Sunday, February 20, 2011

Ilmu Dari Ujian

Ini dia, beberapa ilmu-ilmu baru yang saya dapatkan saat ujian. Benar juga kata ibunya, kalau kita biasanya baru paham, emang saat ujian. Karena baru tau, yang ditanyain itu apa aja. Sewaktu di Jiwa juga seperti itu, saya baru ebnar-benar paham, saat ujian itu. Waktu dulu masih kuliah apa lagi, saat ujian itu, saya baru sedikit ngeh maksudnya. Tapi, saat ujian itu, saya jadi merasa tidak tau apa-apa. Hoho.. Kalau kata ayah, yang penting kita bisa belajar dan jadi tau setelah itu. Yup..yup..makanya sekarang saya tulis, ilmu-ilmu baru bagi saya pribadi..

Pertama ibunya tanya, “kamu tau artinya ileus?”  spontan kami menjawab, “usus” beliau langsung menggeleng-geleng, lalu memberitahu kami, “ileus itu asal kata dari ileos, artinya nyeri perut.”

“kamu tau kenapa ada tanda coil spring? Patofisiologinya bagaimana?”
Jawaban kami rata-rata sama, “adanya obstruksi usus membuat usus berdilatasi, usus terisi udara, sehingga dindingnya semakin jelas memberikan gambaran dari plika sirkularisnya.”
Dan beliau.. menggeleng-geleng, lalu memberitahukan yang benar, “obstruksi usus itu membuat usus terus berkontraksi tapi adanya obstruksi, membuat semakin kencang sebagai kompensasi, akhirnya usus distensi, dindingnya kemudian mengalami penebalan akibat udem sehingga gambaran plika semakin terlihat jelas, kemudian udemnya juga mengeluarkan cairan, sehingga udara usus yang berlebih akibat tidak terserap pun bersama dengan cairan usus tersebut memberikan gambaran air fluid level pada foto LLD.” Kurang lebih si seperti itu yang saya tangkap.

Lalu ada gambaran dislokasi sendi bahu (red: artikulatio glenohumeri) kanan. Kami mencoba mendeskripsikannya dan menjawab dislokasi sendi bahu kanan. Tapi, beliau tetap geleng-geleng, lalu bertanya, “sudah? Cukup hanya menjawab dislokasi sendi glenohumeri kanan saja?” kami terdiam. “coba kalian lihat, arah panah sebelah marker itu menandakan apa?” ngeeek.. apakah itu? Selama ini kami tidak pernah melihatnya, lalu, beliau menerangkan, “itu tanda pasiennya dengan posisi abduksi dan adduksi” kata beliau, tidak perlu lagi dengan foto lateralnya kalau seperti itu. Lalu kami, ditanya lagi, “itu dislokasinya tipe yang mana?” haduu.. seriusan saya tidak belajar segitunya, macam-macam dislokasi sendi bahu, apaan itu. Lalu ibunya berkata lagi, “ke arah mana?” hooo... kujawab, “anterior” memang tampak sekali itu terjadi pergeseran ke anterior, dan beliau tetap tidak puas kemudian melanjutkan bertanya, “tau dari mana?” ngeeekk, makin pusing saya. Saya pun terdiam. Dan beliau kemudian melanjutkan, “dilihat dong, kalau caput humerinya lebih ke bawah, berarti itu dislokasi ke anterior, sedangkan kalau caputnya lebih ke atas itu berarti dislokasi ke posterior.” Hwaa..ilmu baru lagi.

“sekarang, coba sebutkan fraktur-fraktur khusus, fraktur boxer apa?” dengan lancar kami menjawab, “fraktur pada metacarpal V” beliau puas sepertinya, tapi itu tidak cukup untuk beliau, pertanyaan berikutnya, “fraktur colles?” dengan lancar kami pun menjawab, “fraktur basis radii disertai dengan angulasi ke posterior.” Ternyata itu kurang memuaskan beliau, “apanya yang angulasi?” , dengan dudul saya jawab, “tulang radiusnya”, ibunya senyum-seyum, “iya, tapi bagian apanya?” oh..baru ngeh.. “fragmen distalnya” tetep, itu belum cukup, “udah itu aja? Fraktur colles cuma itu?” wedeh.. apalagi? kita bingung, terus kita diem deh. Seperti biasa ibunya menambahkan, “fraktur colles kan banyak variannya. Coba dicari.. ” hihi.. parah banget ya kita, kompakan bener ga tau nya. Tapi, berdasarkan buku yang kita baca memang g nyebut-nyebut variannya, jadi kita g tau deh.

Udah gitu, masih seputar fraktur, ada fraktur collum femoris. Padaha kita udah ngasih kesan yang kupikir udah cukup, ternyata menurut ibunya itu masih kurang. Karena  menurut beliau, fraktur collum femoris itu ada bagian-bagiannya lagi. “ini bagian mananya collum?” Kita bingung, ngek ngok, collum kan bagiannya tulang femur, ini mau dibagi lagi, apaan coba? Saya mengingat bagian-bagiannya. Intertrochanter kah? Sepertinya itu masih di collum. Argh.. bingung. Terus, aku cuma bisa bilang, “distal collum femur.” Ternyata masih kurang tepat, “iya, apa namanya? Kan ada nama-namanya, cervical, intertrochanter, dsb. coba kalian cari lagi ya.” Huduuuu. Dari buku-buku yang kucari (bukan textbook radiologi si pastinya), gda yang nyebutin gitu, buka atlas anatomi, juga g nyebutin bagian-bagian collum femur sedetil itu lagi. Haduuu.. Akhirnya, kami tanyakan ke residen,ternyata kata beliau ada, tapi dia juga nyuruh kita buat nyari-nyari sendiri. Bingung kan, buku apa yang harus dibaca? Hehe..

Terus lagi, kami ditanya, saat membaca CT Scan kepala. Di kiri atas kan ada satu kotak yang gambarnya kepala, dengan garis-garis tempat potongannya kan ya. Nah, ibunya nanya ke kita, “kalian tau ini apa?” kita mentok-mentok cuma bisa bilang, “markernya bu, untuk tau tempat potongannya.” Beliau senyum, kemudia berkata, “iya, namanya apa? Kalau kalian tidak tau bilang aja tidak tau.” Kompakan kita semua bilang, “tidak tau dokter.” Lalu beliau, memberitahu, “ini namanya scanogram, diinget-inget ya. Ntar di bedah saraf kamu bisa ditanyain loh. Kalau MRI medula spinalis markernya itu namanya MR Myelogram. Kalian udah pernah ngeliat MRI? Di sini memang gda si, tapi setidaknya kalian bisa lah ngebedain dengan CT, coba saya tunjukkin.” Lalu, kami dicariin gambar MRI, dan ibunya hanya menjelaskan, kalau MRI, makenya intensitas, kalau CT makenya densitas. MRI itu membuat tulangnya berwarna hitam, dan parenkim otanya justru terlihat lebih jelas. Inilah mengapa, kalo mau lihat jaringan lunak, memang imaging pilihan yang paling bagus MRI. Sedangkan kalo tulang, CT tetap pilihan utamanya.

Selain itu juga, dikasih tau banyak hal yentang ilmu-ilmu yang canggih lainnya di radiologi, ini si seputar pengetahuan kita saja, bukan kompetensi kita sebenarnya, tpai penting diketahui dokter umum, biar kalau mau ngerujuk ataupun memberikan alternatif terapi jadi tau. Kalau kata beliau si, “radiologi itu sebenarnya banyak tindakan-tindakan yang maco nya kok, yang cocok buat laki-laki juga. Sering ikut tindakan bedah juga. Tapi ya itu dibelakang layar jadi tidak terlihat. Kaya tindakan arteriografi, itu kan juga butuh keterampilan.” Haha, gara-gara residen banyaknya perempuan kali ya, ibunya jadi promosi juga. Beliau, menanyakan tentang TACE. Pastinya, kita gda yang tau, dan beliau kecewa. Katanya, gagal promosi kalau begitu. Jadi, TACE ini singkatan dari Trans Arterial Chemo Embolization, salah satu metode untuk menghilangkan/mengecilkan tumor. Jadi, dengan embolisasi yang terjadi itu, mengakibatkan aliran darah ke tumornya itu terhambat, sehingga pertumbuhan tumor menjadi terhambat, dan juga ditambah pemberian chemoterapi untuk tumornya. Kurang lebihnya begitu yang beliau jelaskan secara singkat. Ada juga TACI (Trans Arterial Chemo Infusion) masukin chemoterapinya lewat infus. Gimana penjelasannya aku juga bingung, g dijelaskan waktu itu.

Bahasa Surat

Aku diprotes sama ayah dan ibu. Katanya aku ini gda basa-basinya. Jadi, beberapa hari yang lalu, masa berlaku STNK kimi mau abis, ayah mengingatkanku untuk ngirim STNKnya ke rumah. Itu pun, sebenarnya aku g tau masa berlaku STNKnya terakhir sampai kapan. Kalau ayah tidak mengingatkan, mungkin aku pun lupa. Padahal kan, STNKnya ada di aku, tapi ayah yang lebih tau. Hehe. Berulang kali ayah mengingatkan agar aku segera mengirim, tapi aku selalu saja keluapaan. Setelah berkali-kali diingatkan, kukirim juga akhirnya. Hehe.

Sewaktu kirimanku sampai, ayah dan ibu menelpon, terus ibu langsung berujar padaku, “dek, itu yang benar saja, masa ngirim surat ke ayah, nulisnya ‘Kepada: Ha*** Ra***’ (baca: nama ayahku).” Aku bingung dan hanya menjawab, “Iya kan, emang buat ayah, itu kan nama Ayah.” Si ibu, ketawa. Lalu, ibu cerita, “Waktu ibu baca kepada nya, ibu kaget, terus nanya ke ayah, ini dari ima yah? Kok nulisnya gitu banget.” Aku jadi makin bingung, lalu ibu bilang, “kalo uda mu ngirimnya gini, ‘Kepada: Ibundaku Mar****’ (baca: nama ibuku). Kaya gitu, kalo ngirim surat ke orang tua.” Aku cuma cengar-cengir. “Emang kenapa bu?” ibu gemes kali ya aku g paham-paham, “iya, kalo ngirim ke ayah, harusnya, ‘kepada ayahandaku bla..bla..bla..’ Jangan langsung nama. Kaya gitu juga kalo ngirim ke kakak, ‘kepada kakandaku atau kakakku atau udaku bla..bla..bla..’ Jangan langsung nama. Ke om, ke saudara-saudara lain juga” Aku makin cengar-cengir. “hehe.. ya maaf bu, g ngerti kalo harus begitu. Ga pernah ngirim surat. Lagian itu kan bukan surat bu..” masih aja bisa membela diri. Ibu malah berujar, “iya si ya, kamu mah g pernah surat-suratan. Belajar sama ayah ibu makanya, dulu sering surat-suratan.” Hyahaha.. Aku ketawa ngekek dengernya.

Iya ya, aku jarang banget ngirim surat, sekalinya ngirim surat itu, ya surat-surat resmi, jadi g pernah pake begitu-begituan. Baiklah, lain kali kukasih embel-embel, ayahanda, ibunda, kakanda. Hihi..

Aku ingat, dulu, sewaktu masih SD, saya sering surat-suratan dengan teman yang berbeda pulau. Dia ini teman satu kelasku waktu kelas 3. Dan dia pindah ke Balikpapan, Kalimantan, waktu itu. Nah, dari situ, kami tetap berkomunikasi melalui surat. Semenjak itu, saya selalu menantikan suratnya, dan sangat gembira saat ayah membawakan suratnya untukku. Karena saya tinggal di komplek lokasi kerja ayah, jadi, setiap surat masuk itu, lewat kantor ayah. Biasanya, seminggu dua minggu jaraknya setiap dapet surat baru, kalau tidak salah ingat. Ada banyak surat-surat darinya, kadang juga terselip kenang-kenangan darinya. Aku pun sigap sekali untuk membalasnya. Tapi, aku lupa, apa saja ya yang saya tuliskan dalam surat itu. Semua suratnya, saya simpan dengan baik. Saya ingat lokasinya, di laci terbawah meja belajarku. Tapi, sekarang udah ga tau kemana. Sepertinya, sudah diselamatkan ibu (baca: buang).

Dulu juga, saya senang mengoleksi kertas surat, dan yang bergambar warna-warni yang lucu-lucu. Kami berkirim surat dengan kertas surat yang lucu-lucu itu. Kirim surat selalu kami lakukan dalam setahun ke depannya, setelah kelas 5 SD sepertinya sudah tidak lagi surat-suratan. Kalau tidak salah, karena dia pindah rumah, dan tak tau lagi bagaimana akhirnya, sampai kami tidak pernah lagi saling berkirim surat. Dan semenjak itu, saya tidak pernah kirim-kiriman surat lagi. Hehe..

Dompet Kancing Flanel

Ceritanya, saya lagi kebingungan nyari dompet buat pengganti dompet favoritku yang udah belel. Belelnya si g jadi masalah, tapi yang jadi masalah adalah, perekatnya sudah tidak kuat, jadi rawan jatuh. Ini dia, dompet lamaku


Setiap jalan, aku pasti ngincer-ngincer, dompet yang oke yang pas dengan seleraku. Modelnya pengen g jauh2 dari ini. So simpel, kecil, dan tetap langsing kalo dimasukin kantong. Akhirnya, karena udah g mungkin lagi dipake, tapi saya tidak menemukan juga dompet yang sesuai dengan hati. Aku beli aja dompet yang lumayan lucu, tadinya, aku udah sreg aja sama ini dompet. Rp 9500 lagi, warna ijo, dan ada boneka kodoknya. Hm.. tapi, boneka kepala kodoknya ini menggembung, jadi bikin gendut kalo dimasukin kantong. Tapi, ya cukup dulu sajalah.

Sampai akhirnya, aku baca postingan mba kiki yang ini. Udah gitu, saya terinspirasi, kaka tingkat saya yang lagi buat tempat hape dari kain flanel. Benar juga, kenapa g bikin sendiri aja. Awalnya si, saya ga yakin benar-benar akan membuatnya. Tapi, kemarin, sewaktu saya jalan-jalan sendiri, nyari jilbab putih di pasar johar, bekel buat selama di anak, saya lewat toko tempat beli perlengkapan aneka kerajinan. Dulu pernah menamani teman ke sini. Akhirnya saya berinisiatif mampir deh. Berawal dari iseng-iseng sendiri, sampai akhirnya, ternyata , Alhamdulillah jadi.. Horeee.. ini dia dompet bikinan ku itu.. TIdak bagus si, tapi setidaknya sesuai selera ku. Karena, ini prakarya pertamaku, jadi emang hasilnya tidak rapih, hehe.. *harap dimaklumkan.. lagian untuk konsumsi pribadi ini, jadi tak masalah.




Kalo ditutup, begini jadinya..



Sisi satunya lagi jadi begini..



Dalemnya kaya begini..



Dalamnya ada tiga bagian, dengan bagian yang di tengahnya aku kasih risleting..
 

Hihi..risletingnya agak gagal..tapi mau aku bongkar, males lagi, jadi sudah sajalah..g terlalu keliatan juga, kalo g diperhatikan. Lagian, yang penting bisa dibuka tutup..hehe..

Oia, modalnya dikit banget loh..
Kain flanelnya 25x25 cm selembarnya Rp 1.650 (cukup pake selembar)
Risleting Rp 800
Kancing Rp 250, tapi kalo beli selusin Rp 2500
Benang Jahit Rp 600
Lem Lilin Rp 700

Target selanjutnya, pengen bikin soft case hardisk eksternal, tapi.. ntahlah kapan lagi aku akan mengerjakannya. Sepertinya, masih sangat lama. Hehe..

Friday, February 18, 2011

Dubia ad Malam :(

Kagum banget dengan dosen waliku itu. Hebat! Beliau itu memang sangat cerdas! Terlihat juga dari caranya menguji kami, 2 hari ini. Bukan sekedar nilai tapi ilmu dan petuahnya diberikan untuk kita. Kata beliau, “sistematis dan pola pikir itu penting. Percaya deh, kalian itu di bagian-bagian lain pun penting sekali untuk berpikir sistematis. Saya juga pernah koass seperti kalian. Patofisiologi itu penting. Walaupun saya sudah lupa-lupa juga sekarang.” Ah ibuu..sepertinya engkau adalah koas yang sangat fisiologis. Ingin sekali mencontohmu.

Kami ditanya, pernah baca text book radiologi? Kami pun hanya bisa menggeleng. Secara, mentok-mentok kami hanya membaca radiologi UI. Setelah ujian, saya jadi semakin minder bahwa ilmu saya ternyata sedikit sekali, ternyata 4 minggu saya di radiologi saya tidak mendapatkan banyak ilmu. Padahal sebelum ujian saya merasa mendapatkan pencerahan setelah masuk bagian ini. Tapi, setelah ujian, saya jadi merasa kalo saya itu tidak tau apa-apa ternyata. Semua yang ditanyakannya kok pertanyaan-pertanyaan aneh ya. Hihi.. *kami yang aneh karena kami tidak tahu. Saya benar-benar minder dan saya tidak begitu yakin dengan ujian 2 hari ini. Hiks.. T.T

Kata beliau, radiologi itu tidak hanya sekedar tau bercak. Masa iya, setelah keluar dari radiologi oleh-olehnya hanya gambaran bercak. Hehe.. kami hanya tersenyum. Dan lagi-lagi, beliau akan berkata, berpikir sistematis itu penting. Dan saya pun menjadi bingung, berpikir sistematis seperti apa yang diinginkannya. Karena terkadang memang kita ini inginnya instan, belajar langsung buka halaman yang dicari, belajar hanya dari tentiran, tidak pernah membaca pendahuluan. Padahal kata beliau, membaca pendahuluan itu penting, karena dari pendahuluan itulah kita tahu, apa yang harus kita dapatkan dari bab tersebut. Betul bu, saya inginnya instan langsung mencari bagian yang ingin dicari. Dan saya memang bukan orang yang sistematis, dengan mampu menghafal urut. Ternyata beliau berpikir bahwa kita itu harus runut biar tidak ada yang terlewat. Tapi, sulit menghafal runut itu. Hehe, belum dibiasakan saja kali ya..

Taukah, teman. Tadi itu, ibunya benar-benar kecewa dengan penampilan kami. Dan kami mendapatkan ending yang sangat tidak menyenangkan. “sudah saja ya, saya capek, kalian mengecewakan jawabannya.” *T.T
“yasudah, kalau begini, kalian mau dapet nilai berapa? isi sendiri aja nih, saya bingung mau ngisinya kalau kaya gini.” *T.T
“Mungkin kalian lulus, tapi tidak excellent, lulusnya pas-pasan.” *T.T
Dan yang menohok diriku, spesial buatku, “kamu juga, hikma. Kayanya dulu nilaimu lumayan kok.” *ini artinya, sekarang saya sangat jauh dibawah standar beliau.. T.T
Sediiiiih.. dan kami dibilangin, “kalian ini kenapa to kalo jawab kok ragu-ragu. Kan yang nguji jadi gemes. Harusnya yakin aja, kalau salah urusan nanti, kalau salah ya diterima jangan juga ngeyel. Kalau jawab ragu itu karena apa? Karena gda isinya.. ilmunya gda..”
*hiks.. iya.. saya baru tau, ternyata selama ini setiap menjawab saya g pernah dengan lugas dan yakin, selalu penuh keraguan, gimana mau meyakinkan yang nguji! Harus dirubah, membiasakan ujian lisan, harus mampu meyakinkan yang nguji. *sepertinya saya telah berhasil menerapkan ini sewaktu di farmasi kemarin. Tidak boleh mengulangnya lagi besok-besok.

Tapi, ada yang melegakan walaupun tetap saja, ada kekecewaan yang tetap tampak dari ucapan beliau, akhirnya beliau berkata, “ya, kalian si g jelek-jelek banget sebenernya. Tapi, ada aja hal-hal yang sangat fatal yang seharusnya tidak keluar dari jawaban kalian. Kan lucu juga jadinya.” Hyaaa..sepertinya memang banyak yang fatal yang tidak kita ketahui bu.. *T.T..

Pasrah..pasrah..udah mana ident juga tidak terlalu meyakinkan..dubia..dubia.. ad..malam..
*hanya pada Allah kuberserah kalau sudah begini..

Selain itu, banyak banget ilmu baru yang saya dapatkan setelah ujian tadi. Apa sajakah itu? Menyusul ya..hehe..

Mungkin Saya emang Sombong..

hehe..cerita sangat tidak penting, hanya ingin curhat.. jika tidak berkenan tidak usaha dibuka..

Ini, gara-gara tadi ketemu segerombolan teman, dan aku hanya berusaha untuk senyum tidak sampai keluar kata, “hai!” lalu, ada yang berkata, “nyapa dong, kok g nyapa?” dalam hati aku langsung berujar, lah si, minta di sapa, situ juga diem aja.. haha..

Saya emang sering ditegor sama teman, terutama yang berjenis kelamin laki-laki, katanya si saya sombong. Haha.. memang!! Saya paling males negor laki-laki. Tapi, agak risih juga dibilang sombong, akhirnya saya jadi berusaha untuk menyapa, hanya sekedar ucap nama, langsung pergi, atau mungkin membunyikan klakson, saat di jalan. Jadi seperti nyapa tidak ikhlas. Haha..  Walaupun terkadang masih suka malas kulakukan. PIua-pura aja g liat, dan wus..berlalau.. Terkadang, aku juga berpikir, lah dia juga g nyapa saya, berarti siapa yang sombong? Sama aja dong.. *haha..otak egois muncul.

Bahkan teman satu kelompok saya sendiri sering banget bilang saya sombong. Tapi, lama-lama dia bosen juga dan semakin jarang memprotes kelakukan saya. Sekarang dia lagi cuti si. Katanya, saya itu kalo ada maunya aja nyapa. Terus dia suka ogah dimintain tolong, kalo saya g nyapa. Nyebelin banget deh! Padahal saya kan udah ramah. Haha.. Udah gitu, kalo ketemu di jalan, aku sering dibilang, “tuh kan ima sombong, g nyapa..” hiiii...  akhirnya aku belajar untuk menyaapa, terus aku langsung bilang, “tuuu aku nyapa..” *ga ikhlas banget ya..hihi..

Aku memang agak dingin dengan laki-laki. Berusaha untuk tidak banyak basa-basi dengan makhluk ini. Tapi, bukan berarti saya tidak mau bergaul. Kalau memang saya ditanya, maka saya tetap akan ramah dan menjawab. Kalau sedang berkumpul bersama-sama, maka saya pun asik-asik aja dengan mereka. Ngobrol ini itu, tapi hampir tidak pernah yang bersifat pribadi. Kecuali saya ditanya. Itupun saya masih suka pilah2 jawab. Sebatas itu. Kalau hanya berdua atau aku perempuan sendiri, ya saya jadi diem kalau tidak ada urusan tugas yang harus diselesaikan. Kecuali memang saya diajak ngobrol, maka saya berusaha untuk membalas.

Jika tidak disapa, saya pun enggan menyapa. Jika tidak ada suatu kepentingan tugas, saya juga berusaha untuk tidak berhubungan di luar itu. Menjaga jarak selalu saya lakukan hingga saat ini, ntah sampai kapan saya akan bertahan untuk bersikap ambil jarak dengan lawan jenis. Tapi, saya senang-senang saja dengan bersikap jutek dan dikatakan sombong. Hehe..

Tapi, berbeda halnya dengan teman-teman sesama jenisku. Emang rata-rata temanku juga perempuan si. Alhamdulillah belum ada teman sesama jenis yang bilang saya jutek,.. tapi kalo sombong kayanya ada. Biasanya teman-teman yang udah jarang sekali ketemu, karena memang jarak yang memisahkan kita. Tapi, dia nya juga sombong karena benar-benar gda kabarnya. Hehe.. *jadi menurut saya, itu bukan kategori sombong, tapi memang tidak tau cara berhubungannya..

Saya berusaha untuk ramah kalo sama yang sesama jenis atau yang lebih tua. Dan reflek untuk heboh malah. Seperti tadi, saat kami di ruang koas radiologi, kacanya transparan jadi keliatan keluar, dan sering sekali orang hilir mudik di situ, sebenarnya si tidak terlalu menarik perhatian, karena agak jauh dari jalan setapaknya. Nah, tadi itu ada teman laki-laki yang lewat, refleks saya sangat datar, tapi ada satu teman saya perempuan heboh banget berusaha untuk nyapa *mungkin karena emang sudah dekat si ya, akhirnya dia menengok. Lucu sekali liatnya. Katanya kalo g heboh g akan liat, soalnya g kedengeran sampe luar. Benar saja, kemudian, teman kami perempuan lewat, kali ini saya yang berusaha menyapa, tapi tidak make gerakan yang heboh, hanya manggil, ternyata memang tidak terdengar dan alhasil dia tidak nengok, harus pake gerakan aneh ternyata. Tuh kan..kalo perempuan saya itu emang ramah. *jyaaahh..muji diri sendiri..hihi..

Saya tidak terbiasa seperitnya berhubungan terlalu dekat dengan lawan jenis. Itulah mengapa saya agak heran dengan pernyataan yang menganggap wajar hubungan yang dekat antar lawan jenis. Dan bukankah memang ada batasannya? Walaupun saya juga masih belum bisa untuk menerapkan batasan itu. Ada saja kadang terlewat batas. Karena apabila saya diajak ngobrol atau diskusi saya masih suka meladeni. Jaga jarak  yang saya terapkan baru sebatas dari diri saya, jika tidak ada kepentingan, tidak pernah untuk memulai. Tapi, kalo udah diajak ngobrol bisa jadi kemana-mana emang. Tapi, Alhamdulillahnya dengan jutek dan membatasi diri dari diri saya sendiri saja, sudah membuat laki-laki sungkan mendekati. Hanya laki-laki yang rada aneh aja yang tahan menghadapi kejutekan saya mungkin ya. hehe..

Sebenarnya si, saya juga ingin bilang bahwa sebelum mengatakan orang sombong, coba tengok dalamnya dulu, apakah dia benar-benar sombong. Karena banyak sekali, orang yang emang pembawaannya seperti itu, tapi sebenarnya setelah kita mengenal lebih dalam tidak ada kata sombong dalam hatinya.. tengoklah lebih dalam teman.. *suara hati orang yang sering dibilang sombong karena memang pembawaan saya seperti ini..hehe..

160211

Legenda Tujuh Koass

Sewaktu mendapatkan jadwal rolling stase, saya langsung me-list dan mencari teman kelompok lain yang sestase. Satu per satu diamati, akhirnya sampai pada satu titik. Obsgyn, bulan 9, dan hanya kelompok kami yang masuk di periode itu. Bulan sembilan adalah masa paceklik untuk koas. Masa itu adalah masa dimana jumlah koas menjadi sedikit, karena angkatan lama sudah pada lulus, sedangkan yang baru belum datang. Kalau seperti itu keaadaannya, tidak mungkin kan kami akan menjadi legenda lima obsgyn menggantikan legenda tujuh koas obsgyn itu. Naudzubillahimindzalik. Semoga saja ada angkatan kami yang telat masuk yang akan menemani kami nanti. Argh..jangan mikirin macem-macem dulu sekarang.. masih panjang. Masih banyak waktu untuk berharap dan berdoa.

Sekarang pengen cerita si legenda tujuh koas obsgyn ini. Jadi, ternyata tidak jauh-jauh, tujuh koas obsgyn itu, pemerannya sedang satu stase bersama kami saat ini di radio. Oh, wow! Takjub saya bertemu dengan mereka, tujuh koas obsgyn ini. Kenapa saya bisa tau? Awalnya teman saya yang bilang, saya hanya ternganga mendengarnya. Dan beberapa hari ini, heboh lagi kejadian itu dibahas, karena ada satu kelompok yang setelah radio ini akan masuk obsgyn. Jadilah, obrolan tidak jauh-jauh. Membahas seputar obsgyn dan legenda tujuh koas obsgyn ini. Ternyata, kelompok yang sekarang masuk ini juga cuma sendirian dari angkatan 06, tapi masalahnya sekarang ini bukan wayah paceklik, masih banyak 05 nya, jadi mereka tidak sendirian.

Jadi, obsgyn ini, seumur-umur, setiap periodenya minimal paling tidak masukin 2 kelompok, 10 orang. Itu saja sudah ngos-ngosan. Itu si kata yang sudah mengalami, saya sendiri tidak tahu. Saat itu, mereka juga masuk stase ini 2 kelompok, 10 orang. Tapi, ternyata 1 orang cuti, dan 2 orang berhenti ditengah jalan. Jadilah, tinggal sisa bertujuh yang bertahan. Di fk kami, obsgyn itu setiap periode masuknya, dibagi menjadi 4 kelompok, yang nantinya akan disebarin lagi di masing-masing stasenya. Junior, 4 stase dan senior 4 stase. Jadi, total yang masuk, akan dibagi menjadi empat. Itu artinya, kalau yang masuk tujuh orang, maka masing-masing stase hanya berdua, bahkan ada satu orang yang sendiri. Padahal, tugas dari tiap stasenya itu luar biasa yang harus diselesaikan. Belum segala persyaratan yang harus diselesaikan. Obsgyn adalah bagian yang cukup melelahkan, selain  aturan tak tertulisnya yang paling ruwet, ya tugasnya juga banyak. Bayangkan saja, aku diceritain, salah satunya, stase FER, ini sebenarnya lumayan santai, tapi tidak jadi santai jika hanya berdua. Kita harus menyelesaikan TV dan harus ikut laporan pagi, harus hapal kondisi masing-masing pasien tiap bednya. Dan ternyata, ada 60 bed. Luar biasa ya. Oh iya, itu pun harus selesai sebelum jam 6 berarti karena jam setengah tujuh sudah laporan pagi. itu artinya, mereka harus berangkat jam 3 pagi bisa-bisa. Mantab!! Itu baru satu stase, belum stase lainnya yang lebih berat. Selain itu, mereka juga harus minta tentiran yang banyaknya bukan main, harus full, karena syarat ujian. Belum lagi stase VK orientasi, stase UGD, dan Gyn yang tak kalah berat untuk juniornya. Belum lagi, saat stase senior, mereka harus menjalani stase luar, ke RS tugu dan ke puskesmas. Stase luar ini, tugas melahirkan benar-benar diserahkan ke koas. Bidannya katanya hanya berperan sedikit bahkan dilepas sama bidannya. Apalagi di puskesmas, tidak ada dokter selain bidan dan koasnya itu. Jadi, kalo ada lahiran ya tugas koasnya. Udah gitu, kita tidak bisa pulang saat stase luar. Kalo hanya bertujuh, otomatis mereka hanya sendirian menjalani stase luar. Saat di akhir-akhir, mencari waktu ujian jadi semakin sulit, jika tugas harian stase dibebankan kepada kita sendiri. Belum menangani tugas, belum lagi hak untuk ujian. Lucunya, saat kami tanya, “terus kak, ujiannya gimana?” Mereka dengan santainya berkata, “ya nggak ujian.” He? Kaget kita.. dan mereka akhirnya menceritakan kesulitan mereka. Mereka belum selesai mengerjakan tugas di stasenya yang semuanya dibebankan ke mereka, dan belum lagi harus menghubungi residennya untuk membuatkan janji dengan supervisornya. Saya diceritakan seringkali mereka tidak sempat untuk pulang sampai berhari-hari, karena disamping tugas, juga harus memenuhi persyaratan untuk ujian. Dan legenda tujuh koas obsgyn ini pun melegenda dengan hanya meluluskan satu orang. Dari tujuh orang ini, yang berhasil ujian 3 orang dan yang lulus hanya satu orang. Ya Allah..luar biasa..saya yang mendengarnya saja sudah lelah..apalagi mereka yang menjalaninya.

Belum lagi, stressor berat di obsgyn ini. Karena ini merupakan bagian yang paling banyak aturan tak tertulisnya. Unggah ungguh sangat bermain di sini. Jadi, lelah fisik akan semakin bertambah dengan lelah hati. Tapi, mereka jadi terkenal, “semua residen jadi kenal kami, residen obsgyn mana yang sampai tidak kenal kita, secara kita hanya bertujuh, apa-apa kita yang dicari.” Ujar mereka. Hihi..

Tuesday, February 15, 2011

mungkin kita tidak bermaksud X, tapi siapa yang tahu hati orang, sampai akhirnya maksud kita itu dianggap sebagai X.. hoho..hati-hatilah dalam bersikap.. karena manusia itu punya perasaan..

Apaaa..aku ujian sama dosen waliku?

Setelah ident selesai, seperti biasa, waktunya untuk kocokan memilih penguji. Hooo.. ini adalah saat-saat menegangkan, selalu saja saya uring-uringan kalo mau undian. Tapi, makin lama, saya membiasakan diri buat pasrah, siapapun pengujinya, itulah yang terbaik!! Siiiiipp..

Beberapa hari sebelum ujian, kami ngeborong tentiran, beuh...semua residen minta buat ngasih tentiran. Berebut nyari jam. Sampe malem kami jabani juga deh akhirnya. Puncaknya hari sabtu, kami dapat 5 tentiran sekaligus. Mumet juga jadinya. Tapi, seneng, soalnya aku paling suka ditentirin dibandingkan belajar sendiri, lebih ngerti aja. Dan lebih banyak dapet pencerahan. Benar kata temenku, residen itu berubah jadi baik banget setiap mau ujian, kayanya g mau ngeliat kita g lulus. Bedaaaa banget waktu di jam stase, *baik juga si, tapi ketok sibuuuk banget, jadi bener-bener cuek sama kami, dan g dipeduliin. Setiap nanya, sekali dua kali aja di jawab. Tapi, kalo pas tentiran, kami nanya apa juga di jawab dan dijelaskan. Tapi, kenapa pas meper-mepet ujian gini bapak/ibu? haha.. Kan saya jadi tampak makin g siap, karena setiap ditanyain dan ditampilin gambar, banyak yang tidak bisanya, tapi waktu mepet..hoho..

Mereka seneng banget memberikan gambaran untuk ujian kami. Biasanya kalo dr. X sukanya gini, kalo dr. Y baik, dr. ini kamu harus belajar yang rajin, agak susah ngasih nilainya, kalo dr. Z dewa itu mah, kalo dr. itu ya biasaa aja lah, dr. ini yang harus belajar ekstra lah. Beeuuuuuhh.. ternyata, yang dibilang belajar ekstra, itu dosen wali saya dulu, dan ternyata saat kocokan saya dapet beliau. Hihi.. semangat ah!! Setidaknya, beliau dosen wali saya dulu. Sekarang si udah g pake dosen wali lagi. Semoga ibunya g malah nanyain KRS, hihi.. *sepertinya ibunya juga g inget sama aku, secara ibunya selalu ketuker sama semua anak walinya yang berjilbab..sama semua mukanya kata beliau mah, hehe..

Menurut saya, semua orang itu memiliki cobaan dan rizkinya masing-masing, jadi tidaklah perlu mengkhawatirkan rizki kita. Ataupun sirik dengan yang lain. Mau dapet penguji kaya apa juga kalo emang rizkinya lulus, insyaAllah bisa. Tapi, mau dapet penguji sedewa apapun, kalo rizkinya emang g lulus, ya susah. Jadi, intinya mah, kita itu g boleh nyepelein sesuatu apapun, dan yang terpenting, target kita adalah bukan sekedar nilai, melainkan aplikasi. Dalam semua hal, itu perlu digarisbawahi, bukan hanya saat ujian. Kalau nilai yang kita inginkan, maka tidak ada keikhlasan yang tercipta pada diri kita. Sama halnya dengan saat kita berbuat, bukan karena ingin dinilai baik, atau takut dinilai buruk. Hoho..

Jadi, apapun cobaan dan rizki kita, kita harus menghadapinya dengan bijak dan tak perlulah kita sirik. Tetap semangat ah!! Semoga setiap langkahku selalu dilindungi olehNya..juga langkah kalian semua teman-teman..aamiin..

Care for Lupus..

Sahabat tercinta,
Terima kasih atas segenap cinta & dukungan yang diberikan kepada SDF selama ini. Campur tangan Tuhan & dukungan sahabat menjadikan SDF dapat terus melangkah, berkarya & berusaha menjadikan hidup kita semua lebih bermakna.
 
Di tahun baru ini, melalui program Care for Lupus SDF Awards 2011, SDF berupaya untuk mendorong berbagai penelitian obat Lupus khususnya yang berasal dari tanaman obat yang sebenarnya banyak terdapat di bumi pertiwi ini & banyak diminati namun belum banyak digali & diteliti khasiatnya khususnya sebagai obat/ suplemen Lupus. Melalui program ini SDF akan memberikan Research Sponshorship (sponsor dana penelitian) sebesar @ Rp. 30 juta kepada tiga pemenang proposal penelitian terbaik. Please see www.syamsidhuhafoundation.org. Disamping itu upaya sosialisasi Lupus juga terus dijalankan melalui Writing Competition & Lifetime Achievement Award. Mohon bantuan sahabat untuk menyebarluaskan informasi ini sekaligus memotivasi diri & orang lain yang menurut sahabat memiliki kapabilitas untuk menjadi kandidat penerima Care for Lupus SDF Awards 2011 ini, baik melalui jalur Research Sponshorship, Writing Competition maupun Lifetime Achievement.
 
Kita awali 2011 ini dengan semangat NEVER GIVE UP !
 
Salam hangat & jabat erat,
DSP

*klik image untuk memperbesar..
dikirim dari my best friend..minta buat disebarin..saya post aja di sini deh..hehe..
ayooo..pada ikutan..yang berminat bisa dipertimbangkan..tidak ada kriteria apapun di sini..siapapun boleh ikut..selama masih menjadi WNI dan tinggal di Indonesia..hehe..

Sunday, February 13, 2011

Putik dan Benang Sari


"Putik dan Benang sari..
Kebersamaannya dalam satu bunga menandakan kesempurnaan.
Tanpanya, maka tak ada sang benih, cikal bakal sang bunga.
Kehadirannya mengalahkan keindahan sang mahkota"




*mengingat-ngingat kembali pelajaran bagian-bagian bunga dan jenis-jenis bunga..
hihi..jadi membaca ulang artikel tentang ini untuk  memastikan ingatan..ada bunga sempurna dan tak sempurna..ada putik, benang sari, mahkota, kelopak, dsb.. semua bagiannya mempunyai kepentingannya masing-masing..

Friday, February 11, 2011

dia tak mengenalku..*ternyata..

Manusia juga Mampu Berubah

Seneng banget..akhirnya saya berhasil! Berhasil untuk menggunakan bulpen sampai titik tinta penghabisan. Sepertinya ini adalah keberhasilan yang boleh dibilang cukup membanggakan untuk saya pribadi, secara track record saya sama bulpen memang buruk sekali. Bisa dihitung lah satu dua kali saja saya bisa menghabiskan bulpen sampai titik darah penghabisan. Haha.. *lebay....

Saya ini adalah orang yang hampir tidak dapat setia dengan bulpen-bulpen saya terdahulu, baru beli sehari, besoknya bisa-bisa sudah lenyap ntah kemana. Selalu saja hilang sebelum waktunya, selalu saja lenyap dengan mudahnya. Ntah lupa naro dimana, ntah macet tiba-tiba, ntah dipinjem orang tapi g balik (yang ini paling jarang, justru hal sebaliknya yang sering, hehe.. :D). Intinya, saya bukan orang yang pandai menjaga barang, terutama barang imut-imut ini. Lengkapnya bisa dibaca di postingan jadulku..

Tapi sekarang berbeda. Saya selalu menghabiskan bulpen sampai titik tinta penghabisan. Alhamdulillah..  ternyata manusia mampu juga ya berubah..

Kebutuhan saya dengan bulpen benar-benar meningkat. Saya tidak bisa apa-apa kalo tidak ada bulpen. Saat di stase pertama, psikiatri, menulis semua laporan kasus itu pakai tangan, jadi bulpen benar-benar gampang habis. Habisnya memang lebih cepat dari biasanya kurang lebih mungkin 2-3 minggu. Dan setelah pindah stase farmasi, sama saja, semua tugas tulis tangan, benar-benar tergantung bulpen sekali. Tapi, karena stasenya sangat pendek, bulpen itu masih bertahan hingga saya pindah ke stase radio. Dan sekarang, bulpen itu masih di tanganku, walaupun berulang kali hampir ilang setelah saya pamerkan keberhasilan saya ini pada beberapa teman terdekatku. Wkwkwk. Tapi, Alhamdulillah dia masih menemani stase radiologi saya. Tapi, saat ini, kondisinya sudah kronis, tinta yang mengalir di tubuhnya sudah ada di titik tinta penghabisan. Saya pun, sudah menyiapkan penggantinya. Jaga-jaga agar tidak mati di saat benar-benar dibutuhkan.

Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan pada diri saya 3 bulan terakhir ini, saya tau solusinya menjaga bulpen saya agar tetap awet! Yaitu,
1.    Anggap bulpen adalah benda yang penting dan paling dibutuhkan.
2.    Tetap konsisten dengan satu bulpen. Setialah intinya.
3.    Kantongin selalu bulpen anda.
4.    Periksa selalu tempat duduk sebelum meninggalkannya.
5.    Saya kasih sarung bulpen, agar terlihat eye cathcing dan lebih terlihat berharga, hehe..
       tapi itu dulu, hanya bertahan untuk satu bulpen dan satu stase saja, setelah ganti bulpen
       berikutnya ternyata ukuran sarungnya tidak pas. Yasudahlah..
6.    Kebetulan semata. (semoga bukan hanya kebetulan semata..hehe..)

Yap..yap..ternyata manusia bisa juga berubah..

Semoga tetap bertahan! aamiin..
Haha..

Satu Kena..Semua Kena..

Di bawah ini ada beberapa penggal dialog diantara kami, para koas radiologi, beberapa hari terakhir ini, saat di masing-masing stase, atau bahkan saat kumpul bareng nungguin jam stase dimulai kalo tentiran g jadi. Kami sering kumpul bareng saat akan ada tentiran yang seringnya pas di kuar jam stase. Dan sering sekali tentiran itu diundur secara tiba-tiba saat kami sudah ngumpul.  Paling sebel emang, udah dateng pagi-pagi, ternyata tentirannya tidak jadi, jadilah kami pake buat sarapan. Biasanya kumpul duduk-duduk di ruang koas yang hanya berupa ruangan terbuka dengan deretan kursi saja. Seringkali kami berdiskusi, mengerjakan laporan, sampai hanya ngobrol-ngobrol tidak penting bahkan tiduran di kursi. Beberapa hari ini ada wabah flu di sini. Ntahlah berawal mula dari siapa, tapi katanya Dm mengaku yang sakit pertama, kemudian diikuti dengan K Ds yang sakitnya lebih parah lagi sampai tidak masuk sehari. Dan pada akhirnya, tropi bergilir itu sampai pada diriku.

Dh:    “ima..sini deh..aku mau ngasih tau sesuatu..semalem tenggorakanku mulai kerasa g
          enak.”
          (dengan afek datar)
I:       “iyakah? Aduh..ketularan ya?”
A:     “ckckc..ima ni..”

A:     *ngelap ingus*
        “haduu..ko meler”
I:      “haduuu..maaf ya kalo ketularan..”
A:    “ah..ima ni...jadi pilek gini kan..”
If:     “iya..iya..aku juga semalem udah batuk-batuk dan meler gitu..terus aku bilang
        aja..ketularan ima ni”
I:     “serius kamu batuk-batuk? Haduu.. lah kan suamimu juga lagi faringitis, masa
        tertuduhnya aku dulu.. jelas-jelas kamu lebih sering bareng dia.” (membela diri)
If:    “dia tu cuma perih tenggorokannya aja g mpe batuk pilek.”
I:     mak jleb..jleb..”hehe..maaf deh kalo gitu..”

Dm:    *Hattcccchiii...(bersin-bersin)
          “haduh..bahaya ni..aku udah mulai bersin-bersin..”
          “bisa-bisa ketularan aku.. imaaaa...tanggung jawab..”
I:        *cemberut*
Dv:     “ko semuanya pada kena gini ya.. aku harus minum vitamin”
          (buka tas, ambil multivitamin, glek.. meminumnya..)
Yg lain: ”hayoo..ima ni...pokoknya kalo ada yang sakit ima aja tersangkanya”
I:          “ko akuuuu..tegaaaa...jelas-jelas yang sakit pertama siapa cobaaa..huuuuu...”

Arrrggghhh...kenapa semua menyalahkanku.. tidak adakah yang membela???
Aku jadi merasa tidak enak ni..

Semoga itu hanya bersin-bersin atau meler-meler karena dingin aja ya.. Semoga tidak berkelanjutan sampe akhirnya bikin demam dan bikin kalian sulit berkonsentrasi ya.. Semangat teman-teman.. Mohon maaf kalau ternyata diriku membuat pertahanan tubuh kalian makin drop.. ayooo..jangan sakit!! Bismillah.. kuat..kuat..kuat.. *sugesti diri..
 
"La ba’sa thohurun, insyaAllah.."
tidak mengapa, smoga sakitmu ini membuat dosamu bersih, insyaAllah (HR.Bukhori)

Thursday, February 3, 2011

Bukan Salah Bunda Mengandung..

Kemarin abis ngeliat bayi 2 bulan di colon in loop. Sedih banget ngeliatnya, sepanjang pemeriksaan dia nangis terus. Dimasukkin kontras water soluble, udah gitu pemeriksaannya lama banget, karena bentuk colonnya memang agak aneh sekali, ruwet.. Sampai-sampai tidak cukup dengan supervisor muda saja, harus memanggil supervisor senior juga untuk memutuskan. Berbagai posisi dicoba untuk mendapatkan posisi yang pas agar bisa melihat alirannya sampai ujung kolon (red: sekum), tapi tetap saja sulit dilihat. Berkali-kali, kontras ditambah, karena belum juga memperlihatkan posisi sekumnya. Radiolog dan supervisor yang mengawasi berulang kali mengarahkan posisi yang pas mengikuti alirannya, memerintahkan residen yang di dalam untuk memposisikan bayinya sesuai dengan alirannya, "Prone". Sekali-kali juga terucap "AP" lalu mereka kembali berdiskusi, masih belum juga. Kembali mereka memerintahkan posisi lainnya, "Oblik" dan bila belum juga "miringkan, lateral" pun diperintahkan. Terus..dan terus.. akhirnya, sampai juga diujung setelah sejam ada sepertinya.

Katanya pasien ini, muntahnya hijau dan didiagnosa sementara megakolon, tapi sebenarnya anak-anak sangat dipertimbangkan untuk dilakukan colon in loop, karena risiko radiasinya, diusahakan untuk meggunakan tindakan yang tidak invasif dulu, seperti USG, tapi dokter bedahnya tetap pengen di colon in loop, mau liat kondisi sekumnya, karena curiga malrotasi sekum juga. Ah..semuanya selalu ada risk and benefit..So, bijaklah dalam memutuskan..

Hm..sampai saya selesai menyaksikan colon in loop dengan flouroskopi ini pun saya masih tidak tau diagnosanya. Lama sekali, sampai seharusnya saya sudah pulang, tapi masih harus melihat ini. Dibolak-balik, tetap saja sulit mencari sekumnya. Ternyata sekum letak tinggi, kalau tidak salah, hasil denger-denger dari para supervisor itu berdiskusi. Tapi saat akan pamit pulang, mencoba untuk bertanya ke residennya, beliau hanya bilang, "nanti ya, saya pelajari dulu" sepertinya memang kasus yang jarang.

Cepat sembuh ya dek..apapun diagnosamu..
dan semoga, sel-sel ditubuhmu, dikebalkan dengan radiasi kemarin..
Allah Maha Kuasa...
Ya Allah..lindungilah dia dan keluarganya..

"Laa ba'sa thohurun, insyaAllah"
tidak mengapa, semoga sakitmu, menghapuskan dosamu.

hm..tapi bayi pun masih belum punya dosa..
Bukan juga salah bunda mengandung..
Tapi, ini keputusanNya..

Kangen..


cowo banget ya..hehe..

Gara-gara kemarin abis melihat bayi 2 bulan di colon in loop, saya jadi inget fakhira waktu sakit. Kaya apa ya dia..

Alhamdulillah sekarang sudah sehat, dan sudah kembali bermain-main..
melanjutkan eksperimennya mengenal dunia..

*haha..dasar maco! udah pake bandana pun tetap maco..

Wednesday, February 2, 2011

PadaMu kuberserah..

Jangan tanya kenapa..
Karena aku pun tak tau kenapa..

Jangan tanya apa mauku..
Karena aku pun tak tau apa mau ku..

Hanya ketakutan..
Pada sesuatu yang tak pasti..
Apakah akan terjadi..
Atau tetap berujung pada tak pasti..
Semua hanya misteri..

Meminta, berharap, dan berdo’a..
Kesiapan selalu ada atas apa-apa yang telah Kau tetapkan..
Agar tak ada penyesalan atas apa-apa yang telah terjadi..

Meminta, berharap, dan berdo’a..
Keberkahan selalu terlimpah pada setiap kehidupan..
Serta kemudahan selalu menyertai setiap jalan..
Dan perlindunganMu yang selalu menyelimuti setiap langkah..

PadaMu kuberserah..