Friday, March 19, 2010

[lika-liku penilitian] “arisan dulu yuuu..!!!”

Salah satu cara kami agar bisa mendapatkan sample banyak dalam satu waktu di satu RT adalah dengan mendatangi pertemuan warganya. Pertemuan warga RT yang rutin dilaksanakan adalah arisan RT. Hamper setiap RT punya arisan RT, tapi ada beberapa sih ayng suka g jalan arisannya, terutama arisan bapak-bapak. Mungkin karena bapak-bapak lebih sibuk kali yaa…
Saat kita sowan pertama kali ke pak RT, selain minta izin melakukan penelitian di RTnya, kami juga menanyakan jadwal arisan RT mereka. Untuk mendatangi 16 RT di semarang ini kami membaginya dalam 3 kelompok kecil. Saya, amali dan gisda kedapetan 6 RT di 6 kelurahan (Pleburan, plombokan, genuk, kemijen, purwodinatan, dan gayamsari). Lalu kelompok yuli dan rio juga 6 RT di 6 kelurahan (plamongansari, tinjomoyo, candi, bendungan, sekaran, sambiroto). Dan satunya kelompok Dian dan Azilzal, the couple, yaitu di karang malang, kali pancur, cabean, mangkang wetan.

Setelah itu, data terkumpul sehingga bisa terjadwal kapan kami bisa ke sana untuk kami datangi dan kami ambil sample untuk diperiksa di laboratorium. Sebelumnya, kmai pasti konfirmasi terlebih dahulu dan juga ketua penelitian kami yang juga menjadi dosen pembimbing kami pasti minta sowan langsung ke bapak RTnya sebelum kami datang bersama rombongan. Walaupun tidak semuanya, akrena keterbatasan waktu juga. Setelah jadwal benar-benar fix maka kami akan dikumpulkan sebelum pengambilan sample ini. Biasanya yang lebih tau jadwalnya hanya ibu Helmia dan anak-anak yang kebagian jatah baut sowan ke RT masing-masing. Kalo bukan tempat yang kami sowani biasanya kami tau jadwalnya mendadak, d isms oleh bu Helmia. Smsnya selalu sama..diawali dengan..’Dear Tim Swab…bla bla bla’, kalau ada sms depannya seperti itu, pastilah kerjaan kita dimulai, dan beberapa minggu kemaren serangkaian kerjaan kami lakoni tanpa henti, berentet..

Tapi, dalam hati yang paling dalam secara jujur saya akui, saya sangat menyenanginya, saya suka penelitian ini, dan saya senang bisa tergabung dalam tim ini, walaupun sampe bercucuran keringat kami lakoni penelitian ini, tapi saya senang, bu!! Terimakasih untuk kesempatannya, bu.

Yang membuat senang salah satunya adalah..ikutan arisan..itu artinya..kita dapet makan gratis!!hehe..udah penelitiannya gratis, kita sering dapet makan gratis pula, hehe..
Arisan pertama di kelurahan mangkang wetan, saya sedikit tidak beruntung karena saya bertugas untuk keliling ke rumah-rumah warga mencari yang usianya > 54 tahun. Tapi, karena ini saya mendapat kesempatan utnuk melakukan swab nasofaring. Setelah kami dapatkan 3 orang warga yang usianya > 54 tahun, kami ditemani bapak RT pergi menuju lokasi arisan ibu-ibu warga setempat. Sesampainya di sana, makanan bergelimang, tapi acara telah usai. Ternyata teman-temanku yang mengambil sample di acara tersebut, semuanya kebagian makanan. Huuu.. kami yang keliling tidak beruntung. Hehe..tapi tetap dapet minum sama kerupuk, lumayanlah ya..

Kemudian, kami ke kelurahan kali pancur, acara arisan ibu-ibu juga, sore hari, kami disuguhi makanan ringan banyak sekali (ada lumpia, arem-arem mi, risol, hm..apa lagi ya..lupa..) tanpa malu-malu kami makan deh. Wajar lah makannya, sekedar mencicipi. Tapi, ada seorang teman kami, yang luar biasa memanfaatkan moment ini, dia makannya tidak nanggung-nanggung, semua item kue dicicipi, udah gitu satu macam item tidak cukup satu, pasti dia makan berkali-kali. Kami sampai kaget, kenapa sampah sisa makanan banyak sekali, ternayta sumbernya pada satu orang!! Siapakah dia? Orang yang selalu mengaku-aku bahwa dirinya ganteng, ntah diliat dari mana dan berdasarkan apa dia selalu merasa dirinya ganteng. Udah gitu, sepulangnya dari arisan, kami sangat berterima kasih sekali dan kami pamit. Tapi teman saya yang satu ini, salaman terakhir, dan sepertinya ditawari tuan rumah untuk dibekeli kue, kami semua menolak dan sudah sangat berterimakasih di jamu di rumahnya, tapi teman saya ini tidak, dia tidak menolak dan hanya dia yang membawa sekotak kue beserta beberapa aqua gelas. Kami yang melihat dari jauh, cuma bisa cengengesan. Tidak sampai di sini ulahnya. Setelah itu, dia mendekat ke kami dan meminta tolong agar kami mebawakan barang-barang yang ada dalm genggamannya, kebetulna kami naik mobil sementara dia naik motor. Yaudah, secara spontan saya ambil semuanya mau ditaro di dalam mobil, waktu saya mau mengambil kotak kuenya, dia langsung berujar, ‘jangan yang ini, ini biar aku yang bawa.’ Plisss deh.. nggak akan kita mabil juga, cuma pengen bawain biar dia g ribet bawa naik motor, tapi tetep aja dia keukeuh biar di bawa sendiri. Hahaha.. kami cuma keketawaan aja di mobil kalo inget-inget ulah temanku yang satu ini.

Hari berikutnya, kami ke acara arisan bapak-bapak di Cabean. Ada dosen kami ternyata, depan rumahnya persis arisannya dilaksanakan. Beliau ini sangat ramah dan juga randah hati, walaupun sudah professor tapi beliau tetap mau diambil swab nasofaringnya. Waaa… bapak okeh deh..
Di acara arisan ini juga kami dapet makanan lagi, biasalah..seperti ayng sudah-sudah. Sampai salah seorang temenku bilaing, ‘lumayanlah, itung-itung aja ini ongkos makan gratis’ hwahaha..pliss deh.. niat utama kita penelitian, bukan makan gratisnya..haha..
Di tempat ini,  kami dapet serabi solo sama hm..apa ya..lupa euy..abis makannya cuma serabi aja. Di tempat ini juga ada kejadian menarik. Jadi, setelah selesai swab kami istirahat sebentar duduk, sambil mencari moment yang tepat buat pamit, sekalian juga mencari kekurangan jumlah target minimal kami. Salah seorang teman kami, masih menanyakan kuesioner untuk melengkapi jumlah target minimal kami, tapi kami semua sudah istirahat sambil mencicipi makanan yang dihidangkan. Setelah teman kami selesai menanyakan kuesioner, dia bergabung dengan kami. Lalu, melihat makanan udah hampir ludes, dia men-cakcung sebuah serabi yang tinggal sendirian itu. Dia cuci tangannya dulu dengan hand sanitizer sebelum hendak melahapnya. Usai memakai hand sanitizer, dia kaget melihat serabinya udah jatuh dalam gigitan teman kami yang lain, teman kami yang yang membawa kotak kue pada cerita paragraph sebelumnya. Kamu semua, langsung ketawa kompak..  dan teman kami yang memakan memasang tampang g bersalah gitu.. teman kami yang g kebagian serabi cuma bisa SABAR..

Setelah itu jadwal berikutnya ada arisan bapak-bapak di Kemijen. Di jadwalkan oleh teman kami yang janjian dengan bapak RT di kemijen, arisan bapak-bapak diadakan hari jum’at malam. Kami berangkat ba’da isya dari mesjid AsySyifa, tempat mangkal kami biasanya. Sesampainya di sana.. loh..ko ada hajatan di tetangganya, wah kebetulan nih..dapet banyak sample, dapet makan juga.. wkwkwkw..pikiran licik anak-anak kos! Ternyata setelah sowan terlebih dahulu dengan bapak RT, terjadi kesalahan. Arisan bapak-bapaknya diundur besok malam. Hwehehe.. kita cuma senyum-senyum aja. Ternyata pak RT lupa memberitahu kalau jadwal arisan bulan ini diundur karena ada hajatan tadi dan teman kami pun lupa menghubungi bapaknya terlebih dahulu untuk memastikan lagi kedatangan kami. Ya.. sudah sampai sana juga, jadi tidak usah menyalahkan siapa-siapa. Hanya saja, kami minta ganti traktiiirrr… traktir mi ayam.. hwahaha.. tpai sampai sekarang g dapet-dapet nih traktirannya. Besoknya kami, janjian lagi di waktu ayng sama dan di tempat yang sama. Kali ini tidak salah, bahkan kami dapat bonus, selain bapak-bapak kami pun dicarikan anak-anak yang memenuhi kriteria. Setelah usai, kami kumpul algi di tempat tuan rumah yang mengadakan arisan bulan itu. Sambil menunggu yang lain, kami  mengurutkan kuesioner dan mengkode sample dalam media amies. Lagi asik asik nya member kode, saya mencium aroma mie tektek dan sempet terlontar ucapan ‘baunya enak banget..’ beberapa menit kemudian, seorang ibu menyodorkan 3 piring mie tektek ke kami. Ternyata tinggal kami bertiga (saya, gisda dan amali) yang belum makan. Oalah..yang lain udah to.. hehe.. rejeki..rejeki..

Besoknya masih lanjut perjalanan penelitian kami, benar-benar tanpa henti deh..
Kali ini giliran kelurahan sekaran yang arisan, arisan bapak-bapak, malem juga acaranya. Kali ini tidak semua personel, karena sebagian ada yang tinggal utnuk melakukan isolasi primer di lab, soalnya sebelumnya kami juga sudah melakukan sampling juga. Sample hanya bisa bertahan 6 jam di media amies, jadi sebelum itu harus sudah diisolasi. Ternyata saya kebagian tim yang ikut sampling di arisan bapak-bapak Sekaran. Widdiiihh..kali ini arisannya berbeda dengan arisan bapak-bapak yang sebelumnya, bukan arisan ding..tapi perkumpulan bapak-bapak, di sini g pake arisan bapak-bapaknya. Malah terkesan kaya tahlilan, doa-doanya banyak, saya sendiri agak bingung, udah gitu ceramahnya make bahasa jawa, agak roaming, hehe.. Kami mengikuti hingga acara selesai ternyata, bahkan dosen kami, dr. Helmia memberikan sedikit sambutan juga. Dan di sini, seperti biasa, kami dapat jatah makan lagi..kali ini kaya kupat tahu kayanya, bingung juga apa nama makanannya, baru makan pertama kali.  Haduh haduh..sepertinya makin lama, penelitian ini bisa bikin kita gemuk karena selalu makan malem-malem. Tapi klo g dimakan juga ya g enak, terkesan tidak menghormati. Jadi, tetap saya makan. Hehe..

Seperti itulah kisah arisan kami..hehe..
Acara sampling selalu kami lakukan di setiapa acara arisan dan di posyandu balita serta lansia..

[penelitian] suka duka kami, suka duka bersama..


rio-yuli-mba nining-amali-dr. helmia-azilzal-dian-gisda

Standar Kompetensi Dokter

Seorang dokter bekerja harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Jika dokter tersebut melakukannya di luar standar yang telah ditetapkan, amak bisa dianggap malpraktek.
Berdasarkan keputusan konsil kedokteran Indonesia nomor 21A/KKI/KEP/IX/2006 tentang pengesahan standar kompetensi dokter ditetapkan bahwa SKD merupakan standar minimal ayng harus dimiliki pada saat menyelesaikan pendidikan kedokterannya. Hwaaa… berarti ini yang harus dikuasi sebelum lulus. Harus di list kalo begitu..

SKD memiliki 4 tingkat kemampuan, yaitu:
Tingkat kemampuan 1
Mengenali dan menempatkan gambaran-gambaran klinik sesuai penyakit ini ketika membaca literature. Dalam korespondensi, ia dapat mengenal gambaran klinik ini, dan tahu bagaimana cara mendapatkan informasi lebih lanjut. Level ini mengindikasikan overview level. Bila mendapatkan pasien dengan gambaran klinik ini dan menduga penyakitnya, dokter segera merujuk.
    Intinya adalah kita cukup tau secara teoritis saja sehingga ketika kita menjumpai pasien seperti ini, kita tahu harus merujuknya ke mana.

Tingkat kemampuan 2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan laboratoriium sederhana atau X-ray). Dokter mampu membujuk pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya.
    Intinya sama, tapi kalu tingkat kemampuan 2 ini kita harus tau pasti diagnose penyakit ini, tapi belum sampai ke penanganan apapun karena langsung dirujuk ke dokter spesialis.

Tingkat kemampuan 3
3a. mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan laboratoriium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan member terapi pendahuluan, serta merujuk ke dokter spesialis yang relevan (bukan keadaan yang gawat darurat).
3b. mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan laboratoriium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan member terapi pendahuluan, serta merujuk ke dokter spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).
    Sebelum dilakukan rujuk ke dokter spesialis yang ahli di bidangnya, dokter perlu melakukan terapi pendahulu agar jiwa pasien bisa tertolong sebelum sampai ditangani dokter spesialis.

Tingkat kemampuan 4
mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan laboratoriium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan mampu menangani problem itu secara mandiri hingga tuntas.
    Ini artinya semua tindakan harus bisa diselesaikan dengan baik oleh dokter. Mulai dari pengetahuan teoritis, melakukan diagnose dengan berbagai pemeriksaan, hingga melakukan terapi hingga tuntas, tanpa perlu merujuk. Merujuk dapat dilakukan hanya bila karena keterbatasan alat saja.

Kompetensi tingkat 4 inilah yang harus benar-benar dikuasi hingga tuntas. Jika seorang dokter tak mampu, maka sama saja dokter tersebut melakukan malpraktek, kesalahan dalam praktek, karena bekerja tidak sesuai dengan kompetensinya. Oleh karena itu, kita harus tau, apa-apa saja yang kompetensinya 4. Saya mencoba untuk me-list penyakit-penyakit yang kompetensinya 4.

 
1.    Hipertensi esensial
2.    TBC paru tanpa komplikasi
3.    TBC dengan HIV
4.    Bronchitis akut
5.    Asma bronchiale
6.    Candidiasis
7.    Ulks di mulut (aphthous, herpes)
8.    Enteritis
9.    Gastro-esophageal reflux pada anak
10.    Gastro-enteritis pada anak
11.    Cacingan pada anak
12.    Gastritis
13.    Gastroenteritis
14.    Perlemakan hati
15.    Hepatitis A
16.    Hepatitis B tanpa komplikasi
17.    Abses amuba hati
18.    Peritonitis tuberculosis
19.    Alergi makanan
20.    Infeksi saluran kemih
21.    Pyelonephritis tanpa komplikasi
22.    Paraphimosis
23.    Rupture uretrae
24.    Rupture buli
25.    Ruptur ginjal
26.    Striktura uretra
27.    Priapismus
28.    Penyakit peironi
29.    Ekstrofia vesicae
30.    Vulvitis
31.    Kista bartolini, abses glandula bartolini
32.    Abses folikel rambut atau abses glandula sebasea vulva
33.    Kondiloma akuminata
34.    Vaginitis
35.    Bacterial vaginosis
36.    Foreign body di vagina
37.    Cervicitis
38.    Salphingitis
39.    Anemia defisiensi besi
40.    Luncomplicated SLE
41.    Vasculitis lupus (ompetensi satu atau empat? bingung masuk yang mana, dua2nya ditandai soalnya)
42.    Immunodeficiency-HIV
43.    Hypothermia pada bayi baru lahir
44.    Jaundice pada bayi baru lahir
45.    Konjungtivitis pada bayi abru lahir
46.    Infeksi umbilicus pada bayi baru lahir
47.    NIDDM (non insulin deficiency diabetes mellitus)
48.    Marasmus
49.    Kwashiorkor
50.    Defisiensi vitamin
51.    Hiperlipoproteinemia
52.    Obesitas
53.    Tension headache (nyeri kepala tipe tegang/ NKTT)
54.    Cluster headache (nyeri kepala cluster)
55.    Bell’s palsy
56.    Neuropathy
57.    Peroneal palsy
58.    Kejang demam pada anak
59.    Otitis eksterna
60.    Benign postural vertigo (BPPV)
61.    Motion sickness (mabuk gerak)
62.    Tinea capitis
63.    Tinea barbae
64.    Tinea faciale
65.    Tinea corporis
66.    Tinea manus
67.    Tinea unguinum
68.    Tinea cruris
69.    Tinea pedis
70.    Tinea versicolor
71.    Mucocutaneus candidiasis
72.    Pediculosis capitis
73.    Pediculosis pubis
74.    Scabies
75.    Reaksi akibat gigitan serangga
76.    Urticaria
77.    Contact dermatitis irritant
78.    Dermatitis atopic (kcl recalcitrant)
79.    Nummular deramatitis
80.    Napkin eczema
81.    Plamoplantar pustulosis
82.    Dermatitis seborrheic
83.    Pityriasis rosea
84.    Acne vulgaris
85.    Hidradenitits suppurativa
86.    Perioral dermatitis
87.    Miliaria
88.    Verruca vulgaris
89.    Molluscum contagiosum
90.    Herpes zoster
91.    Impetigo
92.    Ulcerative impetigo
93.    Folikulitis superficial
94.    Furunkel, karbunkel
95.    Eritrasma
96.    Erysipelas
97.    Konjungtivitis alergi
98.    Konjungtivitis viral
99.    Konjungtivitis bacterial
100.    Laserasi palpebra
101.    Retraksi palpebra
102.    Penyakit meniere’s
103.    Telinga, trauma lainnya
104.    Tuli congenital
105.    Facial palsy atau paralisis nervus VII
106.    Epistaksis
107.    Furunkel di hidung
108.    Common cold
109.    Rhinitis vasomotor
110.    Rhinitis alergi
111.    Benda asing di hidung
112.    Faringitis
113.    Tonsilitis
114.    Exanthematous drug eruption
115.    Fixed drug eruption
116.    Paronikia
117.    Tenosinovitis suppurativa
118.    Human bite
119.    Parotitis supurativa
120.    Adenitis cervical suppurativa
121.    Infeksi superficial (folikulitis, hidradenitis supurativa, karbunkel )
122.    Staphylococcal pneumonia
123.    Nasofaringitis
124.    Gonorrhea (GO)
125.    Infeksi saluran kemih
126.    Demam typhoid
127.    Disentri basili
128.    Kolera
129.    Pertusis
130.    Tuberculosis kutis
131.    Leprosy
132.    Syphilis
133.    Yaws
134.    Viral gastroenteritis
135.    Morbili
136.    Varicella
137.    Herpes zoster
138.    Herpes simpleks
139.    Mumps
140.    Amebiasis
141.    Malaria
142.    Hookworm disease
143.    Strongiloidosis
144.    Ascariasis
145.    Filariasis
146.    Schistisomiasis
147.    Cutaneus larva migrant
148.    Taeniasis
149.    Ganglion cyst
150.    Insomnia
151.    Arthritis pada anak
152.    Arthritis
153.    Caput succedaneum
154.    Nail loss
155.    Subungual hematoma
156.    Ibu hamil perokok aktif
157.    Aborsi spontan komplet
158.    Anemia defisiensi pada wanita hamil
159.    Primary mil contraction-IMININ pada persalinan
160.    Secondary mild contradtion pada persalinan
161.    Ruptue perineum saat persalinan
162.    Cracked nipple paska persalinan (nifas)
163.    Inverted nipple paska persalinan (nifas)
164.    Endometriosis paska persalinan (nifas)
165.    Inkontinensia uri paska persalinan (nifas)
166.    Inkontinensia ani paska persalinan (nifas)
167.    Uterus subinovolusi paska persalinan (nifas)

Waduuuh..banyak juga..
banyak juga yang belum tau n belum mendalami euy…

semangatnya dulu ah..

Thursday, March 18, 2010

[LIka-liku Penelitian] Penelitian Zuper Kumplit!!

Bismillah..

Baca dulu lika-liku penelitian 1..

Pelitian ini benar-benar komplit, lengkap! Kenapa saya bilang lengkap? Karena belajar banyak hal dalam penelitian ini. Selain belajar menjadi seorang researcher, penelitian ini mengajarkan kami bersosial dengan lingkungan. Fakultas kami memang mewajibkan mahasiswa S1 untuk melakukan penelitian, itu standar kelulusan. Pada saat semester 7, kami sudah mulai membuat proposal penelitian yang kemudian diakhir semester proposal tersebut harus dipresentasikan dan dinilai agar bisa dilaksanakan di semester 8. Tidak semua proposal bisa diterima, setelah  itu perlu berbagai  macam revisi, ada yang revisi total mpe yang cuma revisi sedikit bisa terjadi. Setelah belajar metpen, akhirnya saat ini baru diterapkan. Ternyata, kalo hanya sekedar belajar teori tanpa diterapkan itu berbeda. Buktinya, saya baru ngerasa bener paham tentang metpen penelitian saat saya membuat proposal, sebelumnya hanya telan..telan..saja. Ternyata ilmu metpen ini sangat luas dan akan berbeda penerapannya pada penelitian yang berbeda. Bahkan satu macam penelitian bisa kita gunakan berbagai macam metode yang diinginkan si peneliti.

Dari penelitian ini, kami juga belajar berbirokrasi. Penelitan kami ini dilaksanakan pada 16 RT yang menyebar di seluruh wilayah Semarang. Semarang memiliki 16 kecamatan, dari masing-masing kecamatan kita pilih salah satu kelurahan dengan menggunakan system random, lalu setelah didapatkan keluruhan hasil random, di random lagi untuk mendapatkan RW dan RT nya. Sebelum ke kelurahan, kami butuh izin terlebih dahulu ke wali kota Semarang dan setelah itu sekalian meminta data kecamatan dan kelurahan di Semarang. Ketika meminta izin ini, kami membutuhkan surat-menyurat dan keahlian berbicara agar proses perizinan bisa dipermudah sehingga mendapatkan izin. Setelah itu, kami pun harus mendatangi masing-maisng kelurahan, untuk melakukan perizinan penelitian di salah satu RT di kelurahan mereka. Bisa saja izin sudah turun dari wali kota, tapi jika kelurahan tidak mengizinkan, maka pelaksanaan penelitian tidak bisa berjalan. Jika tidak melalui tahap-tahap tersebut, maka penelitian kami belum bisa dibilang legal.

Dan yang paling seru adalah nyasar-nyasar ria..
Untuk izin ke kelurahan, berarti kita harus mendatangi kelurahan-kelurahan utnuk menyerahkan surat pengantar. Sedangkan, kita semua bukan masyarakat yang berdomisili di Semarang, selain itu juga pasti kita bukan orang yang sebelumnya pernah mendatangi 16 kelurahan di Semarang tersebut. Akhirnya, kita bagi tugas untuk mendatangi ke-16 kelurahan tersebut. Dari nol, kami mencari, mulai dari search di google map, nama kelurahan yang kami cari, sampai langsung menanyakan dengan setiap oran gyang kami temui, ‘man map’ kami mebahasakannya. Dalam pencarian, sudah hal biasa kami tersesat. Ada cerita menarik dalam pencarian kami, saat mencari sebuah kelurahan yang benar-benar jauh diujung Semarang dan ternyata merupakan kampong yang berbatasan langsung dengan Demak, beberapa meter lagi sudah wilayah Demak. Nama kelurahannya Penggaron Lor kecamatan Genuk. Dari hasil nekat, kami berpikir ada angkot jurusan karang ayu-penggaron, kita ikuti aja angkot itu, ntar di daerah situ baru kita tanya-tanya tepatnya Penggaron Lor. Saat pencarian ini, kita sering sekali turun untuk bertanya dan muter arah karena ternyata salah arahnya, dsb. Pokonya seru banget! Malah kita dipilihkan jalan dalam yang sangat pelosok, sepi dan suram. Alhamdulillah masih sore, masih ada matahari yang menemani kami. Kami sudah khawatir saja, kemungkinan ini bagaimana kalau ke tempat ini malam hari? Hm.. so scared. Dari jalan yang berkelumit tersebut akhirnya sampailah juga kami di jalan raya lagi. Ternyata keluarahannya dipinggir jalan raya. Wow, kami dipilihkan jalan yang berliku-liku, padahal kalau terus aja mengikuti jalan raya yang tadi kami lewati juga nyampe. Yah..namanya juga tidak tahu.

Sesampainya di rumah pak lurah, kami disambut ramah oleh pak lurah, lalu kami utarakan maksud dan tujuan kami. Bla..bla..bla.. di sini ini, kami belajar berkomunikasi mengutarakan maksud dan tujuan kami agar dapat diterima.

Penelitian ini juga mengajarkan kami bagaimana jadi ibu-ibu!! Oalah.. atau jadi juragan??
Jadi setiap kita minta sample dari masyarakat kami memberikan souvenir, hm..tali kasih dari kami maksudnya.. berupa paket makanan dan paket mandi. Sample kami terdiri dari orang tua dan anak-anak sehingga paket yang kami buat pun berbeda, ditambah lagi kami  mendatangi posyandu sehingga kami juga membuat paket untuk posyandu. Yap.. itu semua kami (mahasiswa) sendiri yang membeli hingga yang membuatnya. Berhubung sample penelitian kita ada 400 sample lebih, sebanyak itu pula paket yang kami buat. Itu artinya kami selalu belanja dengan jumlah tidak kecil, sekali belanja bisa sampe 2,5 juta, itu baru dapet 50 paket dewasa dan 50 paket anak-anak. Ini benar-benar pengalaman pertama belanja berdus-dus kaya gitu, banyak lagi. Pernah juga cuma  perempuan2nya aja yang belanja sendiri, menguras tenaga kami karena kakmi ngankut-ngankut barang yang berdus-dus sendirian.
Awalnya kami hunting harga ke 3 tempat supermarket, lalu kami pilih tempat yang paling banyak item yang murahnya, maka terpilihlah Carrefour n Makro. Kami juga belanja ke pasar tradisional, di pasar Bulu (pernah jadi tempat syutingnya fil Gie, hehe..) untuk membeli paket Posyandu yang berisi 3 kg kacang ijo, 3 kg gula merah, ½ kg gula pasir, 400 cc santan sun kara. Setelah dibandignin dengan di supermarket harganya jauh banget!! Tapi kualitas sama saja, tidak jauh. Oia, kami selalu diajari untuk membeli barang yang bagus juga untuk mereka. Walaupun cuma souvenir, tapi bermutu.

Kami belajar buat menganamnesa..
Kan mengisi kuesioner, setidaknya tahap-tahapnya beberapa mirip dengan menganamnesa, walaupun kuesioner kami bukan berisi sacred seven and fundamental four, tapi cara mengajukan pertanyaannya kan mirip kalo mau nanya-nanya pasien. Di sini kami langsung ketemu masyarakat dengen berbagai sikap yang ditemukan. Kami selalu diajarkan untuk bersikap ramah pada semuanya. Kalau lagi berjalan di suatu kampung dan melewati sekelompok orang, wajib untuk menyapa dan bilang permisi. Kalau tidak, namanya g sopan. Pernah sekali, kami lagi bingung mencari tempat, jadi lupa bilang permisi, kami dibilangin mahasiswa edan. Waduuu..dalem tenan ik.. Pelajaran banget nih buat kita semua!!
Belum lagi kami terkadang dianggap dokter dan ditanyain beberapa pertanyaan terkait dengan penyakit mereka. Ya lumayan buat belajar juga.

Penuh dengan Jalan-jalan..
Ini ni asiknya..jadi kemana-mana dan jadi tau daerah sekitar. Penelitian kami dilaksanakan tersebar di 16 kecamatan yang ada di Semarang. Ni tempat-tempat yang sudah kami datengi. Mangkang wetan, cabean, kali pancur, genuk, gayam sari, plamongan sari, tinjomoyo, purwodinatan, kemijen, candisari, bendungan, sekaran, plombokan. Ada 2 tempat lagi yang belum didatengin, yaitu sambiroto dan pleburan. Serta ada satu tempat yang didatangin waktu liburan, jadi saya tidak ikut, tempatnya di Mijen. Kami menyesuaikan dengan jadwal pertemuan warganya. Karena yang kami cari adalah orang sehat, kami tidak memilih puskesmas sebagai tempat penelitian kami, tapi pertemuan rutin yang dilakukan warga, misalnya arisan RT dan Posyandu. Kalau Posyandu bisa kami datangi pagi atau sore, tapi kalau sudah arisan bapak-bapak jadwalnya selalu malam hari. Inilah yang membuat kami baru bisa selesai malam hari ditambah dengan isolasi. Sukanya dalam penelitian ini, kami jadi sering dapet makanan gratis, hehe.. mulai dari makanan ringan, makanan posyandu, sampai makanan berat berupa nasi, tahu gimbal, atau lontong mi. sebenernya kami pun nggak enak, sudah merepotkan, tambah ngerepotin lagi dengan suguhan yang ada. Tapi kalau menolak pun tambah nggak enak, jadi.. akmi lahap.. rejeki.. hehe..

Ini nih yang paling penting!! Belajar skill lab..
Yang melakukan isolasi primer adalah kami (mahasiswa), jadi kami semakin terampil melakukan isolasi. Dulu waktu praktikum kami hanya melakukan sekali, itu juga setengahan dengan teman sekelompok yang lain, tapi sekarang kami bisa bebas berkreasi. Streak lagi.. streak lagi..
Kami juga diajari menbaca koloni pada media. Seperti halnya, H. influenza di media agar coklat itu baunya khas banget, koloninya juga transparan, kalau koloni staphylococcus umumnya putih susu ata kekuningan, saya pun masih bingung. Streptococcus alfa hemolitikus di media agar darah sangat khas dengan hasil hemolisis tidak sempurnya yang berwarna hijau. Selain itu, streptococcus pneumonia dengan streptococcus lainnya bisa dibedakan langsung tanpa tes optochin dengan melihat koloninya yang ada dempulnya, jadi tidak membubul, tapi sekung permukaannya, kalau kata ibu Helmia mirik permukaannya eritrosit. Siiipppp bu..!! tapi tetap setiap menemukan streptococcus alfa selalu kami tes optochin untuk hasil yang lebih pasti. Kami juga belajar melakukan swab nasofaring, walau ini hanya sekali dua kali saja kami lakukan.

Ada lagi..belajar bahasa jawa..hehe..
Tapi, tetep aja saya merasa ko tidak maju-maju dalam hal ini. Masih kaku kalu berbicara menggunakan bahasa ini. Memahami mungkin lebih baik, dengan teknik kirologi, kiro-kiro ibu/bapak ini ngomong apa ya.. hehe..(sesat!!) nggak ding, kalau benar2 udah g bisa, biasanya aku minta tolong temenku yang bisa berbahasa jawa (orang jawa asli) untuk menggantikan, hehe.. (kapan bisanya kalau gampang nyerah gitu ya..). ni beberapa kosa kata yang ku dapet selama penelitian, uswonipun pinten? Asminipun sinten? Saniki, sowan, gantos, sewidak, haduuu..apalagi ya?? Tuh kan.. ingetan saya kacau euy..masa iya udah lumayan sering bgt denger orang berbahasa jawa, tapi g maju-maju kosa kata saya..

Belajar bekerja sama..
Kerja sama ini mestinya udah belajar dari jaman kapan taun..tapi akan terus kita gunakan dan harus tetap selalu kita pelajari. Karena berbeda karakteristik orang yang bekerja sama dengan kita, maka akan berbeda juga cara kita bersikap. Yang harus dipelajari adalah bagaimana agar bisa selalu menyesuaikan dengan orang yang berbeda-beda agar kerjaan tetap berjalan dengan lancar dan bisa terselesaikan dengan baik. Kalau kata teman-teman seperjuangan di penelitian ini, saya itu orangnya galak dan paling rusuh, hwehehe..maaf ya teman-teman.. hehe.. tapi kan demi kebaikan.. mungkin saya akan lebih sabar lagi deh besok-besok..

Hm..apalagi ya..
Udah dulu deh..nantikan kisah seru kami lainnya..

Wednesday, March 17, 2010

[lika-liku penilitian] “it’s our Research!”

Bismillah..
Lika-liku penelitian adalah kumpulan cerita kami saat menjalankan penelitian. Penelitian yang menurut saya merupkan penelitian yang zuper-zuper lengkap! Lengkapnya kaya apa si? Nanti akan saya ceritakan. Sebelumnya kami mau cerita dulu kenapa kami membuat kumpulan cerita ini, awalnya dari request seorang teman yang ingin mengetahui cerita-cerita kami saat menjalankan penelitian. Kemudian, kejadian-kejadian seru yang selalu memenuhi perjalanan penelitian kami membuat kami semua ingin menceritakannya dalam sebuah tulisan agar dapat menjadi kenangan bahkan ketika kami semua sudah sukses dan menjadi dokter kelak. Sehingga dibuatlah cerita ini. Semoga ini bukan cerita pertama dan terakhir. Amin..
 
Anggota personel penelitian kami ini siapa saja sih..
Ini dia:
1.       Dr. Helmia Farida, M.kes, Sp.A
2.       Dr. Stefanny
3.       Dr. Susilo
4.       Pak Wuriyanto
5.       Amali abdat
6.       Dian Sarani
7.       Gisda Irwanti
8.       Hikmawati
9.       Rio K. N.
10.   Yuliana Yunarto
11.   Azilzal Rasini
Ini anggota tim lengkap penelitian kami. Setiap kali penelitian tidak selalu beranggotakan lengkap dan terkadang jika dalam satu waktu melakukan sampling di dua tempat yang berbeda, maka kami akan dipencar.
 
Penelitian kami ini intinya adalah mencari pola kuman yang memenuhi rongga nasofaring pada orang-orang sehat di Indonesia. Kami mengambil variabel yang berbeda-beda, ada yang mengambil beberapa factor risiko yang berhubungan dengan kolonisasi Enterobacteriaceae pada anak, ada juga yang pada dewasa, ada yang mengambil beberapa factor risiko yang berhubungan dengan kolonisasi Streptococcus pneumonia, ada juga yang mengambil variabel factor risiko yang berhubungan dengan pola kolonisasi bakteri Streptococcus resisten pada anak-anak sehat maupun pada dewasa, ada juga yang melihat pola kolonisasi beberapa bakteri seperti Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza, Moraxellah catharralis, dan Enterobacteriaceae pada nasofaring orang dewasa dan anak-anak sehat. Dan semuanya ini merupakan payung dari penelitian dosen pembimbing kami semua yaitu Dr. Helmia Farida, yang beliau ajukan untuk S3 beliau di Belanda.
 
Berawal dari dibukanya lowongan untuk ikut serta dalam penelitian beliau, kami mengirim lamaran berupa Curriculum Vitae dan Motovation letter, Alhamdulillah,  akhirnya kami semua diterima. Kesempatan ini muncul di mana saat itu, semua teman-teman kami sudah mendapatkan dosen pembimbing untuk penelitian mereka sementara kami masih bingung mencari hingga akhirnya terbukalah lowongan ini.  
 
Kenapa kami melakukan penelitian ini?
Kita ketahui bahwa penyakit saluran napas banyak diderita oleh masyarakat Indonesia. Pneumoniae merupakan ayng paling banyak ditemukan dan juga yang paling berbahaya. Anak balita diperkirakan meninggal dunia karena pneumonia lebih dari dua juta setiap tahunnya. berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992, 1995, 2001 dan juga berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 pneumonia merupakan urutan terbesar yang menyebabkan kematian pada balita. Infeksi tersebut didapatkan dari kuman-kuman di rongga nasofaring yang selalu ada bahkan pada orang yang dalam keadaan sehat sekalipun. Kuman tersebut dapat menyebar ke organ lain lalu menginfeksi organ tersebut pada saat daya tahan tubuh melemah. Oleh karean itu, keberadaan bakteri patogen di saluran napas merupakan informasi yang penting. Kemudian, selama ini belum ada data yang menunjukkan pola kolonisasi masyarakat sehat di Indonesia, selama ini kita hanya mendapatkan data dari Negara lain. Sedangkan kita ketahui bahwa karakteristik Negara maupun masayarakatnya tidak sama dengan Indonesia sehingga seharusnya pola kumannya pun berbeda. Di Negara-negara lain yang pernah dilakukan penelitian pola kolonisasi kuman di nasofaring, kuman yang paling banyak ditemukan adalah Streptococcus pneumonia, tapi dari studi pendahulu yang dilakukan di Indonesia, di kota Semarang khususnya diperoleh bahwa Enterobacteriaceae lebih dominan. Selain itu, dari data hasil kultur sputum RSDK Semarang periode Januari-Juni dan Juli-Desember 2009 menunjukkan bahwa Enterobacteriacea paling banyak ditemukan. Hal ini menyebabkan pertanyaan-pertanyaan, apakah pola kuman masyarakat Indonesia berbeda dihubungkan juga dengan keadaan lingkungan Negara Indonesia dan karekteristik masyarakatnya yang juga berbeda dengan Negara lain tersebut seperti Amerika Serikat maupun Belanda.
 
Data tentang pola kolonisasi bakteri patogen respiratori pada anak dan orang tua sehat di Indonesia ini penting untuk informasi sebagai pegangan laborat mikribiologi dalam melakukan analisa hasil kultur pada penderita infeksi saluran napas. Informasi ini juga dapat menjadi pertimbangan dalam mendiagnosa sementara suatu penyakit saluran napas dan pemberian terapi empiris pada penderita infeksi saluran napas atas. Dokter ketika mendiagnosa suatu infeksi saluran pernapasan, saat itu belum bisa ditetapkan bakteri apa yang menginfeksi, hanya bisa menduga dari data yang sudah ada untuk kemudia segera diberikan terapi awal (terapi empiris) sebelum ditemukan bakteri penyebab yang menginfeksi. Untuk mendapatkan diagnose pasti berupa bakteri yang menginfeksi saluran napas tersebut, harus dilakukan kultur yang waktunya tidak sebentar, kultur kuman sampai mendapatkan kesimpulan akhir itu membutuhkan waktu kurang lebih 3-7 hari. Hal ini mengakibatkan, dokter harus memberikan terapi sementera terlebih dahulu sampai didapatkan hasil pasti ,kemudian dilanjutkan dengan terapi sesuai dengan hasil kulturnya, jika telah diketahui hasilnya. Bagaimana melakukan terapi empiris? Terapi empiris ini diberikan sesuai dengan pola kuman yang biasa menginfeksi yang didapatkan dari penelitian-penelitian.Sedangkan, selama ini data diperoleh dari luar negri, padahal kita tidak mengetahui apakah pola kuman orang Indonesia sama dengan negara lain. Karekteristik, budaya dan lingkungan yang berbeda antar masyarakat Indonesia dengan negara lainnya, maka kemungkinana besar akan berbeda pula pola kumannya. Hal ini pun telah dibuktikan pada negara Angola dan Brazil dimana karakteristiknya masyarakat dan lingkungannya mirip dengan Indonesia pola kumannya berbeda dengan negara Belanda yang karakteristi masyarakat dan lingkungannya lebih maju. Hal ini menunjukkan betapa perlunya data pola kuman pada masyarakat Indonesia agar diagnosa sementara yang diberikan lebih tepat dan lebih mengarah pada diagnosa yang sesungguhnya juga terapi sementara yang diberikan terapi pasti bisa lebih tepat pemberiannya.

 

Tuesday, March 16, 2010

[penelitian] kegiatan saat sampling




sampling kita lakukan untuk mendapatkan apusan nasofaring, dengan cara memasukkan lidi kapas, dengan kawat lentur sekali, melewati rongga hidung. terasa hanya geli-geli sedikit, seperti memasukkan cutton bud ke telinga..
tidak sakit sama sekali, tapi efeknya setelah dimasukkan lidi kapas ini jadi terasa wahing sebentar..
tapi, setelah itu akan dapat tali kasih dari kami, paket maknan dan mandi..

banyak karakteristik manusia yang kami jumpai, mulai dari masyarakat yang dengan pandainya menasehati kami hingga masyarakat yang mau diperiksa hanya karena mendapat paket dari kami. Bahkan saking pinginnya beberapa ada ayng mengaku-ngaku sehat, padahal sedang batuk pilek. subjek yang kita cari adalah masyarakat yang dalam keadaan sehat, tidak sedang batuk n pilek. terkadang kami kecolongan, sudah diambil apusan nasofaringnya, baru terdeteksi kalau sample mengalami pilek.

biasanya yang melakukan swab nasofaring dosen kami dan juga seorang dokter yang ikut penelitian kami juga. kami pun pernah melakukannya, tapi cuma sekali dua kali saja. dulu, bahkan kami yang merasakan sendiri dimasukkan kapas dengan kawat lentur ini, rasanya geli..tapi tidak sakit..

kami sendiri, para mahasiswanya, lebih banyak berperan dalam mengisi kuesioner, kami menanyakan beberpaa pertanyaan yang dirasakan ikut mempengaruhi pola kolonisasi kuman pada nasofaring orang sehat. ada beberapa pertanyaan yang membutuhkan trik2 khusus saat menanyakannya karena terkadang masyarakat lupa dan tidak sadar bahkan tidak mengetahuinya, jadi kita harus pintar2 mengarahkannya. awalnya untuk kueisoner ini kami belajar dulu step2 menanyakannya. awalnya kami tidak luwes saat bertanya, kaku, tapi semakin lama kami semakin lihai dan lebih cepat dalam bertanya.

asiknya saat menanyakan kuesioner adalah terkadang kami dianggap dokter dan mereka suka nyolong konsultasi ke kita tentang penyakitnya, kalau bisa kami jawab, tapi kalau tidak terkadang kami tanyakan ke dokter2 yang ada di situ. saat mengisi kuesioner ini juga tantangan kami jika ternyata orang tua tersebut tidak bisa berbahasa Indonesia, benar-benar kewalahan saat saya menghadapi orang tua seperti ini. pernah, ada penerjemah yang membantu saya saat bertanya..
satu hal yang tidak maju2 ilimu saya.. yaitu memahami bahasa jawa.. berkali-kali menghadapi orang jawa yang sering menggunakan bahasa jawa, tapi saya tetap saja tidak lihai memakainya, hehe..

[penelitian] lokasi pangambilan sample




penelitian ini dilaksanakan di seluruh wilayah Kota Semarang..
dari 16 kecamatan ayng ada di Semarang, masing dipilih satu RT atau diperlebar menjadi satu RW dengan menggunakan metode cluster random sampling..

ini hanya beberapa tempat penelitian yang kami lakukan, yang sempat terbidik kamera. awal2 penelitian, kami tidak pernah memotretnya karena ke ruwetan kami sendiri sehingga kami melupakan dokumentasi. tetapi, semakin alam, kami sudah mengetahui ritme penelitian kami sehingga muali terbiasa dan lebih terartur.
memotret lingkungan setempat adalah suatu keharusan untuk mengetahui kondisi lingkungan tempat tinggal masyarakatnya juga.

ini salalh satu RT/RW di kelurahan purwodinatan, gayamsari, tinjomoyo, plamongan sari. tempat-tempat lainnya menyusul dan beberapa tidak sempat kami foto..

kalau melihat lingkungannya, seringkali kami menemukan lokasi padat penduduk dengan rumah yang seadanya. kondisi lingkungan yang seperti ini seharusnya mempengaruhi pola kolonisasi masyarakatnya. oleh karena itu, melalui penelitian ini kami mencari tahu pengaruhnya.

[penelitian] isolasi primer


ini media tempat kita menanam kuman..
satu sample swab nasofaring, kita tanem di 3 media (agar darah gentamicin, agar coklat, agar Mac Conkey)

setelah diinkubasi 24-48 jam, dilakukan pembacaan untuk diidentifikasi..

proses identifikasi dilakukan oleh dosen kami, karena jam terbang kami masih cetek, jadi belum diberi kepercayaan..
soalnya identifikasi ini sulit sekali..terkadang butuh pemeriksaan tambahan agar bisa diidentifikasi akhir janis bakteri yang ditanem.
Tapi, kami membantu menuliskannya di lembar khusus, kalo ini giliran. kalo ikut identifikasi, bisa pulang lebih malem lagi..
biasanya kita diajari untuk membaca kuman dengan ciri2nya yang khas. terkadang juga diajari untuk melakukan tes lainnya, seperti tes satelit, tes optochin n AST, dsb.

gini ini yang kita lakuin mpe tengah malem di lab,,
nanem kuman istilahnya..
setiap abis sampling, maksimal dalam waktu 6 jam harus segera diisolasi..jadi kalo baru nyampling malem, malem itu juga harus kita isolasi..
bisa mpe jam 1 kita baru pulang kalo lagi banyak sample yang harus ditanem..

semakin lama, kami semakin mahir aja mengisolasi, jadi semakin cepat kami menyelesaikannya..

isolasi primer itu kegiatan yang menyenangkan sekali, bisa ketagihan nge-streak jadinya..

Saturday, March 6, 2010

[liburan] jalan-jalan di Cirebon




Aku Akan Bertahan di Sini

Biarkan angin berhembus..
aku akan bertahan di sini..
biarkan tetes demi tetes hujan jatuh..
aku akan bertahan di sini..
biarkan badai mengamuk..
aku akan bertahan di sini..

biarkan sengat panas mentari memanggangku..
aku akan bertahan di sini..
biarkan kobar api itu menyala..
aku akan bertahan di sini..
biarkan amukan petir itu menghadang..
aku akan bertahan di sini..

biarkan wanginya lavender menemaniku..
atau mungkin wanginya Raflessia Arnoldi yang menemani..
aku akan bertahan di sini..
biarkan lezatnya tumis jamur menyentuh lidahku..
atau mungkin lezatnya jamur candida yang menyentuh lidahku..
aku akan bertahan di sini..
biarkan apapun yang bersamaku..
asal aku tetap bertahan di sini..

ya Allah ya rob..
aku di sini..
ingin tetap bersamaMu..
meraih cinta, ridho, rahmat, dan kasihMu..
jangan biarkan aku jatuh terjerembab..
lindungi aku ya Allah..
semoga kekuatan itu selalu melindungiku..
amin..

semakin ku yakin, aku milikMu..

semakin ku berlari kencang,
semakin ku tahu,
aku sudah tertinggal jauh..

semakin ku menyelam lebih dalam,
semakin ku sadar,
aku masih dipermukaan, cetek..

semakin ku tatap dunia luas,
semakin ku lihat,
aku cuma sekecil kuman yang tak tampak..

semakin ku maju,
semakin ku yakin,
aku sedang mundur..

semakin ku berani,
semakin ku sadar,
aku takut..

semakin ku yakin akan semuanya..
aku milikMu..
aku ada..karenaMu..
aku ada pun untukMu..

hanya syukur yang harus kuucap..
Alhamdulillahirobbil'alamin..

Friday, March 5, 2010

Bandung [jepret+edit]




Oleh-oleh dari Liburan ke bandung kemaren nih..setelah sekian lama berkutat dengan ujian-proposal-ujian-proposal-ujian-penelitian-proposal-ujian..hwaaaa...akhirnyaaaaa...direpres semuanyaaaa....