Saturday, July 30, 2011

[Semarang] katanya "Car Free Day"




Niiii..Simpang lima Hari Minggu yang lalu, katanya "car free day"
Liat deh, sepiii.. ini jam 8 an pagi, diambil di Masjid Baiturrahman, saat sedang berpartisipasi dalam Khitanan massal yang diselenggarakan oleh Baiturrahman dengan bantuan tim khitan MerC. Menunggu dimulainya acara, jadi jepret-jepret dulu dari atas masjid ini.



sekarang simpang 5 udah g dijadiin pasar kaget lagi setiap yang biasanya selalu ada setiap Sabtu malam sampai Minggu pagi. Sekarang pasarnya beralih ke sekitaran taman KB.

Sekarang, simpang lima rencananya mau dijadiin pusat olah raga gitu katanya.. sementara baru jadi beberapa lapangan olah raga gitu. Terus juga harin ini, dijadiin arena sepedaan. Tidak boleh ada mobil dan motor.





Tapi, jam 12an simpang lima kembali ramai.. hehe..





Bercerita pada Keheningan

kenapa saya menulis? khususnya kenapa menulis di blog ini?

jawabannya..

"karena saya ingin bercerita pada keheningan."

Jika ada masalah, tidak gampang bagi saya untuk bercerita pada orang lain. Mungkin, kalian akan berkata, "ceritakanlah agar hati dan pikiran menjadi tenang, biar ada dua otak atau lebih yang akan membantu memecahkan masalah." "Cerita aja padaku, saya siap mendengarkan."

Betul, tapi saya tidak bisa dengan mudah bercerita pada orang lain. Salah satu sifatku yang tidak begitu saya sukai juga sebenarnya, ingin sekali bisa bercerita pada seseorang, seduaorang atau lebih tentang semuanya. Ingin sekali ada seseorang, seduaorang atau lebih yang bisa saya tumpahkan segala macam cerita, sebenarnya..

Ntah kenapa, sulit sekali rasanya setiap saya ingin menceritakan berbagai masalah saya pada orang lain. Bahkan, pada keluarga saya sekalipun, tidak semua masalah bisa saya utarakan pada mereka. Saya adalah orang yang tertutup. Bisa dikatakan seperti itu. Sesuatu hal yang tanpa sadar baru saya sadari.


Saya berusaha untuk mengelabui bahwa saya ini tidak ada masalah teman, saya baik-baik saja. Ayo kita bergembira. Saya banyak bercerita tentang suka cita pada mereka, tapi banyak hal yang tidak bisa saya utarakan ternyata. Banyak hal dari sedikit hal yang bisa saya ceritakan pada mereka.

Tanpa disadari bahkan olehku sekalipun. Saat seperti itu, saya menulis. Saya menulis. Menulis dicoret-coretan kertas sampai disebuah buku bergembok atau buku terlarang dibaca, menulis apapun yang ingin saya ceritakan. Menulis, bercerita dalam keheningan. Bercerita kepada diri saya sendiri. Bercerita hanya kepada Tuhan.

Dengan menulis, penatku bisa hilang. Dengan menulis, jiwaku akan kembali segar dan bisa sedikit melupakan masalah yang ada. Dengan menulis perasaan jadi lebih lega. Saat melewati segala kepenatan dan bingung mau ngedumel dan bercerita kemana, saya akhirnya menulis, agar penat  itu bisa terlupa. Saya menulis untuk bercerita dalam keheningan. Bercerita pada siapapun juga. Bercerita pada diriku. Karena ketika kita telah bercerita, maka kita telah membagi beban kita maupun kebahagiaan kita. Dan itu, salah satu cara saya bercerita.

Setelah saya mengenal blog, dari Luluk, teman saya yang lebih dulu ngeblog dari saya. Saya, beralih, dari menulis di kertas-kertas coretan maupun di buku bergembok serta buku terlarang dilihat, saya jadi menulis di mesin tulisan. Saya menulis tentang cerita hidupku. Saya bebas bercerita dalam keheningan. Saya bebas bercerita pada diriku dalam keheningan. Dan bebas dibaca siapapun juga dalam keheningan.

###

terimakasih buat teman-temanku di Multiply dan dimanapun yang sudah bersedia mendengarkan ceritaku dalam keheningan.. lewat blog ini.. :)

kenapa saya menulis?

Friday, July 22, 2011

Epifora..



Tak semudah itu epifora terjadi..
Bukan.. ini bukan epifora yang kita temukan dalam puisi-puisi para pujangga..
Ini hanya sekedar respon psikis yang berlebihan..
Terjadi lakrimasi hebat dan.. meluberlah ke pipi..
Glandula lakrimalis terlalu banyak memproduksi..
sedang..
Kanalis lakrimalis tak sanggup menampung dan mengalirkannya..

Bagai atap yang bocor seketika..


*gambar dari google

Thursday, July 21, 2011

Tak Ada yang Lebih Bahagia dari Ini di Hari Ini

Bagi saya, tak ada yang spesial dengan hari ini..

Sampai akhirnya, setelah berpisah jauh dari keluargaku. Hari ini jadi momen yang menyenangkan. Karena ini menjadikan momen silaturahmi diantara kami. Mereka jadi menghubungiku, ngobrol-ngobrol panjang lebar, dan bercerita banyak hal. Mungkin, di hari lain, dengan kesibukan masing-masing kami jarang sekali saling menghubungi.

Paling tidak, hanya ayah dan ibu yang memang tak pernah putus mengontak kami semua setiap harinya. Walau hanya sekedar mengabsen bahwa kami dalam keadaan sehat. Sementtara, komunikasi dengan kakak-kakakku hanya melalui mereka. Melalui ayah dan ibu, kami saling menanyakan kabar masing-masing diantara kami  (ketiga anaknya beserta keluarga masing-masing), melalui mereka kami tau informasi tebaru terkait masing-masing diantara kami. Selebihnya diantara kami memang cukup jarang kontak-kontakan langsung.

Sedang aku, berprinsip sangat aneh dan tak masuk akal, bahwa yang udah kerja yang harus menghubungi. Bukannya yang kecil yang menghubungi. Haha. Aneh kan? Mengamalkan prinsip tidak mau rugi. Wkwkwk. Mentok-mentok kalau udah kangen sangat sama ponakan, sms minta ditelpon atau videocall. Ampun deh ima. Emang pelit deh bocah ini.  

Dan momen ini, mereka semua menhubungiku. cas cis cus. ngobrol ini itu.

Kemarin ditelpon ponakan, liat bocah satu itu yang makin lincah tapi makin kurus. Huhuhu. Kalau di telpon, paling-paling cuma bengong ngeliatin dia bertingkah. Dicuekin terus! Hihi.

Tadi, ditelpon sama kakak pertama, yang ceriwisnya bukan main. Tetep ngotot-ngototan terkait PTT, ujung-ujungnya berdebat ga penting tentang Indonesia tercintah. Haha. Anak kecil yang gatau apa-apa vs orang tua kolot. Dan berakhir seri dengan tak ada yang mau ngalah. Hanya berakhir dengan damai tanpa memecahkan apapun. Hanya debat sekedar debat. *Kacau..

Overall. Kangen sangat sama mereka.

kangeeeen banget kakakku yang satu ini.. Lama sekali g berdebat dan diceramahinya.. dulu rasanya setiap kali nelpon isinya ceramah-ceramah panjang darinya.. hari ini terobati sudah ditelpon dan berdebat habis-habisan.. *g sabar rasanya bisa kumpul-kumpul lagi pas lebaran.. :) i'll miss u.. always..

Wednesday, July 20, 2011

Layang-Layang

melayang-layang terbang di langit biru..
bagai layang-layang yang ditarik ulur..
rasakan saja jika talinya putus..
jatuh melayang..
robek tercabik ranting-ranting pohon yang kejam..
hilang tertelan angin ke belahan bumi tak dikenal..
syukur-syukur.. hanya terhempas ke tanah..

..bangunkan aku dari mimpi ini..

Sunday, July 17, 2011

Kosong



















Hanya seonggok kotak usang yang termakan waktu..
Terdampar di tengah luasnya rerumputan hijau..
Tapi, tak ada cerita di dalamnya..
Kosong..

Menatap.. dan terus menatap onggokan kotak usang..
Tanpa mencari atau merogohnya..
Terus menanti hingga ada cerita yang kan mengisinya..
Tapi, tak ada cerita di dalamnya..
Kosong..

Satu detik..
Satu menit..
Satu jam..
Satu hari..
Aku menunggu kotak itu menumpahkan cerita..
Tapi, tak ada cerita di dalamnya..
Kosong..


Kangen..


Hatiku tak cukup jujur 'tuk mengakuinya..
Ragaku tak cukup berani 'tuk mendekat..
Otakku tak cukup sinaps 'tuk memprogram..

Hatiku hanya berbisik dalam diam..
Ragaku hanya mengumpat dipojokan..
Dan otakku hanya mengalirkan impuls-impuls memori..

Tahukah kau?
..Aku kangen..

Thursday, July 14, 2011

Tuesday, July 12, 2011

Eaaaa... Belajar dari Sebuah Jerawat di Jidad..

"Kalian di sini harus belajar yang baik ya. Keliatannya itu emang mirip semua, tapi kalau sering melihat, nanti kalian jadi tau perbedaannya."

"Bikin preparat kerokan jamur, kalian harus bisa itu. Jangan sampai kalian tidak pernah melakukannya. Itu pemeriksaan sederhana yang akan kalian lakukan sendiri di Puskesmas."

"Kalian harus belajar, nanti kalau ada pasien jamur, kalian ngerok sendiri dan baca sendiri preparatnya. Kalau ada pasien IMS (infeksi menular seksual), kalian juga minta residennya buat bikin satu, biar kalian periksa. Gantian-gantian."

"Kalian minta ajarin Pak 'Peci' (petugas lab), beliau selalu ada di sini setiap hari Selasa."

Berdasarkan wejangan dari salah satu supervisor muda kulit nan cantik dan baik hati itu, maka hari ini kami memanfaatkan untuk minta diajarin bikin preparat, mulai dari ambil kerokan kulit/spesimen pus sampai liat preparat di mikroskop.

Susahnya mendapatkan spesimen dari pasien-pasien di poli kulit. Soalnya kalau ada pasien, kami, para koas, harus sadar diri sendiri, kami sering terlewat moment pengambilan spesimen/kerokan kulit, tau-tau sudah jadi saja preparatnya. Pada akhirnya, kami hanya belajar cara mengecat Gram dan meneteskan KOH, kemudian liat preparat yang sudah jadi tersebut. Kami melihat gambaran-gambaran mikroskopis mikrobateriumnya. Me'refresh' kembali ingatan waktu preklinik dan pas penelitian dulu. Kebetulan penelitianku tentang mikrobiologi. Kebetulan juga, waktu itu, kami juga dibimbing dan banyak dibantu oleh pak peci.


Setelah hari semakin siang, kami belum juga melihat cara ngerok kulit untuk mendapatkan spesimen jamur itu. Akhirnya, pak peci meminta salah satu diantara kita untuk jadi probandus untuk diajari bagaimana cara mengambil spesimen atau kerokan kulitnya.

Awalnya, pak peci minta chief kami buat jadi probandus. Tapi, kemudian malah dilempar, daaaaaaaannn... semua mata pun tertuju padaku! Anak-anak melirik sebuah pustul (red:jerawat mateng dengan nanah) dijidatku! Pak peci pun ngincer pustul ku banget buat dikerok dan diambil pusnya. Gilaaaaaa... ini gila namanya. Aku aja g berani mecahin jerawat sendiri, ini mau dipecahin pake ose?? Aku bersikeras untuk menolak, aku tidak bisa membayangkannya.

Awalnya, bahkan mau pake scapel (pisau bedah), hwaaaa.. Belum bisa menalarnya. Lagian kita kan mau bikin kerokan kulit, lesi kering dong harusnya. Lah, kalo pustul gini, bukan kerokan namanya. Masa pustul mau dikerok. Pokoknya aku gamau! Segala pembelaan kukeluarkan dan segala bujuk rayu dan penjelasan pun dilontarkan, tapi tetap saya tidak berani. Hehe..

Kemudian temanku, si bumil, malah menawarkan diri, karena dia merasa ada lesi di kakinya dengan UKK hiperpigmentasi dan terasa gatal, dia penasaran, jadi mau dikerok, jadi probandus kita. Hehe.. Asiiiiikk.. Aku tidak dipaksa lagi kalo gini. Yap, sudah, ternyata begitu caranya, pertama pake sisi tumpulnya, kemudian untuk ngambil kerokannya pake sisi tajamnya, tapi hanya digesrek-gesrek saja, jadi insyaAllah tidak sakit dan tidak bikin luka. Lah, iya temanku itu kulitnya intak, lah aku ini, pustul, kalo gigesrek-gesrek gitu bisa-bisa langsung pecah dan kebayang rasa sakitnya. *pikiran sempit! segala pembelaan aku keluarkan. Hehe. Padahal pak peci udah bilang, kalau hanya dicolek, kecuali kalo buat virus, zank test, itu baru diambilnya dalam sekali. Tapi, aku keburu parno.

Setelah ditetesi KOH, dimana kalo kulit pakenya KOH 10%, kalo rambut KOH 20% dan kalo kuku pakenya KOH 40%. Kemudian ditutup di deckglass dan dilihat di mikroskop. Selesai!! Ternyata, tidak. Tidak berapa lama, Pak Peci kemudian menawariku lagi untuk mengambil pustulku. Hiks.. Belum selesai ternyata..

Dengan berbagai pertimbangan dari otakku yang saat ini sudah terbuka lebar. Mengingat, untuk belajar kita juga, kalau dapet spesimen begini kan kita bisa mengecatnya. Dan, mumpung ada pak Peci yang bersedia menyupervisi kami, Selasa depan belum tentu masih ada pustulku ini. Hihi.. Akhirnya, aku putuskan, yap baiklah, silakan jadikan saya probandus! silakan ambil spesimen pus pada pustulku ini untuk dicat dan dilihat gambaran mikroskopisnya. Hehe. Ternyata tidak sakit. Ternyata biasa aja. Karena ini pengambilan spesimennya berupa pus, jadi pake ose saja cukup. Saya, benar-benar mengawasi sterilitasnya. Pokonya itu ose harus dibakar. Saya kan juga kasihan sama pustul saya ini, walaupun sebiji, tapi yo tetap harus diperlakukan dengan baik kan ya.. Hehe..

Karena sudah gini, jadi sekalian, saya minta untuk diambilin yang banyak sekalian, biar yang lain juga bisa mencicipi untuk mengecat Gram. Dibuatkan 4 preparat dari pustul saya ini, 1 preparat untuk KOH dan 3 preparat untuk pengecatan Gram. Baiklah, tentunya, saya cakcung satu preparat untuk saya cat sendiri. Selebihnya, diserahkan ke teman-teman yang lain.

Karena, sudah waktunya pulang, sebagian teman-teman pulang duluan, dan sebagian dari kami yang tersisa tetap melanjutkan belajar kami. Kami melihat hasil pengecatan kami dan mencari mikroba apa yang ada. Saya pun jadi tau, ini lo mikroba yang ada di jerawatmu ma!! Ternyata isinya, coccus Gram positif dan yeast. Hoho.. Dan ternyata yeastnya banyak, kalau gini berarti terapinya mesti beda ya.

Nyebelinnya lagi, pak peci, selalu menakut-nakutin dengan pertanyaan, "ada diplococcus Gram negatif intrasel nya tidak ya?" Hwaaaaa... tegaaaaaa... Dasar si bapak!

Kata beliau, dulu ada residen yang tesisnya itu mencari sumber penyakit seseorang dari jerawatnya dengan dilakukan pemeriksaan mikrobiologi pada jerawatnya. Dan, saya disuruh baca tesisnya itu! Hoooo.. gitu toh.. Penasaran juga.. Hehe..

Sunday, July 10, 2011

IKM Jepara: Seri Tugas 'Operasi Timbang'

Sedikit Opini, dari hasil pembelajaran selama tugas IKM individu saya di Jepara.
Boleh setuju boleh tidak. Jika malas, tak usah dibaca.
Hanya perkataan anak kecil.
hehe.. :)

Mungkin, bisa dibilang saya dipekerjakan di Puskesmas ini, atau mungkin ini kerja rodi namanya. Padahal, di sini maksudnya kami ingin belajar tentang manejemen puskesmas dan mempelajari program-programnya. Tapi, saya merasa, kami ini justru dimanfaatkan keberadaannya untuk menyelesaikan program-program mereka. Kalau dosen saya berkata, kami ini seperti mesin, yang hanya menjalankan perintah tanpa berpikir, bukan seperti mahasiswa yang mempunyai otak. Menyedihkan! Dan yang menyedihkan lagi, ada saja masyarakat yang menganggap bahwa saya ini mahasiswa yang sedang memanfaatkan mereka untuk sebuah tugas.

Saya tetap harus bisa menikmati. Itung-itung saya belajar untuk merasakan pekerjaan petugas puskesmas yang seharusnya mengemban pekerjaan ini.

Saya pun mengambil hikmahnya, dengan terjun langsung ke masyarakat dan mendatangi satu per satu masyarakat tersebut, justru membuka wawasan saya dan sebagai media pembelajaran dalam menghadapi masyarakat. Menghadapi masyarakat itu sangat sulit. Semua karakter bisa kita jumpai, dari yang terbuka sampai yang tertutup sekalipun ada. Dari yang ramah sampai yang judes sekalipun ada. Dari yang mau mengerti sampai yang tidak mau tahu pun ada. Tidak bisa belajar sekali dua kali saja, tapi pengalaman yang akan mengajarkan kita.

###

Pelaksanaan operasi timbang Ini adalah program yang diturunkan oleh dinkes kabupaten/kota untuk dilaksanakan puskesmas-puskesmas yang ada di bawahnya dengan sasarannya adalah posyandu. Program ini minimal harus berjalan setahun sekali, tapi nyatanya, tahun lalu saja program ini tidak berjalan. Di Jepara sendiri, terakhir dilakukan operasi timbang itu tahun 2008. Operasi timbang ini sejenis sweeping balita untuk ditimbang dan diukur berat badannya agar didapatkan status gizinya, sehingga dapat menemukan balita dengan gizi kurang maupun gizi buruk.

Kan sudah ada Posyandu, belum cukupkah kerja Posyandu?
Lalu, apa fungsinya Posyandu?

Benar sekali, jika Posyandu sudah berjalan dengan baik, maka seharusnya semua balita di wilayah kerja sudah bisa terdata berat badan dan tinggi badan serta status gizinya. Akan tetapi, produktivitas dari Posyandu sendiri di Indonesia masih rendah, dimana kita lihat dari indikator D/S (jumlah balita yang datang ke Posyandu dibandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ada di wilayah kerjanya) sangat rendah sekali. Contohnya saja, di 2 wilayah kerja posyandu tempat saya melakukan operasi timbang, dimana D/S rata-rata < 80%. Posyandu A, dari 121 balita yang terdata, kurang lebih hanya 20 balita yang datang ke Posyandu untuk ditimbang, sedangkan Posyandu B, dari 45 balita kurang lebih 20-30 balita yang datang. Menyedihkan bukan, miris sekali rasanya. Keadaan inilah yang mengakibatkan, banyaknya balita yang gizi kurang maupun buruk yang tidak terdeteksi dengan cepat, sehingga intervensi menjadi telat dilakukan dan balita tersebut keburu berada dalam kondisi yang semakin parah. Banyak orang tua yang tidak membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang.

Apa susahnya membawa anak ke Posyandu?

Mengumpulkan orang-orang agar mau datang ke posyandu untuk ditimbang itu susahnya bukan main. Ketika diajak untuk ke posyandu, ada aja segelintir orang yang malah berkata “nggo opo anak ku ditimbang?”, atau “anakku sehat-sehat saja walaupun g pernah ditimbang”, tidak bisa ngomong apa-apa lagi kalau seperti itu yang dihadapi, selain memberikan pengertian betapa pentingnya balita ditimabng sebulan sekali, yang itu pun seringnya diabaikan.

Ada juga yang berkata, “anakku wes diimunisasi”. Ternyata masih banyak pemahaman yang salah di masyarakat, bahwa posyandu itu hanya untuk imunisasi. Sebenarnya tidak begitu pemahamannya, posyandu itu untuk memantau pertumbuhan balita. Semua balita, bukan hanya yang akan diimunisasi. Masyarakat tidak merasakan pentingnya menimbang anak mereka, sehingga mereka pun malas untuk ke posyandu setelah imunisasi selesai. Di situlah sebenarnya perlu adanya suatu revitalisasi dan inovasi untuk posyandu. Agar fungsi posyandu bisa berjalan dengan baik.

Mengoptimalkan fungsi Posyandu? Kenapa tidak?

Saya lihat begitu banyak program-program yang sebenarnya secara konsep bagus. Tapi, semuanya itu tidak ada yang bisa berjalan secara efisien. Perhitungan di awal yang kurang matang. Dedikasi petugasnya yang kurang. Atau memang beban kerja petugas yang terlalu berlebihan. Atau mungkin memang lingkungan masyarakatnya yang tidak mendukung. Saya juga tidak tahu persis.

Benar kata dosen saya, ketika kita menjadi seorang manejer, ketika ingin menambahkan tugas baru di luar tugas pokok, maka kita harus pikirkan secara matang. Misal, apakah tugas pokoknya sudah maksimal belum? Siapa tau tugas tambahan tersebut bisa diselesaikan hanya dengan mengoptimalkan dan mengefisienkan tugas pokoknya. Lalu, kita juga harus perhitungkan beban kerjanya, agar jelas. Kalau memang tidak mencukupi karena beban kerja sudah berlebihan, maka mintalah petugas tambahan baru. Kalau ternyata, masih cukup, tapi petugas sudah merasa terlalu menumpuk bebannya, maka di situlah sebagai manajer kita harus bisa meyakinkan bahwa beban kerja yang diterima itu cukup dan tidak berlebihan, mungkin ada ketidak efisien an dalam menjalankannya, kita bisa mengingatkan itu pada mereka. *jadi, pengen bisa menghitung analisis beban kerja kalau begini.

Bisa dibayangin, operasi timbang ini, pada akhrinya akan dilaksanakan oleh kader dengan disupervisi staf bagian gizi Puskesmas. Waktu saya meminta kader untuk menemani saya saja, mereka agak keberatan, bagaimana kalau mereka dibebani tugas ini begitu saja. Kader adalah orang-orang yang tidak digaji dan tidak semua kader memiliki kesadaran dan pengetahuan yang baik untuk bisa mengerti betapa pentingnya pelaksanaan operasi timbang ini. Bukan hanya sekedar data BB, TB, dan Status gizi saja, akan tetapi lebih dari itu. Operasi timbang ini sangat berarti untuk anak-anak yang gizi kurang maupun gizi buruk yang tak terdeteksi sama sekali sebelumnya. Jadi, tidak bisa asal timbang, asal ukur, serta asal lapor saja.

###

Pelaksanaan Operasi Timbang

Berhari-hari saya keliling desa ini, membawa timbangan dacin seberat 25 kg, bersama kader dengan motor. Mendatangi rumah warga, mengumpulkan anak-anak yang ada disekitarnya untuk ditimbang dan diukur tinggi badannya. 160 balita yang harus ditimbang dan diukur tinggi badannya dalam waktu yang sangat sempit, hanya satu minggu ditambah intervensi yang harus saya lakukan.

Belum lagi, antara data balita yang ada di buku cohort balita yang dipegang bidan desa tidak sama dengan yang ada di lapangan. Kami kerja tidak kenal waktu, minggu-minggu tetap kami laksanakan, dari pagi sampai sore saya berkeliling. Sampai akhirnya, kaderku berkata, “mba.. wis to, dikarang wae.. mba e kesel..” Hanya bisa tersenyum mendengarnya. Hatiku berujar, “Bagaimana kalau ternyata anak-anak yang tidak saya timbang ini gizi kurang atau buruk bu? Saya merasa bersalah sekali kalau sampai tidak saya laporkan.” Bahkan bidannya pun menyarankan hal yang sama padaku. Ngerii.

Saya tetap mengusahakan sampai hari deadline pelaksanaan tugas ini. Dari 2 wilayah kerja posyandu tersebut, saya dapatkan 26 balita dengan gizi kurang. Kemudian, lusanya saya mulai melakukan intervensi pada balita-balita tersebut dengan mendatangi rumah orang tua balita tersebut dan memberikan sedikit penyuluhan dan motivasi kepada mereka.

###

Saya yang hanya sekali ini saja melakukan operasi timbang, berasa sangat berat, dan mungkin jika tidak dituntut dengan tugas, saya pun belum tentu mau melakukannya. Bagaimana dengan kader yang terus-terusan, tiap tahun dituntut untuk melakukan ini? Pada akhirnya, data hanya sekedar data, sangat mungkin terjadi dan akhirnya esensinya tidak dapat. Di sinilah, sebenarnya bisa dipikirkan untuk melakukan efisiensi dari program-program yang sudah ada agar berjalan dengan efektif. Mengoptimalkan yang sudah ada, tidak sekedar berpikir pada penambahan program-program baru. Bagus, jika program-program baru tersebut bisa berjalan dengan efektif, efisien, dan optimal, tapi kalau tidak, sangat disayangkan.

IKM Jepara: Seri POA Travelling

Di Jepara ini tidak begitu banyak cerita jalan-jalanku. Jika ditanya, "di Jepara kemana aja?" Maka, aku akan menjawab, "jalan-jalan dari rumah ke rumah di Desa Mambak dan Suwawal Timur, ngobrol dengan ibu-ibu setempat."

2,5 minggu di Jepara, hanya sempat ke Pantai Bandengan sekali dan hampir sampai ke Air terjun Songgo langit. Kenapa hampir sampai, karena baru sampai desa Cepogo, kami sudah nyerah. Kami cuma berempat, perempuan semua, dan perjalanannya menuju Songgo Langit itu suepiiii banget,udah sore juga. Padahal 10 km lagi, sedang kami memperhitungkan waktu untuk kembali ke markas bisa-bisa sampai matahari tebenam. Jadilah, kami memilih untuk memutar arah, dan pulang. Setidaknya sudah tau arah ke sana, jadi ntar kalau mau jalan-jalan bareng yang lain kita sudah tau lah.

Dari sederet, POA travelling yang dibuat oleh kakak-kakak yang sebelumnya telah menignjakkan kaki di bumi Mlonggo untuk IKM ini, hanya segelintir tempat yang sanggup aku didatangi.

  • Karimun Jawa: rencana sekedar rencana..

  • Pantai Bandengan: Alhamdulillah kesampean, ini deket hanya setengah jam dari markas P2UKM Mlonggo. Hari ketiga di Mlonggo, rombongan pada ke pantai. Saat, sudah siap berangkat, saya dikejutkan oleh kedatangan saudara saya yang tinggal di Jepara, jadi minus saya, semua teman-teman pada main-main di Bandengan. Besoknya, saya penasaran sama pantainya, jadilah saya ditemani Gisda yang baik hati, main-main sebentar ke pantai ini. Hehe.. Makasih ya Gisda..


  • Pantai Kartini: Ada kura-kura raksasanya, katanya si biasa aja, terus lumayan jauh di Kota Jepara, jadi kita pada males juga ke sini, selain memang agak sulit ngatur waktu.

  • Pantai Mpu Rancak: ini juga pantai yang ada di Jepara, tidak begitu jauh dari P2UKM Mlonggo, tidak sempat juga ke sini.

  • Pantai Bondo: sama pantai ini juga salah satu pantai yang membentang di Jepara dan lokasinya tidak jauh dengan P2UKM Mlonggo. Tapi, saya pribadi tidak sempat menginjakkan kaki di sini.

  • Benteng Portugis: ini agak jauh lokasinya, katanya membutuhkan perjalanan kurang lebih 1,5 jam untuk mencapainya. Boro-boro ke sana, ke Air Terjun Songgo langit saja yang lebih deket tak sempat menjangkaunya.

  • PLTU: gagal juga.. gda yang mau diajakin ke sini, abis kurang menjanjikan. Cuma bagus buat foto malem, dan teman-temanku mana ada yang tertarik. Kalo sendirian tidak mungkin soalnya kan mesti malem dan cukup jauh.

  • Air terjun Songgo Langit: nyaris..ris.. ris.. 10 km lagi. Kami sudah tiba di desa Cepogo, tapi kami putar arah. Sudah sore dan jalanan sepi, jaraknya juga sudah ada 15 km dari Mlonggo. Karena ini negeri orang, tak berani ambil risiko kami cewek-cewek ini.

  • Air Terjun Jurang Nganten: di Desa Tanjung Kecamatan Pakis Aji. Padahal ini harusnya dekat dengan wilayah kerja kami. Tapi, kebetulan tidak ada yang dapt di Desa Tanjung, jadi jurang nganten lupa didatangi, juga dikarenakan tak ada waktu.

  • Kuliner penduduk Desa Cepogo: berhasil! Tapi mengecewakan. Haha.. Dalam pikiran bener-bener kuliner makanan khas Jepara gitu,, eh taunya, pondok-pondok dipinggir jalan, jual jagung bakar, kedelai rebus, dan ubi rebus. Jauh-jauh kami menjangkaunya, kalau itu semua bisa kami peroleh tanpa harus menempuh perjalanan jauh 15 km dulu. Kalau sambil jalan ke tujuan tertentu, terus mampir ke sini okelah, tapi kalo hanya untuk mencari ini semua, rasanya tidak perlu segitunya. Hehe.. Pelajaran yang dipetik: jangan benar-benar mempercayai POA travelling 100%.

  • Kuliner Maribu: jadi inget, waktu listrik di asrama mati dari siang, padahal kami pun baru kelar pelaksanaan tugas kami, kemudian malamnya harus sudah jadi laporannya. Pas banget listrik mati, batre leptop semakin kritis, jadilah kita berbondong-bondong mencari listrik ke Jepara. Salah satu sasaran kita adalah Maribu ini. Haha.. Heboh banget, sampai-sampai ada sekelompok orang yang berkata pada kami, “lagi ngerental komputer ya..” hedeeeeeh.. ini darurat! Wkwkwk.. Maribu ini yang punya alumni Undip juga, jadi kalau makan di sana kita-kita dapet potongan 5%. Dan hebatnya, mas-mas dan mba-mbanya tau aja, kalo kita ini rombongan Undip. Hehe..

  • Kuliner Geulis: ini makanan sunda. Enak lah kata aku mah dan harganya masih standar, tidak seperti maribu yang lumayan mahal. Kalo hari minggu, kita g dimasakin, jadi mencari makan sendiri, kebetulan, gisda butuh sinyal internetnya, kalo di Mlonggo agak kesulitan, jadi kita ke Jepara, makan sekalian nyari akses internet.

  • Kuliner Bakmi Bandung Matahari di deket alun-alun: hari Rabu, hari keempat di Mlonggo, Jepara. Penasaran sama bakmi matahari, kita juntrungi deh tu tempat, walaupun tidak tau pasti tepatnya, kami cari-cari aja. Tanya kemana-mana. Akhirnya nemu juga ni tempat. Nyicipin bakminya, sama nasi goreng teri medan. Nasi gorengnya enak. Bakmi bandungnya ya seperti bakmi bandung pada umumnya.

  • Kuliner Flaminggo: ini ada di POA, tapi belum sempat kami cari.

  • Kuliner di Krimun Jawa: apaan gitu namanya, lupa.. dan tak sempat kami datangi.

  • Kopi di depan Puskesmas Pakis Aji: tidak minat, jadi tidak mencari tau.

  • Jepara Shoping Center: di deket alun-alun Jepara, setiap malam ini menjual aneka ragam makanan, mulai dari makanan laut sampe bakso dan pempek pun ada. Katanya bakso ulek di alun-alun ini enak. Tapi, belum nyobain. Nyobain kerang dan kepiting yang di jual di sini, lumayan.. tapi g seenak kerang dan kepiting pak ndo di belakang BI Pleburan, Semarang.

  • Bakso ulek: diajakin ke bakso ulek dideket rumah temen kami yang orang Jepara, gtau nama tempatnya. Awalnya penasaran sama bakso ulek. Tapi setelah memakannya, nggak lagi-lagi deh. Nothing special with the taste! Sama aja kek bakso pada umumnya. Waktu aku tanya kenapa namanya bakso ulek, terus kata yang jualnya, “karena sambelnya diulek” jyaaa.. iyalah ya.. yang namanya sambel mah emang diulek. Hehe.. tapi bolehlah.. alasan diterima. Baksonya ini agak berbeda, pake tahu yang dipotong-potong dan pake kupat.

  • Martabak Mesir di deket alun-alun: ini nih enak banget.. 10.000 aja. Bisa dimakan beramai-ramai. Enak! Karena saya suka martabak mesir kali ya.

Saturday, July 9, 2011

Dapat oleh-oleh lagi dari Belanda.. *kapan ya aku yang ke Belanda dan ngasih oleh-oleh? hahahaha...

Genggaman Syukur..

Ketika mulut ingin mengucap..
Tak satu kata pun terucap..
Ketika raga ingin mendekat..
Tak satu langkah pun bertambah..
Ketika ingin mimpi bernyawa..
Tak satu pun menjadi nyata..

Hanya ada wajah tegar yang menyeringai..
Walau kalbu tetap bersedih..
Hanya ada otak yang sedang berpikir..
Walau ide tak kunjung mampir..
Hanya seutas do’a yang kupanjat..
Walau hasrat tak juga tergerak..

"Seutas harap yang menggantung, berbuah sabar yang dijunjung
Segores ikhlas yang membekas, berbuah syukur yang digenggam"

Thursday, July 7, 2011

"Berenang-renang kehulu, Berakit-rakit ketepian"

"Berenang-renang ke hulu, berakit-rakit ke tepian..
Bersenang-senang dahulu, bersakit-sakit kemudian.."

Peribahasa ini hanya diperuntukkan untuk saya dan teman-teman kelompok koas saya kok.. hehe..

Hampir semua orang yang pernah bertanya pada saya, menimbulkan respon yang sama..

“ima.. kamu stase apa?”

“IKM”

“habis ini kamu stase apa?”

“kulit”

“terus abis kulit?”

“Gimul”

“wui.. enak banget.. stase enak mulu. Puasa dan lebaran pas di stase yang enak lagi.”

*ngekngok.. kurang lebih respon semua orang sama atas jawaban saya akan pertanyaan-pertanyaan terkait perjalanan staseku itu.

Tetapi, ada juga yang merespon,

“wah.. stase enaknya habis didepan semua ya. Harusnya jadi stase perantara.”

ataupun ada yang berkata,

"wah.. perjalananmu masih panjaaaaang..."

Terkadang saya mengiyakan.. dan seringnya saya hanya bisa tersenyum saja.. atau merespon sekenanya.. (saking bosennya memelas dan mengiba, haha..)

“Alhamdulillah.. menikmati terlebih dahulu sebelum renjatan stase Obsgyn, Neuro, Anastesi, Bedah setelahnya. Bisa lebaran bareng keluarga dan bersenang-senang dahulu.”

Bukankah apa yang baik menurut kita belum tentu baik menurutMu, ya Allah?
dan bukankah apa yang buruk menurut kita belum tentu buruk menurutMu, ya Allah?
RecanaMu adalah rencana terbaik.. PilihanMu adalah pilihan terbaik.. yap.. Yakinilah hal itu..

Saya percaya, inilah jalan yang Engkau pilihkan, dan insyaAllah inilah yang terbaik bagiku menurutMu.. Bukankah semua akan sama saja, tergantung bagaimana kita menyikapinya, dengan tetap berbuat yang tebaik yang kita punya, tetap ikhtiar sebaik-baiknya, Terimakasih ya Allah..

Bismillah,, mudahkan dan lancarkan perjalanan koas kami ya Allah..
Semoga, segala sesuatu yang tampak berat ataupun terdengar berat itu dijadikan terasa amat sangat ringan untuk kami.. dan ridhoi kami dalam mendapatkan ilmu yang bermanfaat..


*setiap mengingat, renjatan stase itu, dan mendengar rentetan cerita teman-teman.. selalu timbul rasa khawatir.. padahal, seharusnya tidak boleh begitu karena saya percaya, ada Allah yang akan menolong, cukup kita berusaha dan berbuat yang terbaik.. "Hasbunallahu wa ni'mal wakil"

Semangaaaatt semuanya...

Friday, July 1, 2011

IKM Jepara: Part 1

Ini adalah stase besar keduaku, Ilmu Kesehatan Masyarakat. Awalnya, saya tak sabar untuk masuk di stase ini karena dalam gambaran saya, di stase ini, saya bisa jalan-jalan, ke tempat-tempat yang belum pernah saya datangi sebelumnya, bisa jalan-jalan ke Jogja, bisa mendatangi banyak pantai di Jepara dan siapa tau bisa ke karimun jawa. Benar-benar tidak sabar rasanya.

Setelah merasakan stase ini, akhirnya saya baru merasakan, stase ini tak seindah cerita perjalanan senang-senang teman-temanku sebelumnya. Stase ini tak seindah senyum mengembang yang tampak pada foto teman-temanku sebelumnya. Tapi, stase ini lebih dari sekedar jalan-jalan. Stase ini cukup mengajarkanku banyak hal. Tentang pertemanan, tentang kebersamaan, tentang kemanusiaan, tentang karakter orang, tentang cerminan dunia kerja, tentang orang-orang yang terlibat di dalamnya, tentang pengabdian, tentang sisi dunia yang tak pernah saya temui sebelumnya, tentang.. banyak hal.

Dan ini adalah perjalanan berikutnya untuk stase ini, Jepara. Teman-temanku berkata, “manfaatkan waktumu sebaik-baiknya buat senang-senang di Magelang, karena di Jepara akan sulit mendapatkannya.” Ho.. sehoror apakah di Jepara?

PERSIAPAN MENUJU KE JEPARA
Baru bisa pulang dari Magelang setelah revisi dan pengesahan semua laporan kami, itu hari Sabtu pagi, sampai di Semarang udah siang. Hari Minggu jam 18.30, kami sudah harus sampai di Mlonggo, Jepara. Baiklah, saya punya waktu kurang lebih 24 jam lagi untuk siap-siap sebelum berangkat ke Jepara selama 2,5 minggu ke depannya.

Rencananya, saya akan bawa motor sendiri, jadi saya pun harus menyiapkan kimi dan perlengkapan berkendaraan bermotor lainnya. Saya perbaiki helm saya yang sudah rusak, hm.. sebenarnya si g rusak, hanya saja sabuk pengerat helm nya itu hilang. Jadi ceritanya, saat pertama saya membeli helm itu, besoknya ada orang yang iseng memotong sabuk pengerat helm saya, tapi anehnya, justru helm saya utuh seutuh-utuhnya. Sepertinya, orang itu kerusakan sabuk pengeratnya, jadi hanya membutuhkan sabuk pengerat ketimbang helmnya. Haha.

Perjalanan ke Jepara ini akan menjadi perjalan terjauhku bersama kimi. Saya jadi memperhatikan savety sebaik-baiknya. Sehingga saya perlu memasang sabuk pengerat ini terlebih dahulu. Kemudian, saya juga mencari masker agar perjalanan lebih nyaman dan tidak terganggu dengan asap kendaraan di jalanan. Setelah itu, tak lupa saya mengisi full bensin untuk kimi. Tadinya, mau membawa kimi ke bengkel, tapi ternyata sudah sore saja, jadilah kuurungkan niatan itu, mencuci pun tak sempat.

Saya juga harus mempersiapkan printer. Karena di Jepara, kita kerja individu, bukan tim seperti saat di Magelang, maka saya perlu membawa printer sendiri. Jadi, saya pun menyiapkan tinta selama di sana. Saya putar-putar, sekalian memanaskan kimi setelah 3 minggu dia tidak pernah dipanasin, dan saya berhasil mendapatkan refill tinta hp di Plaza simpang 5, tempatnya peralatan komputer di Semarang.

Kemudian, saya putuskan segera pulang untuk packing buat ke Jepara besok. Mengumpulkan baju kotor dari Magelang, merapihkan kembali baju-baju yang bisa dibawa, dan menyusun buku-buku yang harus di bawa. Saya, harus packing seminimal-minimalnya. Ternyata, bawaan saya tidak begitu banyak, lebih sedikit dibanding waktu ke Magelang. Satu tas baju kecil + satu tas punggung + printer yang akan aku titipkan di mobil teman-temanku. Dan saya hanya membawa 1 tas kecil berisi dompet, hp, dan kamera selama perjalanan ke Jepara.

PERJALANAN KE JEPARA
Sisa waktu, saya habiskan untuk istirahat sebelum perjalanan terjauhku bersama kimi. Rencana awalnya, motor kami ini akan diangkut truk. Jadi, ada beberapa orang yang ingin membawa motor. Para lelaki tidak pikir panjang, mereka semua ingin membawa sendiri motor mereka. Sedangkan, para perempuan, tidak ada yang berani membawa sendiri motor mereka. Sebenarnya, saya dan iffa sudah berhasil melobi para lelaki agar mau mengangkut motor mereka dengan truk saja, biar biaya angkutnya tidak terlalu mahal. Tapi ternyata, tidak ada yang mau bersusah-susah untuk mengurusi truk yang bisa mengangkut motor-motor kami tersebut. Sebelumnya, untuk ke Magelang, kami sudah berusaha untuk mencari kendaraan agar bisa membawa kami. Rasanya, kali ini kita sudah malas. Jadi, saya dan Iffa pun memutuskan untuk membawa sendiri motor kami ke Jepara jika tidak ada yang mau mencarikan truk nya.

Kendaraan pribadi memang sangat diperlukan selama di Jepara. Pertama, karena di Jepara ini tugasnya individu, jadi kami tidak bisa tergantung orang lain untuk mengantar-ngantar kami dalam menjalankan tugas. Kedua, lokasi tempatnya yang berjauh-jauhan, kami semua beda desa, masih mungkin untuk satu desa 2 orang, tapi itu dengan tugas yang berbeda, ataupun desanya yang luas. Sebenarnya, masih mungkin juga untuk dapet tugas hanya di puskesmas dan letak puskesmasnya pun satu tempat dengan tempat tinggal kami, tapi itu sangat kecil kemungkinannya. Saya mengambil kemungkinan terburuk. Masih bisa juga untuk nyewa motor di sana, tapi sangat terbatas dengan waktu dan cukup besar biayanya. Jadilah, dengan segala pertimbangan tersebut, saya memutuskan untuk membawa kimi saja.

Segala bujuk rayu saya berikan ke Ayah dan Ibu agar mau mengijinkanku tentunya. Anggap saja, ini adalah perjalanan dari Kariadi ke Genuk atau Kariadi ke Banyumanik bolak-balik 5 kali. Hehe.. hanya bisa menenangkan diri seperti itu.

Alhamdulillah.. kami pun beriringan mobil dan motor, kami pun saling menunggu jika ada yang tertinggal. Sampai akhirnya, motor Gugum bermasalah, sedangkan waktu semakin mendekati malam, jadi Gugum kami tinggal dengan ditemani Hanif dan Fajar. Saya dan Iffa tetap melaju mengikuti rombongan mobil. Saya sudah mulai kelelahan dan sudah berganti-ganti posisi, tapi Mlonggo tidak juga tampak. Padahal, tanda panah arah Jepara sudah kita jumpai sedari tadi.

TIBA DI P2UKM MLONGGO, JEPARA
Jam menunjukkan setengah 7 kurang, kami sampai di P2UKM Mlonggo, Jepara. 3 jam sudah perjalanan kami. Rasanya, legaaaaa.. bisa sampai Mlonggo, Jepara dengan Selamat.. Alhamdulillah.. Oiya, Gugum, Hanif, Fajar malah datang lebih cepat dari kami. Tidak kebayang ngebutnya mereka.
Ini dia tempat tinggal kami selama 2,5 minggu ke depan.


Selanjutnya, kami solat, dan mengikuti pengarahan dari Mr. NKK. Beliau ini sosok yang sangat terkenal. Terkenal horornya. Hehe. *bercanda.. Tapi, beliau ini memang terkenal kok. Bukan hanya diantara para koas, tapi juga diantara jajaran tinggi sampai yang biasa-biasa aja di dunia kesehatan Jepara, padahal beliau ini sedang tidak memegang jabatan apapun saat ini, tapi tetap disegani.

baca juga:
IKM Magelang: Part 1
IKM Magelang: Part 2