinya di video ini..

Tapi, dia merasa tidak cukup dengan berhasil tengkurap sendiri dari posisi terlentang yang pun ia yang membuatnya sendiri..
Dia juga ingin maju berpindah posisi sambil tengkurap (red: merangkak)..
Tapi sayang memang belum jatah waktunya untuk bisa merangkak..jadi Segala usaha yang ia lakukan agar bisa maju, gagal sudah..
yang ada malah hanya nungging-nungging.. abis itu jatuh.. terlentang lagi..
haha..

luv u..miss u..

Lagi Seneng-Senengnya Ngeluarin Suara-Suara [Part 2]




Ponakanku..namanya Fakhira Nabila Azmi..
Waktu saya merekamnya, dia masih 5 bulan 3 minggu..
tapi saat ini dia udah 6 bulan jalan beberapa hari..

Dia lagi seneng banget bikin suara-suara..
dan menjadi pusat perhatian..haha..
Kalo ini..teriakannya yang super lah..

Lagi Seneng-Senengnya Ngeluarin Suara-Suara [Part 1]




Ponakanku..namanya Fakhira Nabila Azmi..
Waktu saya merekamnya, dia masih 5 bulan 3 minggu..
tapi saat ini dia udah 6 bulan jalan beberapa hari..

Dia lagi seneng banget bikin suara nyembur-nyemburin... "mprrrrsst..mprrrsst..mprrr.."
sambil ngemutin tangannya.. dia lagi fase oral..jadi segala aktivitas yang menimbulkan kenikmatan baginya ada pada mulutnya..lagi senang ngemut-ngemut apa aja..

Karir vs Keluarga, pilih mana?

KOMPAS.com - “Karir” menempati 10 besar kekhawatiran perempuan dalam kehidupannya, khususnya bagi perempuan bekerja. Hal ini diungkapklan oleh sekitar 7,7 persen dari 1.301 perempuan yang disurvey oleh MarkPlus Insight pertengahan tahun 2010 yang lalu.

Kecemasan apabila tidak suskes dalam karir cukup membayang-bayangi mereka. Jika ditelusuri lebih jauh, sebanyak 16,9 persen dari 220 perempuan yang disurvey mengaku bahwa berhasil di sektor publik adalah segalanya bagi mereka. Memang, bukan angka yang fantastis, tetapi menunjukkan adanya indikasi bahwa karir telah menjadi salah satu salah satu tolok ukur kesuksesan bagi perempuan di Indonesia. Lalu bagaimana dengan keseimbangan antara karir dan keluarga?

Secara kodrati perempuan yang telah menikah dan mempunyai anak bertugas mengasuh anak, mengurus keluarga termasuk mengurus suami. Bahkan, sejak jaman prasejarah, kegiatan “meramu” (= memasak dan tinggal di rumah) adalah urusan perempuan; sedang “berburu” (= bekerja) merupakan urusan laki-laki. Banyak pandangan yang mengatakan bahwa, percuma saja perempuan berhasil dalam karir jika keluarganya berantakan. Oleh karena itu, tolok ukur kesuksesan bagi perempuan masa kini adalah apabila keberhasilan membangun karir dibarengi dengan kesuksesan mengelola rumah tangganya.

Pengaruh budaya dan tradisi ketimuran menjadikan perempuan-perempuan Indonesia mampu berperan menjalankan tugas ganda (bahkan majemuk dan “multitasking”), baik sebagai ibu rumah tangga dalam fungsi pengasuhan anak dan keluarga di sektor domestik sekaligus sebagai wanita pekerja yang sejajar dengan laki-laki di sektor publik. Perempuan secara kodrat telah dilengkapi dengan kekuatan-kekuatan yang tidak dimiliki laki-laki, sekalipun dalam kehidupan rumah tangga pada umunya seorang lelaki memiliki peran lebih tinggi.

Mendefinisikan kesuksesan bagi perempuan Indonesia masa kini khususnya yang sudah menikah, tidaklah mudah. Namun demikian, paling tidak emansipasi bagi perempuan tidak lagi dimaknai sebagai ‘keinginan perempuan untuk sederajat dengan laki-laki’, tetapi lebih ke arah kebebasan untuk memilih jalan hidup. Karena dalam proses menentukan jalan hidupnya tersebut perempuan menggunakan otaknya untuk berpikir, maka perempuan juga harus bertanggung jawab atas pilihannya.

Secara kodrati, perempuan mempunyai tugas melahirkan anak, dan secara budaya perempuan mempunyai tugas mengasuh anak. Kodrat adalah sesuatu yang diberikan Tuhan tanpa bisa ditolak lagi, sementara budaya mengasuh anak apalagi tunduk kepada laki-laki adalah merupakan ”pilihan”, bukan kodrat.

Ketika memasuki jenjang perkawinan, banyak kepentingan perempuan yang kemudian saling berbenturan karena semua tampak menjadi begitu kompleks. Konflik batin terjadi saat seorang perempuan ”dituntut” menjadi ibu yang bertanggung jawab atas keberadaan anak dan tetap utuhnya rumah tangga, tetapi di sisi lain mereka dihadapkan pada keinginan untuk meraih kemajuan dari balik dunia kerja. Kondisi ini memunculkan dilema yang bisa menjadi perangkap bagi perempuan. Mereka kemudian seolah-olah harus memilih salah satu: keluarga atau karir?

Pada dasarnya, hal terpenting adalah menyingkirkan dilema antara ”mana yang lebih penting, keluarga atau karir?”. Di sini seharusnya bisa dijawab dengan bagaimana setiap perempuan memandang nilai sebuah kebahagiaan dalam hidupnya. Ada kelompok perempuan yang merasa bahagia apabila bisa menemani anaknya sepanjang waktu dan melihat anak-anak tumbuh didampingi seorang ibu yang dapat membimbingnya. Rasa bahagia seorang perempuan kelompok ini akan benar-benar terasa bila dapat memenuhi perannya sebagai ibu. Di lain pihak, ada kelompok perempuan yang berpendapat tak perlu harus meninggalkan dunia kerja sepanjang keluarga dan anak-anak dapat menerima hal tersebut. Kelompok ini berpendapat bahwa harus ada usaha untuk memenuhi keinginan agar dua unsur penting dalam hidup perempuan yang telah berumah tangga itu berjalan harmonis. Terlepas dari hal tersebut, pada dasarnya apa pun keputusan yang diambil perempuan, sama-sama mempunya konsekuensi.

Peran majemuk perempuan menuntut keikutsertaan perempuan pada proses pengambilan keputusan, tidak hanya di sektor domestik saja tetapi juga masuk ke ranah publik. Peran majemuk perempuan merupakan perilaku dan tindakan sosial yang diharapkan dapat menciptakan stabilitas dan harmoni dalam keluarga.

Saat ini kemandirian finansial menjadi salah satu obsesi banyak perempuan di kota besar. Sukses berkarir sekaligus mengurus rumah tangga menjadi idealisme mereka. Perempuan bahkan merasa butuh diyakinkan bahwa mereka sanggup menjalankan berbagai profesinya di luar rumah sekaligus menjadi ibu rumah tangga yang baik.

Dukungan dunia kerja pada perempuan pekerja juga semakin meningkat dengan munculnya perbaikan susasana kerja melalui penyediaan sarana khusus bagi perempuan yang memiliki anak, misalnya tempat penitipan anak. Masuknya perempuan ke sektor publik maupun maraknya laki-laki yang mulai merambah sektor domestik akibat munculnya sikap tenggang rasa di kalangan laki-laki untuk meringankan pekerjaan isterinya telah memberikan implikasi yang cukup menguntungkan bagi kalangan pemasar. Jika kita berjalan-jalan di pusat perbelanjaan, sudah tidak asing lagi kita temukan pria yang rela menggendong bayinya sementara si isteri asyik berbelanja. Gendongan bayi yang dirancang untuk dibawa oleh ayah dan kereta bayi dengan pegangan dan roda yang disesuaikan dengan ketinggian badan si ayah paling tidak merupakan contoh kecil dari gejala tersebut. Belum lagi banyaknya laki-laki yang kemudian menyukai kesibukan di dapur sementara si isteri memilih melakukan pekerjaan maskulin tanpa kehilangan sisi femininnya.

Oleh Hermawan Kartajaya (Founder & CEO, MarkPlus, Inc)
Bersama Nastiti Tri Winasis (Chief Operations, MarkPlus Insight)

**********

dikutip dari sini

Jadi, untuk para perempuan, kalian sendiri pilih yang mana?

Apapun yang dipilih berarti harus sanggup menerima segala konsekuensinya dan diharapkan pilihan apapun itu tetap menomorsatukan keluarga ya.. Menjalankan tugas utama kita sebagai perempuan. Amin..
Hehe.. 8)

[KalTeng] Bukit Batu Tjilik Riwut, Kasongan




Konon..ini adalah tempat seorang pahlawan Nasional bertapa sehari-harinya..
Pahlawan nasional itu bernama Tjilik Riwut, beliau ini putra Dayak..

Namanya diabadikan menjadi nama Bandara dan nama jalan terpanjang di Kalteng ini..

Adakah yang tidak mengenal beliau? *toooss dulu sama saya..
Tapi sekarang saya sudah tau.. :p

Awalnya saya bingung, waktu tau nama bandaranya itu Tjilik Riwut. Mungkin kalau di sini memang terdengar langka, bahkan saya jadi keingetan rawit yang cilik..hehe.. 8)
Kemudian, ada jalan yang namanya juga Jl. Tjilik Riwut, jalan By Pass nya gitu deh.. yang menghubungkan ke daerah-daerah lainnya.. seperti Sampit dan Banjarmasin..

Lalu, saya tanyakan rasa penasaran saya ini ke uda..
ternyata oh ternyata.. beliau itu Pahlawan..
Haduuu..kacau sekali sejarah saya dulu..
Kemudian saya coba searching lagi, eee..iya..pahlawan ya..hoho..

*harap dimaklumkan..karena saya ini bukan pengingat yang baik..
apalagi sesuatu yang dimensinya berbeda..

Friday, December 3, 2010

Jalinan Pertemanan Baru, antara Saya dan Dia


Tiba-tiba tadi dapet sms..

“ apa  kabarmu.. aku kangen kelompok komuda kita.. :( ”

Kebetulan saya sekarang menggunakan hp yang dulu hampir amat jarang saya pake, jadi nomer hp temen-temen juga masih sedikit sekali yang kusimpen. Jadinya, hampir setiap sms yang masuk, tanpa nama, tapi saya familiar dengan sms ini. Ini pasti dari dia! Temen yang hampir setiap stase komudanya sekelompok terus denganku, tapi sekarang kelompok koas kita berpisah.

Hwaaa..jadi terharu dia mengirim sms tersebut. Sudah lama sekali kita tidak berhubungan. Kemudian beberapa hari yang lalu, kami bertemu di RS dan berasa jadi reuni komuda. Dulu awal-awalnya aku sangat canggung dengan dia karena hampir tidak pernah berinteraksi, bahkan tidak pernah sekelas sama sekali. Tapi, komuda telah menyatukan kita. Hampir setiap stase komuda saya bersamanya, mulai dari interna, jiwa, bedah, dan obsgyn saya selalu sekelompok dengannya, hanya stase anak dan neuro kami tidak sekelompok, itu pun neuro kami sering bersama karena selalu seruangan dalam menunggu apapun, jadi tetep berasa sekelompok.

Awalnya, saya syok saat pertama kali sekelompok dengannya di stase interna, sementara temen sekelompok yang lainnya pun laki-laki semua, hanya saya dan dia yang perempuan, jadi otomatis saya pun lebih banyak interaksi dengannya. Tapi, waktu itu saya masih kurang nyaman, dia sering menghilang kemana-mana, akhirnya saya sering sendirian, keliling bangsal nyari-nyari kerjaan dan menyelesaikan tugasku sendirian. Sedih waktu itu, baru pertama kali berinteraksi dengan pasien, tapi malah sendirian, rasanya ingin sekali ditemenin. Akhirnya sekali-sekali ketika memeriksa pasien, saya minta temenin temen lain yang tidak sekelompok. Lama-lama saya berpikir, saya tetap harus bisa jalan walaupun sendiri dan hal itu semakin membuatku kuat dan tenang, sehingga tak peduli lagi.

Eh, lama-lama kami sering ngobrol dan ngerjain tugas bareng, saling membantu, membenarkan dan diskusi, akhirnya kami klop juga. Menurut saya, suatu pertemanan atau kedekatan itu bisa terbentuk karena adanya interaksi yang intens, saling membutuhkan, dan saling mengerti. Itulah yang terjadi pada kami. Walaupun kami berbeda latar budaya dan pemikiran, tetapi tetap terbentuk kedekatan yang sehat.

Saat di Jiwa, saya sudah tidak lagi canggung dan semakin seru saja obrolan kami. Semakin asik berdiskusi dan belajar, keliling bangsal bareng-bareng dan memeriksa pasiennya bersama. Walaupun penampilannya sangat glamour, tapi sikapnya rendah hati juga, tidak membicarakan yang menunjukkan kehebatan atau keglamourannya. Dia pun bisa menyesuaikan sepertinya, saat ngobrol dan berteman dengan saya, maka topik pembicaraannya pun lebih kearah keseharian dan tugas-tugas kita. Sekali-kali saya pun sering mendengar cerita tentang keluarganya, tentang ibunya, adiknya, neneknya, pacarnya, dsb, lucu juga denger ceritanya.

Saat di bedah, ini adalah puncak kedekatan kita, karena kembali seperti di interna, dalam satu kelompok hanya kita berdua perempuannya. Kemudian ditambah lagi, bedah adalah stase menunggu sedunia, jadilah waktu menunggu itu sebagai ajang cerita-cerita dan diskusi pengalaman-pengalaman kita. Ditambah lagi, di bedah, kita banyak mengalami kejadian heboh dan tak terlupakan bersama. Mulai dari cerita “hukuman jada UGD” sampai cerita “Indomie terenak sedunia”. Ceritanya ntar-ntar aja deh..panjaaaaang.. udah gitu, dulu sangat tidak napsu untuk nyeritainnya, gara-gara amat sangat berat stressor di bedah ini, jadi rasanya berat juga untuk menuliskannya. Tapi, sekarang jadi seperti kisah yang sangat memoriam dan lucu. Hihi..

Kemudian berlanjut ke stase obsgyn, kami jaga bersama, ngerjain kasus bersama, tentiran bersama, nunggu bersama, dan dapet stressor yang sama juga. Terkadang stressor yang besar yang diberikan kepada satu kelompok itu, bisa menguatkan kekompakkan ketika ada kemauan untuk menyelesaikan stressor tersebut bersama-sama dan tidak saling menyalahkan atau berlepas tangan.

Kami tidak saling egois, kami tidak saling mendahului, dan kami selalu berbagi. Itulah kunci pertemanan kami. Pertemanan singkat ini.

Semoga saya bisa beradaptasi dengan teman-teman baru lainnya di koas ini dan bisa bekerja sama dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap stressor yang ada. Amin..

[KalTeng] "Kota Sungai Kahayan"




Palangkaraya ini ibu kota Kalimantan Tengah..
Gosipnya, kalau Jakarta semakin penuh sesak, ibu kota mau dipindahin ke sini, apakah benar akan terjadi? kenapa kota ini yang dipilih? hm..ntahlah..
*lagi g pengen mikir..

Oia, kesan pertama saat tiba di Kalimantan, berbeda dengan Jawa dan berbeda pula dengan Sumatra. Kalau Jawa penuh sesak, lahan sempit dan padat akan bangunan. Kalau Sumatra lahan kosong masih luas, tidak terlalu banyak bangunan, banyak hutan, tapi berbukit-bukit. Mirip dengan Sumatra, tapi Kalimantan ini datarannya datar, tidak berbukit-bukit seperti Sumatra. Kalau Kalimantan tengah g nemu laut sama sekali, tidak seperti di Sumatra barat, hehe..
Tapi, ada sungai yang besarnya lumayan aja, yaitu Sungai Kahayan..

ini sedikit jepretan yang kuambil selama berada di kota ini..

"tulis apa yang kamu kerjakan dan kerjakan apa yang kamu tulis" #nasehatdariseorangsupervisor

sedih bener..setiap nanya suka g ditanggapin..malah balik ditanya..huhuhu...jadi malas nanya :( *tapi jadi inget supervisor yang pernah bilang: "tugas kalian hanya bertanya, jawabannya bisa diem, dijawab dengan jelas, dijawab seadanya, dimarahin, itu risiko, terima saja."