Saturday, September 25, 2010

[SumBar] Pesisir Selatan "Pantai Kambang"




ini pantai Kambang, terletak di kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatra Barat. hm..sebenarnya pantai kambang ini terkenal dengan pantai pasir putih nya dan dijadikan objek wisata. Berhubung di saat lebaran sangat ramai sekali, jadi malas untuk ke sana, g bisa menikmati juga klo rame gitu..

Sepanjang Pesisir Selatan ini banyak sekali pantai-pantai yang indah, jadi tidak usah khawatir g bisa liat pantai karena ramai, karena setiap sisinya sangat indah dan bisa dinikmati. Yang di foto ini, lokasinya di belakang rumah saudara saya. Sebenernya bukan saudara langsung, hehe.. tapi tetep dibilangnya saudara. Begitu ke halaman belakang rumahnya, langsung terlihat pantai..wuiii...halaman belakangnya luas bener..pantai..hehe..

Padahal kami ke sana siang hari, tapi tidak membuat kami mengurungkan niat untuk jalan-jalan dan bermain ke Pantainya, karena begitu sampai di tepi pantai, g berasa panasnya, soalnya anginnya kuenceng banget,,
Saat bermain-main, ternyata ada perahu nelayan yang baru nambat..kami pun main di atas perahu mereka, kata bapakn nelayannya kita boleh naik dan main-main.
Oiya, ada sepupu saya juga, jadi makin asyik..kita iseng banget mainan ombak, mainan pasir, mainan lempar kelapa, dsb. mpe udah g sadar klo udah jam 4 aja..
dan akhirnya kita sudah dioanggil-panggil untuk pulang...hehe..

berasa jadi manusia pantai selama di kampung..tapi seruuu banget..jarang jarang di Jawa bisa melihat pantai nan indah seperti di Sumatra ini..hehe..
*aku nya aja kali ya yang jarang jalan-jalan di Jawa, makanya gtw, hihi..

Wednesday, September 1, 2010

Kenapa Memiliki Data Pola Kolonisasi Bakteri pada Masyarakat Indonesia Penting?

Nasofaring merupakan bagian dari faring bagian nasal. Nasofaring ini berdinding mukosa selaput lendir sehingga selalu dihuni oleh flora normal. Flora normal merupakan sekumpulan mikroorganisme yang hidup pada kulit dan mukosa manusia normal yang sehat. Flora normal manusia terdiri dari flora tetap dan flora sementara. Flora sementara ini terdiri dari mikroorganisme nonpatogen dan potensial patogen. Flora sementara akan melakukan kolonisasi, berbiak dan menimbulkan penyakit apabila flora tetap berubah.[1] Kolonisasi nasofaring oleh bakteri potensial patogen respiratori, seperti Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, Haemophylus influenzae dan Moraxella catarrhalis umumnya tanpa menimbulkan manifestasi klinis, tetapi keberadaan bakteri-bakteri potensial patogen respiratori ini tetap menjadi sebuah masalah karena dapat menjadi sumber penularan dan penyebaran pada orang lain.[2-5] Dari beberapa penelitian di beberapa negara, keempat bakteri tersebut merupakan bakteri yang sering dijumpai dan berkolonisasi di nasofaring. Dari beberapa data yang dikumpulkan oleh Jose Angel Garcia-Rodriguez dan Maria Jose Fresnadillo Martinez didapatkan bahwa di negara Israel terdapat 78% anak-anak di Tempat Penitipan Anak (TPA) menjadi pembawa bakteri S. pneumoniae, di Portugal terdapat 72% pembawa H. influnzae dan 54% pembawa M. catarrhalis.[2] Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab utama pneumonia komunitas di Amerika Serikat.[6]  Pneumonia komunitas pada inang yang sehat umumnya  oleh flora di nasofaring.[7] Kolonisasi flora normal pada nasofaring merupakan sumber infeksi pertama sebelum menyebar ke lokasi lain pada saluran napas atau melakukan penetrasi pada cairan tubuh yang steril.[4]

Berdasarkan data dari United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO), pneumonia merupakan salah satu pembunuh anak utama yang terlupakan. Anak balita diperkirakan meninggal dunia karena pneumonia lebih dari dua juta setiap tahunnya.[8] Di Indonesia sendiri pneumonia merupakan urutan terbesar yang menyebabkan kematian pada balita, berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992, 1995, 2001 dan juga berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007.[9,10] Oleh karena itu, keberadaan bakteri-bakteri potensial patogen respiratori di saluran napas merupakan informasi yang penting.

Usia merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kolonisasi bakteri potensial patogen respiratori pada nasofaring orang sehat. Berdasarkan beberapa penelitian didapatkan bahwa kolonisasi tertinggi ada pada usia mau masuk sekolah, kolonisasi akan menurun pada usia sekolah dan akan menurun tajam pada usia dewasa muda dan sedikit penelitian yang mengamati pada usia dewasa tua.[2,3,11] Beberapa faktor risiko yang menyebabkan keberadaan kolonisasi bakteri potensial patogen pada nasofaring usia dewasa berbeda dengan usia anak-anak. Orang dewasa bisa memperoleh bakteri patogen respiratori ini dari paparan di tempat kerja dengan kondisi penunjang berupa obesitas, pecandu alkohol, kebiasaan merokok, keadaan imunosupresi, serta adanya penyakit penyerta, seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), kistik fibrosis, dan akut sinusitis.[2]

Selain itu, pada negara berkembang beriklim tropis dengan kondisi sosial ekonomi yang masih rendah, kolonisasi bakteri batang Gram negatif lebih banyak ditemukan di nasofaring.[7,12] Studi yang dilakukan di Angola, Brazil dan Belanda, membandingkan prevalensi bakteri nasofaring di negara maju dengan negara sedang berkembang beriklim tropis.[7] Hasilnya didapatkan bakteri batang Gram negatif lebih banyak dijumpai pada anak-anak sehat di Angola dan Brazil daripada di Belanda yang mana di Angola dan Brazil merupakan negara berkembang dengan kondisi penduduk yang diambil sebagi sampel berasal dari lingkungan padat dengan keluarga besar dan sanitasi lingkungan yang buruk.[7] Selain itu, dari penelitian yang dilakukan di Cina hampir sebagian besar bakteri yang terisolasi berasal dari strain Enterobacteriaceae.[13] Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil kultur sputum dari bagian Mikrobiologi Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) dr. Kariadi didapatkan bahwa bakteri Gram negatif lebih banyak ditemukan daripada bakteri Gram positif. Dari 405 total isolat diperoleh 205 isolat dari kelas Enterobacteriaceae.[14] Dapat disimpulkan bahwa setiap daerah memiliki pola yang berbeda-beda sehingga masyarakat Indonesia perlu memiliki data pola kolonisasi ini sendiri agar diagnosa dan oenanganan dapat lebih tepat.

Data tentang pola kolonisasi bakteri potensial patogen respiratori pada anak dan orang tua sehat di Indonesia ini penting untuk informasi sebagai pegangan laborat mikribiologi dalam melakukan analisa hasil kultur pada penderita infeksi saluran napas. Informasi ini juga dapat menjadi pertimbangan dalam mendiagnosa sementara suatu penyakit saluran napas dan pemberian terapi empiris pada penderita infeksi saluran napas atas.


Daftar Pustaka
1.    Brooks GF, Butel JS, Morse SA, Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA. Jawetz, Melnick & Adelberg’s medical microbiology. Jakarta: Salemba Medika; 2005
2.    Rodriguez JAG, Martinez MJF. Dynamics of nasopharyngeal colonization by potential respiratory pathogens. Journal of Antimicrobial Chemotherapy. 2002; 50: 59-73.
3.    Lieberman D, Shleyfer E, Castel H, Terry A, Boehm IL, Delgado J, et al. Nasopharyngeal versus oropharyngeal sampling for isolation of potential respiratory pathogens in adults.  Journal of Clinical Microbiology. 2006; 44(2): 525-8.
4.    Cardozo DM, Carvalho CMN, Andrade ALSS, Neto AMS, Daltro CHC, Brandao MAS, et al. Prevalence and risk factors for nasopharyngeal carriage of Streptococcus pneumonia among adolescents. J Med Microbiol. 2008; 57(2): 185-9.
5.    Munoz-Elias E, Marcano J, Camili A. Isolation of Streptococcus pneumoniae Biofilm Mutants and Their Characterization during Nasopharyngeal Colonization. American Society for Microbiology. 2008; 76(11): 5049–61.
6.    File TM Jr. Streptococcus pneumoniae and community-acquired pneumonia: a cause for concern. Am J Med. 2004; 117 Suppl 3A:39S-50S.
7.    Wolf B, Gama A, Rey L, Fonseca W, Roord J, Fleer A, et al. Striking differences in the nasopharyngeal flora of healthy Angolan, Brazilian and Dutch children less than 5 years old. Annals Of Tropical Paediatrics. 1999  Sep.; 19(3): 287-92.
8.    Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Pneumoni, penyebab kematian balita nomor satu [homepage on the Internet]. c2006 [update 2008 November 13 cited 2010 February 4]. Available from: http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php?mod=pubArtikel&idMenuKiri=10&idArtikel=12
9.    Departemen Kesehatan. Profil Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah 2005 [homepage on the Internet]. 2005 [cited 2010 Januari 19]. Available from: http://www.depkes.go.id/downloads/profil/kalteng/narasi_profil05/narasi_profil05/BAB%20III_profil.doc
10.    Ikatan Dokter Anak Indonesia. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada World Pneumonia Day (Hari Pneumonia Dunia) 2009 [homepage on the Internet]. c2009 [cited 2010 Januari 19]. Available from: http://www.idai.or.id/Kegiatanidai.asp
11.    Regev-Yochay G, Raz M, Dagan R, Porat N, Shainberg B, Pinco E, et al. Nasopharyngeal carriage of Streptococcus pneumoniae by adults and children in community and family settings. Clinical Infectious Diseases: An Official Publication Of The Infectious Diseases Society Of America. 2004 Mar; 38(5): 632-639.
12.    Lima ABM, Leao LSNO, Oliveira LSC, Pimenta FC. Nasopharyngeal Gram-negative bacilli colonization in Brazilian children attending day-care centers. Braz J Microbiol. 2010; 41(1).
13.    Wang S, Li D, Chu Y, Zhu L, Liu F. Determination of oropharyngeal pathogenic colonization in the elderly community. Chinese Medical Journal. 2010; 122(3): 315-8.
14.    Rekap hasil pemeriksaan kultur di RSUP  dr. Kariadi Semarang periode Januari-Juni 2009 dan 2010.


Sebuah Janji, bukan Sekedar Ucapan..

Bismillah..

Alhamdulillah, itu adalah kata pertama yang harus kuucapkan saat ini. Sebuah pertolongan yang luar biasa dari Allah lah yang membawa ku di sini saat ini. Berdiri bersama 170 orang lainnya, mengikrarkan janji, janji yang bukan hanya ucapan saat ini semata, tapi sebuah janji yang harus aku tanam baik-baik di diri ini, melekat dengan baik pada jiwa ini. Bukan hanya aku, tapi oleh 170 teman ku yang lain, yang sama-sama berdiri di sini.

Ntahlah, bagiku ini merupakan momen yang sangat sakral, momen yang membuatku ingin menangis. Hampir saja kuteteskan air dari kelenjar lakrimasi ku, tapi aku hanya membiarkan air iini cukup  melembabkan kornea mataku saja tanpa harus membasahi zigoma, nasal, atau bahkan maxilla dan mandibulaku. Aku saat ini telah diterima menjadi tamu di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi. Ya. Hanya seorang tamu. Dimaan aku harus menghormati dengan baik tuan rumahnya, itulah etika bertamu.

Aku yang selama ini hanya belajar dari buku, setelah ini aku akan belajar langsung dengan manusia, untuk itu aku harus punya etika yang baik. Harus menghormati mereka dengan baik dan benar-benar menjunjung harkat dan martabat mereka. Kehormatankulah yang menjadi tanggungannya, itulah yang kuucapkan pada janjiku. Tapi, sesungguhnya bukan hanya itu, bahkan lebih besar dari itu, janji inilah yang telah mengikatku, sebuah amanah yang besar inilah yang menjadi tanggunganku. Pasien-pasien itu, yang notabene dari kalangan yang tidak mampu, yang hanya bisa membayar setara kelas 3, mereka datang bukan untuk menjadi bahan pelajaran kami, tapi mereka ingin disembuhkan. Walaupun pada akhirnya bukan keinginan mereka yang pada akhirnya kami jadikan bahan buat pembelajaran, agar tercipta generasi yang lebih baik. Maka, aku harus tau etika, dan tetap menghormati mereka layaknya seorang pasien yang benar-benar ingin disembuhkan, bukan seorang pasien yang hanya sekedar aku jadikan bahan pembelajaran karena bagaimanapun juga mereka adalah manusia yang datang karena ingin disembuhkan. Sungguh tak adil memang, ketika kita sampai menginjak mereka padahal mereka adalah orang yang telah berbaik hati membantu kami belajar. Mereka adalah orang-orang yang legowo, yang harus kami hormati sebaik mungkin. Mereka adalah orang-orang yang sangat berjasa bagi kami. Dan ini harus terus diingat oleh kita semua calon dokter di Indonesia, bahwa kita tidak boleh semena-mena terhadap mereka. Jiwa sosial lah yang harus banyak berperan, tak cukup hanya sebuah IPK yang mumpuni yang menjadi bekalku, tak cukup puluhan buku dan jutaan teori-teori yang njlimet, tapi kemanusiaan, belas kasih, hati yang bersih, harus menjadi bekal yang jauh lebih penting.

Saya sangat suka kata-kata dosenku tadi, “pertama-tama adalah bersihkan hati dulu, baru Allah mau memberikan ilmuNya pada kita setelah itu.” Buat apa kita pintar kalau tidak diikuti dengan hati yang bersih, hanya bisa menjadi duri bagi orang lain. Tajam. Buat apa jika hanya bisa mengecewakan mereka dengan kata-kata ketus maupun dengan sikap yang tidak baik atau bahkan hanya bisa menginjak mereka. Tapi, yang terpenting bukan pura-pura baik untuk disenangi, tapi membersihkan hati dan tulus memberi.

Ya Allah, aku mohon kelapangan hati, kesabaran, kekuatan dan perlindungan padaku agar tetap bisa memegang janji ini. Berilah petunjukMu pada setiap langkah yang kulalui. Sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baiknya penolong. Hasbunallahu wa ni’mal wakil (Ali Imron:173).

[Semarang] "Kepahitan yang harus dibenahi"




Ini kawasan PBL (Praktek Belajar Lapangan) kami, kelurahan Bandarharjo.
salah satu kelurahan yang terletak di Kotamadya Semarang, inilah gambaran sisi lain kehidupan di sebuah ibu kota provinsi. Ini adalah cerita lama, cerita lama yang tak kunjung teratasi, suatu sistem yang belum terbenahi di kawasan ini.

Ini adalah kawasan yang selalu terkena rob, hampir setiap hari rumah mereka tergenang, hm..ini hanya sedikit potret yang sempat kuabadikan, sebenarnya masih banyak yang lebih membuat mengelus dada, tapi tak sempat kuabadikan.

Sistem pembuangan air limbah rumah tangga (baca: got) tidak lancar, kerap membuat rumah-rumah di kawasan ini tergenang air. Sistem pompa air yang belum baik, membuat kawasan ini kerap tergenang saat rob tiba. Sistem pembuangan sampah yang masih belum baik, membuat kawasan ini tertumpuk sampah yang berserakan. Kesadaran masyarakat yang kurang dan kesadaran pemerintah yang kurang mengakibatkan kondisi seperti ini masih ditemukan. Berbagai masalah ditemui. Tiap tahunnya para mahasiswa melakukan praktek lapangan atau KKN di wilayah ini, tapi tetap saja, masalah belum teratasi. Harus ada perhatian khusus dari pemerintah secara langsung untuk membenahi wilayah ini, setidaknya, mengatasi rob yang tak pernah berujung perbaikan. Genangan air dimana-mana ini sesungguhnya sangat tidak baik untuk kesehatan, banyak sekali penyakit yang ditransmisikan lewat genangan air dan genangan air ini bisa menjadi sumber penularan berbagai macam penyakit.

Kapankah masalah ini akan teratasi?