Sunday, January 30, 2011

Permintaan X-Foto Thoraks Banyak juga ya..

"Ini cito, ayo mba..tak tunggoni yo.."
"Garuda.."
"Ny. Bla bla udah diminta. Udah jadi belum?"

Bolak-balik petugas radiolog datang ke ruangan ini membawa tumpukan foto diikuti dengan perkataan-perkataan itu.

Riweuh.. itulah yang saya amati di stase thoraks bagian radiologi ini. Yup, X-Foto thoraks adalah permintaan foto yang paling banyak diminta. Sehari, bisa tumpukan foto yang harus dibaca. Dan hanya ada 2 orang residen di sana. Jadilah, kami di sana hanya jadi kambing congek. Benar-benar dicuekin. Hihi.. kami pun tau perasaan bapak ibu residen itu, pasti pusing sekali. Begitu banyaknya permintaan foto yang harus dibaca. Yang harus diselesaikan saat itu juga, bahkan waktu satu hari pun tak cukup rasanya. Kehadiran kami, sepertinya hanya mengganggu. Tapi, kalau bukan sekarang kapan lagi kami akan belajar, mau tidak mau kami pun sok sok an, tetap merusuh di sana. Memperhatikan apa yang dibaca mereka atas foto tersebut. Tebak-tebakan sendiri yang selalu saja salah, walau satu dari sekian banyak tebakan kami ada juga yang nyangkut. Liat-liat situasi, saat ada celah, kami ngambil kesempatan buat nanya, kalo lagi beruntung pertanyaan kami masih dijawab, sepenggal-sepenggal, sekali dua kali. Tapi, banyak juga pertanyaan kami yang tak tersampaikan karena saking sibuknya mereka. Hal ini berbeda sekali dengan stase IVP dan OMD, benar-benar sepi. Satu hari ini, hanya ada 2 pasien, tindakan IVP dan urethrografi, pasien dengan batu ginjal dan striktur uretra.  Sedangkan OMD tidak ada pasien sama sekali. Berbeda dengna thoraks dan tulang, walaupun hari sabtu tumpukan foto tetap memenuhi ruangan baca itu. Pantas saja, kemarin-kemarin anak-anak yang di IVP dan OMD sering sekali menuh-menuhin tempat baca foto thoraks dan tulang. Dan kemarin, itu juga yang saya lakukan, ikut menuh-menuhin juga. Hihi.. soalnya saya berasa belum tahu apa-apa di thoraks kemarin itu, karena saking banyaknya. Padahal itu kan yang paling banyak harus dikuasi oleh dokter umum. Sedangkan untuk USG, CT, Radioterapi saya tidak tau kondisinya, karena ruangannya agak jauh, jadi belum bisa mengira-ngira seberapa tinggi  intensitas permintaannya. Harusnya si lumayan banyak, walaupun tetap saja tidak sebanyak X-Foto thoraks.

Pasien paru ini cukup banyak dijumpai, insiden kejadian infeksi saluran napas di Indonesia angkanya tinggi. Begitu juga dengan keganasan, penyakit yang semakin berkembang dan semakin banyak kejadiannya saat ini. Sudah menjadi kemutlakan apabila menemui keganasan dilakukan foto thoraks, untuk mencari metastasis di paru maupun di tulangnya. Tidak hanya ca mammae yang letaknya dekat paru yang perlu dicari metastasisnya di thoraks, tetapi ca lainnya pun perlu dilakukan foto thoraks juga. Selain itu, foto thoraks pun dilakukan pada setiap persiapan pasien yang akan dilakukan tindakan operasi. Untuk mengetahui kondisi jantung dan paru, apakah dapat dilakukan operasi atau tidak. Belum lagi pasien dengan trauma dada, paska kecelakaan misal, perlu juga untuk dilakukan foto thoraks. Sedangkan kita ketahui cukup banyak juga angka kecelakaan di Indonesia ini, selama masyarakatnya belum berdisiplin lalu lintas. Belum lagi, untuk kasus jantung, yang tak kalah banyaknya, kasus hipertensi, gagal jantung, pembesaran jantung, anomali jantung, dsb kerap sekali terjadi. Dan jumlahnya lumayan banyak pada orang tua. Anomali jantung walaupun sedikit, namun kerap kali dijumpai, kemarin saya melihat posisi jantung yang tidak semestinya, seharusnya apeks jantung menghadap ke kiri, ini menghadap ke kanan. Untuk masalah ini, dibutuhkan ketelitian yang sangat penting, mulai dari meletakkan kode arah pada foto, kanan dan kiri yang harus benar-benar diyakini tidak terbalik, karena kode arah sangat berpengaruh pada diagnosanya. Jadi, perlu konfirmasi ulang radiolognya.

Tidak heran, kenapa foto thoraks adalah yang paling banyak diminta, karena kepentingannya pun memang banyak.

Selama di thoraks, yang saya amati, sebagian besar kasus yang ditemukan adalah dengan gambaran bronkhitis. Ternyata, memang banyak sekali ya yang kena bronkhitis, bahkan pada pasien yang sebenarnya di foto thoraks untuk mencari metastasis atau mungkin karena kelainan jantung pun sering ditemukan tanpa sengaja gambaran paru bronkhitis, yaitu ditemukannya corakan bronkovaskuler yang meningkat.

Friday, January 28, 2011

"Nelayan Selat Sunda"




jadi inget postingan lama ku dulu..
tentang nelayan..
boleh kalo mau di klik..http://imadr.multiply.com/journal/item/7/7

[Pernak-Pernik] Lovely Water!!




Wujud indahnya sang air..

aku suka sama air..
sukaaaa banget..
mulai dari air minum sampe air hujan pun aku mah suka..

alirannya..
suaranya..
wujudnya..
rasanya..

semuanya..

seger..
bening..
adem..
sejuk..

membangkitakan semangat..
menciptakan ketenangan..

*paling suka sama cipratan air yang menimbulkan suara gemericik..cik..cik..cik.

Thursday, January 27, 2011

Gembil ku Sayang..Ada Apa denganmu?


Gembil..
Ada apa gerangan?
Mendengar kabar ini..
Membuat hatiku resah gelisah..

Serentetan tanya kutorehkan..
Kutahu, itu pasti membuat bunda semakin resah..
Tapi, tak kuasa hati ini ingin memberikan yang kubisa..

Kamu itu sosok yang kuat..
Ditinggal bunda dan abi mencari maisyah..
Hati tetap bahagia..
Walaupun tidak begitu saat ditinggal jalan-jalan..
Karena hanya tangisan yang kau punya..
Bak sinyal yang kau sampaikan..
Agar abi dan bunda mengerti yang kau rasa..

Oh, gembil..
Begitu juga sekarang..
Kuatlah melawan serangan-serangan yang tercipta dari tubuhmu..
Sebuah perlawanan akan sosok kasat mata yang belum jelas..
Semoga tubuhmu itu lebih kuat dari sosok itu..

Semangatlah gembil,
Kembalilah bermain-main..
Berlonjak-lonjakan sesuka hati..
Mengamati setiap wujud baru di dunia ini..
Menyentuh apa-apa yang belum pernah kau sentuh..
Mencicipi dan merasakan apa-apa yang belum pernah kau rasakan..
Melihat apa-apa yang sebenarnya tak kau ketahui namanya..
Mencoba berkata yang tak sanggup kau lontarkan..

Bangkitlah gembil,
Kembali menikmati manisnya dunia ini..
Sebelum kau merasakan kepahitan dunia esok hari..
Saat kau telah semakin lebih mengerti dari hari ini..


Cepet sembuh ya Fakhira..

Wednesday, January 26, 2011

Dinginnyaaaa...Top Markotop!!

Dingin? Sepertinya itu bukan lagi rahasia umum di bagian Radiologi. Sejak awal masuk FK, bagian yang hampir selalu kudatangin setidaknya 6 bulan sekali adalah bagian ini. Bagaimana tidak, dosen waliku adalah supervisor radiologi (dulunya masih jadi residen), jadi ketika KRS an, kami menemui beliau di tempat ini, belum lagi kalau mau ngambil SP (maklumlah saya adalah anak yang doyan ngambil SP), jadi semakin sering kami ke bagian ini. Kesan pertama saat itu adalah: Dingin! Baru di depan tempat nunggu pasien aja udah kerasa dinginnya waktu itu, dan makin dingin saat masuk lebih ke dalam sedikit. Dan ternyata sekarang masuknya makin pelosok lagi, makin jauh ke dalam bagian radiologinya, beuuuh..makin mantab dinginnya. Rasanya saya udah beku berada di bagian ini. Dan ini, bukan hanya saya yang merasakannya, hal yang sama dirasakan oleh teman-teman lainnya, bahkan residen sekalipun. Bahkan, jendela sampai di buka agar dinginnya bisa keluar. Tapi, rasanya tidak terlalu berefek, dinginnya tetep berasa. Belum lagi dapat merusak ozon. Haduuu..

Logikanya, udara dingin ini diperlukan untuk pemeliharan alat, agar alat tidak cepat rusak. Sama lah kaya alat-alat lainnya yang dijalankan dengan menggunakan energi yang mana menghasilkan kalor didalamnya. Alat-alat di radiologi ini rata-rata menggunakan energi listrik, dimana listrik ini menghasilkan kalor. Kalor yang ditimbulkan oleh alat ini, justru bisa merusak alat. Sesuatu yang terkena panas terlalu tinggi logikanya bisa menimbulkan kerusakan, salah satunya bisa memuaikan alat-alat kecil merintil di dalamnya. Atau mungkin, panas yang terus-terusan bisa meningkatkan energi, lama kelamaan ketika alat sudah tidak bisa bernegosiasi lagi dengan panas tersebut terciptalah ledakan energi yang sangat dahsyat yang bisa membuat alat menjadi rusak.

Saya jadi inget si tosi, netbuk yang telah menemaniku 4 tahun lebih, dimana dia pun bermasalah dengan panas yang ia timbulkan sendiri. Alhamdulillahnya, ada mekanisme pengaman yang tercipta pada perangkat tersebut, sehingga ketika panas sudah diluar nalar kerja si tosi, maka tosi secara otomatis akan mati sendiri. Jadilah, kerjaan tosi adalah hidup mati hidup mati. Walaupun belum sampai rusak. *heee..itu mah rusak ya namanya, hehe. Oleh karena itu, perlu yang namanya pendingin, jadi ketika panas ditimbulkan bisa hilang. Hm.. istilahnya gampangnya ada serah terima energi di sana. Sehingga kalor yang tercipta menjadi stabil. Mungkin juga, karena alatnya banyak, maka diperlukan suhu yang semakin rendah juga. Energi sebanding dengan suhu bukan ya. Agar kalor yang tercipta kecil, maka diperlukan suhu yang kecil juga. *bener g ya.. lali aku.. tolong dimaklumkan kalo salah-salah karena saya sangat tidak bisa fisika..

Jadi, wajar bahwa radiologi menjadi bagian paling dingin. Tapi, herannya, kenapa tidak memberikan suhu rendah ini khusus pada ruangan-ruangan yang ada alat-alat radiologinya saja? Kenapa tempat pembacaan foto dan ruangan lainnya, bahkan ruang kuliah sekalipun diberi suhu rendah juga? Kenapa ya? Padahal kan isinya bukan alat-alat, tapi manusia. Huhuhu. Beku rasanya di bagian ini. Sampai-sampai, aku ngetik sms pun jadi sulit saking dinginnya. Hm.. membutuhkan adaptasi suhu sepertinya. Rasanya saat keluar dari bagian ini, langsung nyesss..mendapatkan penghangatan lagi. Hihi.. padahal udara di luar saat ini pun tergolong dingin ya..

Sunday, January 23, 2011

Bunga yang Sedang Layu

Ah bunga..
Kenapa kau menjadi rapuh?
Apakah tangkai itu tak cukup kuat menopangmu?

Wahai bunga..
Kenapa kau menjadi layu?
Tak ada lagi kah air yang mengalir memberikan kesegaran pada mahkotamu?
Atau..
Tak tampak lagi kah air yang diserap sang tanah untuk memberikan kesuburan?

Duhai bunga..
Mengapa engkau menjadi kering seperti ini?
Apakah embun itu telah habis membahasahi kelopakmu hingga tak bersisa?





[Plangon] Samakah Kita dengan Mereka?




hayooo...sama atau tidak?

samaaaaa...
sama-sama mamalia..
sama-sama makhluk cipataan Allah..

lalu kalo teori evolusi dari buku SMA si gimana? bener g ya?
kalo iya, ko yang sekarang masih ada yang tidak berubah jadi manusia ya..
hohoho..

ah bagaimanapun juga..saya suka liat monyet-monyet ini..
bagitu akrabnya dengan sesamanya..
begitu bersyukurnya memakan segala makanan yang diberikan..
begitu sabarnya menanti makanan dari kita..
begitu sayangnya dengan anak-anaknya, sampe tidak mau lepas..

hwaaaa..ambilah hikmahnya..

[Cipaniis] Hutan Pinus




"warnaku.. warna alam.."

suka menapaki kaki di hutan..
berlari..
dan menghirup segarnya udara..

sungguh indahnya ciptaanNya..
sungguh megahnya pohon-pohon itu berdiri..
menandakan kemegahan Sang Maha Pencipta..
sungguh kuatnya tanah itu menyangga..
menandakan kekuatan Sang Maha Penolong..

ah..nikmat Tuhanmu manakah yang kau dustakan..
untuk kesekian kalinya..
rasa syukur itu sulit sekali untuk terus bisa melekat..

[Raja Galuh] Hijau cerminan Alam




teduh..
adem..
menenangkan..

Saturday, January 15, 2011

Misoa


Description:
Ini makanan favorit aku..
sering dijual bersamaan dengan aneka gorengan lainnya, biasanya misoa ini lebih mahal dibandingkan dengan gorengan jenis lainnya, jadi saya agak jarang juga membelinya.
Akhrinya, pulang kali ini aku mencobanya untuk ikut membuat bersama ibu..

sebelum digoreng, wujud misoanya bisa liat di foto kiri atas. Sedangkan gambar yang dominan itu misoa yang setelah digoreng.

setelah bahan-bahan dipersiapkan, ibu ninggalin saya buat bikin sendiri. Dengan pede nya aku bilang, "sip, ima aja"
taunya..hampir saja saya gagal, saya lupa, memasukkan bumbu halusnya pada tumisannya. *doeng..dooeng..
Alhamdulillah otak saya masih bisa berpikir, jadi saya tumis sendiri deh bumbu halusnya kemudian saya campurin dengan bahan lainnya. haha..

Ingredients:
misoa
air daging
air matang (1 bungkus mi = 3-4 gelas air)
wortel, potong tipis-tipis kaya korek api.
daging, cincang halus
bawang putih, iris halus
bawang merah, iris halus
bawang bombay, iris halus
bumbu halus (bawang putih, bawang merah, merica, garam)
daun bawang, iris halus
cabai, jika suka, iris halus
telor unutk menggoreng

Directions:
1. tumis bawang putih, bawang merah, dan bawang bombay, lalu masukkan bumbu halus. aduk-aduk hingga matang.
2. masukkan cabe, daun bawang, wortel. aduk-aduk sampai matang.
3. masukkan daging cincang dan tambahkan air daging dan air matang ke dalamnya. aduk hingga mendidih.
4. masukkan misoa ke dalamnya.
5. aduk-aduk terus sampai air habis.
6. setelah air habis terserap, taru dalam loyang cetakan. misoa dimampatkan.
7. letakkan di kulkas supaya mengeras.
8. potong-potong menjadi bagian kecil-kecil.
9. cemplungkan ke dalam telur terlebih dahulu sebelum di goreng.

Pahit itu.. Membuat Hambar Menjadi Manis

Tak ingin terlalu bersemi..
Dengan terlena pada yang belum pasti..
Sangat tidak baik untuk hati..

Melupakan yang manis itu pahit..
Dari pada asin bikin hati perih..
Lebih baik manis menggoda hati..

Menjadi penikmat manis yang kesekian ribu mungkin..
Menjadi satu diantara gerombolan semut penikmat manis..
Ah..tidak semurah ini..
Bukan ini yang dimau hati..

Menjadi pahit yang sendiri..
Menjadi pahit yang sungkan dicicipi..
Selalu teringat karena nempel di lidah..
Menjadi spesial karena berbeda..

Jangan goda dengan rasa manis..
Karena pahit lebih membuai..
Membuat yang hambar terasa manis..
Membuat yang manis menjadi lebih manis..

Friday, January 14, 2011

Sop Iga Sapi


Description:
Hari pertama di rumah, ibu bertanya padaku,
"ibu ada tulang, mau dibikin apa?"
"asam-asam daging atau sop?"

"sop aja! tapi sopnya jangan macem-macem isinya bu, sayurnya wortel aja, terus pake kentangnya di goreng dulu.."

dan akhirnya dibuatlah sopnya..
uniknya dari sop ibu ini, pake pala cengkeh dan bunga lawang segala, tapi jadinya memang beda dan lebih berbumbu. selain itu, tomatnya membuat segar rasa sopnya..

--------------------------------------------
*setelah ngotakngatik mp, jadi bisa mengubah settingan baru, bisa ada resepnya gini..hehe..telat banget ya saya..

Ingredients:
kuah:
bawang putih
bawang merah
bumbu halus: bawang putih, merica, pala, cengkeh
bunga lawang
air rebusan daging (kaldu)

campuran:
daging iga (bagian tulang-tulangnya)
wortel
kentang
tomat
daun bawang
bawang goreng
jeruk nipis

Directions:
1. daging di presto selama 20 menit. tiriskan.
2. potong-potong wortel dan rebus. tiriskan.
3. potong tipis kentang, cuci, beri garam, goreng hingga kering. tiriskan.
4. potong-potong daun bawang, tomat, dan jeruk nipis. susunlah di piring.
5. haluskan bumbu halus. tiriskan.
6. tumis bawang putih dan bawang merah hingga harum, masukkan bumbu halus. tumis hingga matang.
7. tuangkan daging beserta airnya.
8. tambahkan air lagi secukupnya.
9. tambahkan garam secukupnya.
10. sajikan wortel, tomat, daun bawang dalam mangkok. tuangkan daging dan kuahnya. lalu taburi kentang goreng dan bawang gorengnya. tambahkan jeruk nipis jika suka.
11. selamat menikmati.

"ada yang sedang menanti..meminta untuk dihatami..demi sesuap nasi..dari keringat dan tangan sendiri.." hosh hosh!! yang semangat ngerjainnya..*Bismillah..

Thursday, January 13, 2011

Lumaslah Rodamu dengan Semangat dan Keyakinan

Hari ini..2 periode silam..
Roda itu memihakku..
Tak sanggup membayangkannya..dulu..

Ntahlah..
Alhamdulillah..
Itu terlewati juga pada akhirnya..

Saat ini, roda itu memilihmu..
Tidak mudah..
Tidak juga susah..
Semangat dan keyakinan yang harus melumasnya..
Hanya itu yang bisa kusarankan..

Teringat sudah..
Masa dimana 2 periode silam..
Kau memang pantas..
Mengisi kekosongan teratas..
Di periode sekarang..

Semangatlah..
Pantang mundurlah..
Menuju kebaikan itu tidak mudah..
Membangun generasi ilmiah..
Melatih skill dan pola pikir..
Menjadi sosok cerdas yang tidak pelit..

Saat ini,
Dengan keyakinan diri..
Mulailah membangun pribadi..
Menjadi sosok-sosok pencari dan pemberi..
Mencari kemudian membagi dengan senang hati..

*untuk adikku yang baru saja mendapatkan amanah itu..
Ps: Semangaaaaattt!!

"menggunakan waktu dengan hal-hal yang bermanfaat" adalah salah satu cara mensyukuri nikmat yang telah Dia beri.. *semoga aku tidak terlena.. hyayaya..

Pelajaran mengarangnya sukses!! Alhamdulillah.. *mission...success.. 8))

Sunday, January 9, 2011

Bulan yang Tak Sendiri - karena Dunia ini Luas dan Rumit

..Dunia ini luas dan rumit..

Bulan memang senang berbagi pada bintang,
Membuat bintang semakin bersinar,
Membuat bintang merasa penting dimata bulan,
Saat bulan murung, saat sinarnya meredup, di awal dan di akhir pergantiannya, bintang pun ada untuk menemani sinarnya.

Tapi, ternyata bulan pun sedang berbagi kemurungan dengan lampu-lampu kota, malam itu,
Membuat bintang tak lagi menjadi teman satu-satunya bagi bulan,
Bintang salah,
Bulan itu banyak sekali temannya di setiap malam,
Ada kelelawar, ada lampu-lampu kota, ada suara-suara kendaraan, ada suara air, ada suara kucing mengeong bahkan berkelahi, dan sesekali ada gonggongan anjing.

Bahkan beberapa manusia pun ikut menemani bulan,
Ada manusia yang asik meronda,
Berjalan dengan sarungnya,
Sambil membawa
senter dan kentongan,
Dan seringkali tertidur di pos ronda.

Ada manusia yang asik berkelakar,
Sambil bermain kartu ditemani kopi pekat,

Ada manusia yang sedang berjaga,
Menjaga bank, menjaga kantor, menjaga rumah sakit, dan menjaga segala rupa.

Bahkan ada manusia yang sedang asik tertidur,
Mereka pun tetap menemani bulan,
dengan suara ngoroknya yang keras, mungkin.

Dan bintang sendiri pun,
Bukan hanya bintang itu yang menjadi teman setia bulan,
Masih banyak bintang lain yang menemani bulan,
Ada gugus cancer, ada gugus virgo, ada gugus leo, ada gugus aries, ada gugus sagitarius, ada gugus gemini, ada gugus carpicorn, ada gugus pisces, dan gugus-gugus lainnya.

Sadarlah bintang, kau bukan satu-satunya..
Karena..

..Dunia ini luas dan rumit..

Wednesday, January 5, 2011

Biaya Kesehatan Mahal, Salah Dokter kah?

Bismillah..

Pembahasan yang tak pernah usai. Masalah ekonomi dan kemanusiaan. Dua sisi yang selalu menyertai relung kesehatan. Sampai saat ini saya masih berpendapat, bahwa tingginya biaya kesehatan itu salah satunya akibat peran dari dokter. Dokterlah yang menentukan apa yang harus ditindak terhadap pasien yang datang padanya. Apakah pasien ini harus membeli obat yang mahal dengan variasi obat yang banyak ataukah membeli obat yang murah dan dengan variasi yang minimal, tetapi berkhasiat sama bagi pasiennya bahkan lebih efektif dan efisien mengurangi efek samping dari obat. Dokter pulalah yang menentukan apakah seorang pasien yang datang itu harus melewati berbagai macam pemeriksaan lab dan pemeriksaan penunjang lainnya ataukah cukup dengan pemeriksaan penunjang yang minimal, tetapi sudah bisa mengarahkan ke penyakitnya. Itu pun dokter yang menentukan. Itulah mengapa sampai saat ini saya masih menyalahkan dokter dalam hal biaya kesehatan yang mahal. Bertindak efisien dan efektif, tepat sasaran dan tepat guna juga pada akhirnya minimal biaya. Mengapa hal seperti itu tidak bisa dilakukan? Ketika idealisme menyerang diriku.

Tapi, saya berpikir ulang. Sebegitu berat kah kerja seorang dokter? Harus sesempurna itukah apa yang dilakukan dokter? Tidak bolehkah seorang dokter melakukan kesalahan dan meminta bantuan pada teknologi demi sebuah keakuratan yang lebih baik? Toh itupun buat kepentingan pasiennya. Semudah itukah dokter diserang, baik dari apek sosial maupun dari aspek hukum, hanya karena kesalahan yang sama sekali tidak diinginkannya? Malah justru bisa berdampak sangat fatal dalam hidupnya, serangan sosial sekaligus hukum? What a pity they are!

Yup, saya semakin terbuka, setelah membaca buku yang lumayan keren “the doctor” tapi saya belum selesai membacanya. Baru bab awal yang sudah membuat otak saya tergelitik untuk ikut berpendapat dalam sebuah tulisan. Nanti jika saya sudah selesai membaca ingin saya coba untuk mereviewnya.

Sekarang saya ingin membahas masalah biaya kesehatan yang sangat meresahkan, khususnya bagi kalangan ekonomi menengah ke bawah, karena biaya kesehatan itu tergolongan tinggi saat ini, bahkan bisa lebih tinggi dari upah minimum regional di Indonesia. Besar, sangat besar. Padahal kesehatan merupakan kebutuhan pokok manusia, tetapi dengan tingginya biaya yang harus dikeluarkan, kesehatan ini menjadi seperti kebutuhan tersier bagi sebagian individu. Padahal kesehatan merupakan hak seluruh rakyat Indonesia dimana sudah selayaknya dijamin oleh pemerintah keberadaannya, tapi nyatanya, hanya segenlintir orang yang dapat menikmati jaminan kesehatan ini.

Sebenarnya apa yang membuat biaya kesehatan itu tinggi, bahkan cenderung tidak terjangkau? Biaya dokter kah? Itu hanya memenuhi sekian persen dari keseluruhan biaya, dimana paling tinggi biaya dari alat kesehatan yang digunakan, biaya laboratorium dan segala pemeriksaan canggih lainnya, ditambah varian obat yang dikonsumsi, dan biaya perawatan yang ditetapkan berdasarkan kebijakan masing-masing rumah sakit. Itulah yang membuat mahal. Itulah yang mendominasi dari total biaya kesehatan. Tetapi, kenapa tidak pernah menyalahkan industri-industri obat yang ada? Kenapa tidak pernah menyalahkan sistem distribusi obat yang ada bahkan tidak diketahui secara pasti regulasi obat tersebut sampai akhirnya muncul harga konsumen di pasaran yang sangat tinggi? Lalu kenapa tidak pernah menyalahkan industri-industri peralatan kesehatan yang membrandol harga sangat tinggi? Kenapa tidak pernah menyalahkan sebuah laboratorium yang memberikan harga tinggi dalam setiap pemeriksaan-pemeriksaan yang harus dilakukan? Kenapa tidak pernah menyalahkan rumah sakitnya yang menyediakan biaya perawatan yang sangat mahal? Tapi kenapa yang selalu terpikirkan pertama adalah salah dokternya? Kenapa orang menjadi enggan untuk pergi ke dokter dengan alasan biayanya mahal? Padahal yang membuat mahal bukanlah biaya dokternya, melainkan perintilan-perintilan lainnya yang mengikuti.

Kesehatan saat ini tidak lagi hanya bermain dilingkup kemanusiaan, tapi kesehatan juga telah bersatu dengan dunia bisnis. Kesehatan tidak bisa lepas dengan industri didalamnya. Industri obat yang merajalela dan menjamur bahkan segala cara dilakukan oleh mereka, demi menjalankan tujuan mereka, marketing. Industri-industri obat bersaing untuk menemukan temuan-temuan baru agar bisa mendapatkan lisensi obat paten. Mereka tak peduli lagi akan kemanusiaan dan sosialnya, mereka ada untuk mendapatkan keuntungan. Mereka tidak hanya memikirkan balik modal dari segala riset yang telah mereka lakukan untuk mendapatkan sebuah obat, tapi juga bagaimana agar mendapatkan keuntungan yang sangat tinggi dari keberhasilan riset mereka ini. Apresiate memang perlu diberikan kepada ilmuan-ilmuan yang telah mampu mengembangakan ilmunya untuk menambah khasanah obat-obatan maupun teknologi canggih penunanjang diagnosis kesehatan. Tapi, bukan berarti harus memberikan harga yang amat sangat tinggi terhadap penemuannya bahkan cenderung tidak rasional dalam menetapkan harga. Jika seperti itu, sama saja, tidak ada kemanfaatan dari penemuan mereka bagi sebagian orang yang tidak cukup mampu membayarnya. Belum lagi, para industri obat yang mengeluarkan obat tiruannya dengan nama dagang masing-masing, yang kita sebut dengan obat-obat me too,  itu sama saja, walaupun tidak semahal obat paten yang ada, tapi harga yang mereka bandrol masih juga tidak masuk akal, sesukanya. Biaya promosi yang mereka keluarkan justru membuat harga obat mereka semakin melangit. Segala rupa cara mereka lakukan, salah satunya dengan mengiming-imingi para dokter yang mau bekerja sama dengan segala kenikmatan duniawi yang mereka sajikan. Hanya obat generik yang bisa kita andalkan, mutu selalu terkontrol, dan dibawah pengawasan pemerintah. Hal inilah, membutuhkan kerjasama dari para rekan dokter untuk tetap mau menggunakannya.

Ada pada jalurnya adalah sikap yang paling baik kita lakukan. Menutup-nutupi yang sebenarnya dalam berbisnis pun tidaklah baik. Seperti halnya, masalah harga obat yang sampai saat ini regulasinya tidak jelas. Lalu, kenapa harga yang ditetapkan dari pabrik itu hanya tertera di box-box besar, padahal individu-individu (red: orang yang sakit dan butuh obat) tidak mungkin membeli sebox, jadi mereka tidak mungkin tahu harga aslinya berapa. Mereka hanya disajikan harga yang diberikan oleh apotek tempat dia membeli. Padahal, apotek itu tidak langsung menerima obat dari pabrik, masih ada banyak tangan yang membawa obat dari pabrik hingga sampai di tangan apotek. Saya pun pernah mendapatkan info dari salah seorang dosen yang sangat konsen di dunia obat-obatan, bahwa perbedaan harga obat dari harga yang ditetapkan pabrik hingga sampai ke tangan akhir konsumen itu terkadang tidak rasional. Sangat jauh. Itu bisa terjadi karena tidak ada pengontrolan dari pemerintah. Pemerintah ini yang bertanggung jawab dalam regulasi harga. Akan tetapi, regulasi harga ini bahkan tidak jelas keberadaannya. Yang tertera (itupun pada box obat) hanya harga pembuatan dari pabrik, untuk harga maksimum dari sebuah obat tidak ada aturannya. Sehingga para distributor bebas menentukan harga yang baik menurut mereka. Negara kita bukan negara liberal walaupun bukan pula negara sosialis, perlu ada kesinkronan diantara keduanya dalam penetapan harga ini. Tidak benar-benar membebaskan sepenuhnya kepada produsen dan para distributor untuk memainkan harga obat di sini, karena obat telah menjadi kebutuhan bagi seluruh kalangan masyarakat. Bukankah, sesuatu yang melingkupi hajat hidup orang banyak, harus berada di bawah pengawasan pemerintah?

Untuk para pemegang saham, distributor, dkk  dalam bidang kesehatan, di sini perlu rasa kemanusiaan dari mereka semua, agar tidak selalu mementingkan keuntungan dan mengesampingkan rasa kemanusiaan. Tidakkah disadari bahwa yang memerlukan barang dan jasa dalam bidang kesehatan adalah orang-orang yang sedang mengalami kesulitan? Mereka sudah merasakan sakit pada fisiknya, tapi masih harus dipersulit lagi dengan upaya pertolongan yang ada, tidakkah ada rasa kemausiaan untuk mempermudah urusan mereka? Dalam setiap profesi itu ada etika yang bekerja didalamnya. Setiap pekerjaan harus dilandaskan dengan etika. Bahkan dunia bisnis pun harus berlandaskan etika, dimana etika yang mendasar bagi seluruh pekerjaan adalah “First Do No Harm!” pertama dan yang utama adalah berbuat tidak merugikan orang lain.

Jika seperti ini, biaya kesehatan yang mahal ini, apakah masihkah menjadi tanggung jawab dan kesalahan dokter?

Tidak saling menyalahkan, semua pihak bisa saja menjadi penyebab dari akibat: tingginya biaya kesehatan, yang terpenting adalah, bagaimana agar orang-orang yang kurang beruntung itu tidak merasakan akibat tersebut dan bisa memperoleh hak mereka untuk hidup sehat! Sebagai mana tertera pada UU RI nomor 29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran, yang menyatakan “bahwa kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat.” Tapi, nyatanya biaya kesehatan saja  masih tidak terjangkau seperti ini.

.ironi.

Wallahua’lam.


*Alhamdulillah..akhirnya tulisan ini bisa selesai juga..Mohon maaf ya kalo ngaco..hehe..

Monday, January 3, 2011

[Resep] Mie Kari


Mie buatan ibu..
Rasanya mantab deh! Cita rasa yang baru saya temukan. Biasanya kan mie itu dibuat mie goreng, mie rebus, mie bakso, mie ayam, dsb. Tapi ini, dibikin pake kuah kari. Ibu sendiri belajar dan dapet resepnya dari adeknya. 2 kali ini aku dibikinin mie kari sama ibu. Pertama kali nyoba, aku jadi berpikir, suatu saat pengen deh bisa bisnisin makanan ini. hehe.. 8)

Ibu itu bukan orang yang pandai memasak, tidak seperti adeknya, tapi jika sudah niat, beuh..makanan apapun jadi juga. Benar-benar sebuah kebahagiaan saat bisa pulang. Bisa pulang aja udah syukur Alhamdulillah, ditambah lagi dibikinin mie kari sama ibu, benar-benar liburan yang mantab!

Sayang sekali, saya tidak ikut membuatnya, padahal pengen bisa. Malah saya cuma disajikan dalam bentuk sudah jadi. Saya protes sama ibu, tapi si ibu cuma bilang, "tenang aja, adek pasti bisa buatnya." *ngek..ngeeeekk... Jadilah, saya cuma minta resepnya, tanpa berlatih atau melihat cara membuatnya. Dan ternyata berkesan sangat ribet sekali!

Bahan:

  • Minyak untuk menumis.
  • Bawang merah
  • Bawang putih
  • Bawang bombay
  • Bumbu kari bubuk, campur air.
  • Santan ¼ kelapa.
  • Daun kari.
  • Garam
  • Gula
Bumbu halus:
  • Bawang merah
  • Bawang putih
  • Cabe
  • Jahe
  • ketumbar
  • Jintan
  • cengkeh
  • Kayu manis
  • Pala
  • Bunga lawang
  • Garem
Isi: (sesuai selera)
  • Udang
  • Jamur kancing
  • Bakso ikan
  • Ayam/Daging
Campuran:
  • Mie telor
  • Sawi hijau
  • Daun bawang
  • Bawang goreng
  • Cabe rawit potong kecil

Cara membuat:
  1. Giling bumbu halus
  2. Tumis bawang putih, bawang merah dan bawang bombay, lalu masukkan bumbu halus.
  3. Campurkan bubuk kari dengan air lalu tuangkan ke dalam tumisan, aduk-aduk.
  4. Masukkan bahan-bahan tembahan, udang, bakso ikan, ayam, jamur kancing, dsb (sesukanya).
  5. Tambahkan air lagi dan masukkan santan.
  6. Aduk-aduk, tunggu hingga matang. Cicipi rasanya, tambahkan garam jika kurang dan beri gula bila perlu.
  7. Siapkan, mie telor dan ditambah sawi hijau di mangkok, lalu tuangkan kuah karinya.
  8. Taburi dengan daun bawang dan bawang goreng diatasnya. Tambahkan cabe rawit potong bila perlu.