Friday, December 31, 2010

Bagai Rumput yang Tak Bergoyang

‘Tulisan rumput’ ujar seorang teman padaku. Mengistilahkan bentuk tulisan sebuah klan yang sudah amat sangat familiar. Dokter. Walaupun tidak mengatakan secara langsung, tapi setidaknya itulah yang saya tangkap.

Sepertinya saya setuju. Walau saya masih menjadi mahasiswa. Seorang calon dokter. Boleh juga disebut dokter muda. Tapi, itu adalah tulisan calon para sejawat saya kelak.

“gimana? bagus tulisannya? Itu tulisan para sejawat kalian loh kalau kalian sudah lulus nanti.”

Komentar seorang farmasian pada kami sambil menunjukkan sebuah kertas. Kertas kecil yang penuh dengan coretan pulpen tak benyawa. Tulisan yang bisa mengantarkan kesembuhan jika Allah menghendaki. Tapi. Ternyata tidak sembarang orang yang mampu membacanya. Argh..sepertinya mereka ini punya keterampilan supranatural ya.. sampai-sampai lihai sekali membacanya. Sedang kami, rasanya sampai bercucuran otak ini mau meleleh, tetap saja tak kuasa membacanya. Serangkaian tulisan rumput dalam secuil kertas yang tak ada seperempatnya dari kertas A4. Benar-benar seperti rumput yang tak bergoyang.

Terasa betul susahnya membaca tulisan itu. Wajar. Jika banyak kesalahan dalam pemberian obat. Wajar. Jika dosisnya menjadi tak sesuai. Wajar. Jika banyak penggunaan obat yang tidak sesuai. Wajar. Jika apotek-apotek malas menerima resep yang seperti itu. Wajar. Jika justru malah terjadi ketidakpuasan pasien. Wajar. Jika malah bukan kesembuhan yang terjadi, melainkan efek berlawanannya. Wajar. Semua menjadi wajar.

Kemudian, dia bercerita lagi, tentang pengalaman-pengalamannya dengan tumpukan kertas yang selalu datang padanya setiap harinya. Menumpuk dalam ruang kerjanya.

“ya..salah satu tugas kami adalah memabaca tulisan-tulisan tersebut dan anggap saja kami mendapatkan rejeki dari situ.”

Ujarnya pada kami. Seolah itu merupakan sebuah tugas utama mereka disamping tugas lainnya dalam menyediakan apa-apa yang tertera dalam kertas kecil tersebut.

.Ironi.

8 comments:

  1. Ia ya ? Kenapa tulisan seorang dokter rata rata kho bagai benang kusut ,atau lukisan lusuh.....yeah benar benar ironi

    ReplyDelete
  2. hehe..iya mba..
    mungkin saat itu sedang terburu-buru menulisnya.. atau sedang lelah.. jadi cepet-cepet nulisnya..
    namanya juga manusia, ada titik lelahnya,, *berhusnudzon saja.. hehe.. 8)

    ReplyDelete
  3. tulisannya jelek

    :p

    ...nulis cefixime kok malah jadi tanda tangan.. C#

    ReplyDelete
  4. Haha..kan ada jasa membacanya..jdi tenang aja..te2p bsa kbca itu cefixime..hihi.. :p

    ReplyDelete
  5. nanti nulis yg bagus ya kalau udah jadi dokter :)

    ReplyDelete
  6. aamiin..
    insyaAllah..semoga sll diberi keistiqomahan buat nulis rapi dan jelas..kalo bagus g jamin..hihi.. 8)

    ReplyDelete
  7. yup..betul..intinya mah kudu jelas..hehe.. 8)

    ReplyDelete