Saturday, November 26, 2011

Laki-Laki Nomor Satu!

Kata mereka.. dia adalah pacarku..
Orang yang tak pernah alpa mengabsenku setiap malamnya..
Orang yang tak pernah alpa menolongku..
Orang yang selalu mendo’akanku selalu..

Ayah..
Aku memanggilnya..
Panggilan sayangku untuk laki-laki nomor satu di dunia!

Tau kah kau teman..
Ayahku adalah orang yang paling hebat..
Saat kacamataku rusak, maka aku akan mendekat, menunjukkan padanya, maka dia akan segera memperbaiki dengan tangannya..
Saat kipasku rusak, dia akan berkata, nanti ayah perbaiki..
Saat ibu tak ada, dia akan memasak masakan untukku..
Kau emang ayah serba bisa..

Ayahku memang bukan sarjana, doktor, atau bahkan profesor..
Tapi ayah adalah orang yang paling bersahaja di dunia ini..
Orang yang tak banyak meminta dan selalu menerima atas apa yang ditakdirkan untuknya..
Orang yang selalu mensyukuri atas apa yang diperuntukkan untuknya, tak pernah meminta lebih..
Orang yang selalu ingat pada orang lain di sekeliling dan juga keluarganya..
Orang yang tak banyak bicara.. tapi selalu tersenyum..
Aku suka senyummu..
Walau saat kau marah, sungguh mengerikan, hehe..

Ayah orang yang ramah..
Jiwanya selalu terikat pada orang lain..
Silaturahmi adalah hiburannya..
Kadang, kami pun tak habis pikir dengan kebaikannya..

Tak segan bagi dirinya untuk memakan makanan basi daripada kebuang..
Tak segan bagi dirinya untuk memakan makanan sisa daripada kebuang..
Tak segan bagi dirinya untuk memakan roti yang jamuran daripada kebuang..

Argh.. ayah.. engkau adalah ayah luar biasa yang aku punya..
Hari ini.. genap sudah usiamu 57 tahun..
Lihat kerut di wajahmu.. kau sudah tua, ayah..
Jangan pernah lelah untuk minum obat dan jaga selalu kesehatanmu...



*salam sayang, anakmu
 

Di Penghujung Kehidupan..

Satu-satunya nenek yang masih kumiliki di dunia ini adalah dia..
Satu-satunya wanita paling tua yang paling aku hormati adalah dia..

Tak kusangka, genap sudah usianya di dunia ini..
92 tahun.. kurang lebih.. dia menapaki hidup..
melewati masa mudanya yang keras, menikah dengan kakek tersayang..
tak terkalahkan luar biasa bahagianya ditemani 5 orang anak laki-laki..
dan.. sejumlah cucu yang tak terhitung olehku, bahkan cicit yang juga tak terhitung olehku..
walau diperjalanan, seorang anaknya meninggal mendahuluinya..
bahkan 3 orang anaknya merantau semua meninggalkan kampung halaman..
berdua sudah tinggal bersama kakek ditengah usia tuanya..
dengan anak nomor satu yang tinggal di ujung jalan..
dan, kakek pun meninggalkannya lebih dulu..

hatinya selalu tertambat di tanah kelahirannya, bahkan di rumah ini..
tak ada keinginan untuk merantau bagi dirinya, meninggalkan tanah kelahiran, mengikuti anak-anaknya di perantauan, jawa dan jambi..
'taingek kampuang halaman', itu alasan yang selalu membawanya kembali pulang ke tanah itu..
memilih untuk tinggal seorang diri di rumah nan sepi..
setiap hari anak dan cucu bahkan cicit di kampung halaman tak lupa untuk selalu mengunjungi..
seorang tetangga yang diperbantukan senantiasa menolong keseharian beliau..
dan teman-teman seusia beliau yang senantiasa main untuk slaing bercakap..
juga ditemanin anak-anak sekolah yang ngekos di rumah ini.. beliau tetap tegar di usia tuanya..

Hingga akhirnya, usia semakin menggerogotinya.. ditemani katarak dan reumatik yang tak pernah sembuh walau berkali-kali dibawa ke rumah sakit..
ya.. pada akhirnya, beliau tak bisa lagi untuk menolak...tinggal bersama anaknya di ujung jalan sana..
beliau harus mendapatkan perhatian ekstra dan super ketat..
harusnya dari dulu engkau mau diperlakukan seperti ini..
harusnya sudah sedari lama engkau tidak menolak dan membiarkan anak-anakmu berbakti untukmu..

dan sekarang, kau justru mendapatkan rumah baru yang lebih kekal..
engkau sudah aman di sana..
sudah tak ada lagi kekhawatiran dalam jiwamu..
kami, yang masih di sini pun segera akan menyusulmu, cepat atau lambat..

emakku sayang,,
semoga engkau bahagia di sana..
semoga Allah menerimamu di sisiNya dengan segala amalanmu serta do'a anak-anakmu yang tak terputus..

innalillahi wa inna ilaihi roji'un..

24Nov11
*sekarang aku tak punya seorang kakek dan nenek lagi di dunia ini


tahun 2008
tampak sekali dirimu yang lelah..


tahun 2010
wajahmu tetap cantik walau usiamu sudah setua ini..


engkau di usia paruh baya mu..
cantik yah..


tahun 2008
saat cucumu hendak melangsungkan pernikahan di kampung halamanmu..
bahagianya dirimu, walau mata sudah tak sanggup lagi melihat..
"anak sia a ko?" setiap kali cucumu menghampirimu, itulah yang akan kau katakan..
saat menyebut nama kami, dan tentunya ayah kami yang mana adalah anakmu, kau pasti akan teringat semuanya..
walau beberapa menit kemudian, saat kami kembali mendekat, kau akan kembali bertanya hal yang sama,
"anak sia a ko?"
 dan kami, akan tetap menjawab ulang..
dan saat itu,
jika ditanya, "sia a mak yang baralek?"
dia pasti akan menjawab dengan lantang,
"cucu ambo..hafid."

Thursday, November 24, 2011

Tangan Parafin

Stase ini emang paling menyenangkan dalam bagian neurologi ini. Selain santai, juga mengenal berbagai alat-alat yang sederhana tapi kok canggih banget jadinya, dengan alat sederhana bisa melatih orang-orang yang ada kelemahan jalan, kelemahan gerak sendi, dsb.

Di sini juga bisa melihat pembuatan alat bantu maupun alat palsu untuk membantu berjalan maupun bergerak. Dudulnya, petugasnya ada yang bener-bener bikin sepatu selop gitu. Hihi.

Di sini juga bisa membantu menghilangkan nyeri dengan pemanasan infra merah, sonografi, elektrik, bahkan dengan parafin atau biasa dikenal lilin. Habis Bagging.. rasanya tangan lumayan juga.. kaku-kaku gimana gitu.. enak nih kalau nyemplungin tangan diparafin, sekalian ngerasain parafin. Setelah mencelupkan tangan 10 kali ke dalam parafin cair, angkat tangan jangan bergerak, tunggu sampai keras. Rasanya anget-anget gimana gitu.. ces plong...

dan dengan isengnya kita...parafin yang mengeras itu dilepas perlahan-lahan.. biar tetep jadi tangan.. hm.. duplikat tangan kita...  tarrrrrraaaaaa ini dia duplikat tanganku dengan parafin beku...

*iseng*




Tuesday, November 22, 2011

I Love Them... "Makan Gratiiiiiiiissssssss...."




Hyaaaa...

Walaupun kameraku sudah tidak spesial lagi buat kalian, tapi tetap saja, moment ini akan terekam di dalam memorinya dan dia akan menjadi saksi bisu pertemuan kita, teman..

Adakah setahun lamanya kita tidak kumpul seperti ini?

Sepertinya bukan?

Kurang Tita. Sayang. Tita lebih memilih agenda-agendanya dan nobar Bola dengan teman-temannya yang lain. hehe.

---oOo---

Kemarin, di sms Aci, katanya, "ima, kamu udah jenguk anaknya mba Anggy belum? Siapa aja ya yang belum jenguk?"

Dari kemarin sudah ingin sekali menjenguk mba ku yang cantik ini, janjian terus sama Nisa, hasilnya nihil. Selalu saja tidak jadi. Kemudian, Aku suka mengajak Iffa, tapi dia juga ragu karena tidak tau tempatnya. Ngajak Gisda, tak ada kepastian karena dia sibuk. Lalu, Aci tiba-tiba datang dengan sms nya. Kita sepakat untuk pergi hari ini saja, setelah Gisda pulang tentiran. Siaaaaaap.. Walaupun ngantuk-ngantuk.. tetap aku jabanin. Kapan lagi berkumpul bareng mereka?

Pulang liat dedek bayi, ternyata sudah magrib. Awalnya, kita memutuskan pulang. Lalu, ada yang nyeletuk, "kita makan bareng yuuuk, kapan lagi?" Hayuuuuuu.. "solat di AsySyifa aja" dan itu memutuskannya, tepat di depan AsySyifa, Haha. Benar-benar mendadak.

Selesai solat, masih belum diputuskan akan makan di mana. Ujung-ujungnya, "Steakoe?" hyaaaaa... mentok-mentok steakoe lagi steakoe lagi.. hihi..

"Aku traktir ya?" ujar Gisda, yang membuat kami melek! haha.. Asyiiiiiiik.... makan gratis lagi...

Kami, ngobrol banyak hal tentang stase masing-masing.. aku lebih banyak mendengarkan kisah mereka. Mereka yang sedang anastesi dan bedah, stase yang selalu bersama, banyak sekali kisah tentang residennya yang unik-unik, hehe. Sedang, aku dan Iffa sama-sama di Neuro. Paling cerita pengalaman bagging, karena katanya stase neuro adalah stase dimana berisi orang-orang yang sudah end stage, dimana akan selalu merasakan bagging dan menemukan kematian. Cukup sekali saja, tapi.

Akhirnya, setelah muter-muter, jatuhlah pilihan di "Godong Salam"
Hm... saya pesen es doger, selebihnya untuk makanan, aku si manut saja sama teman-temanku yang pintar memilihkan menu. Hehe. Ikan Gurame, Tahu tempe, Sayur Ginseng, dan Jamur telor asin! Porsi yang lebih dari cukup rasanya untuk berlima.

Kami bener-bener gilaaaa... foto-foto mulu kerjaannya... Kayanya bener-bener momen jarang banget bisa kumpul kaya gini. Dulu-dulu, biasanya hanya mengandalkan kameraku, karena memang diantara mereka yang rajin bawa kamera saku cuma aku. Sekarang dong, sudah semarak menggunakan BB, teman-temanku ini juga pengguna BB, cuma aku dan Iffa yang masih setia dengan hp kami. Jadilah, yang mereka katakan bukan hanya, "ma, fotoin dong!" tapi juga, "ma, pake BB dong" Cheeeessss... sambil bergaya!! Haha!! Kalo sesama pengguna BB transfer foto jadi lebih mudah katanya.. Kalo pake kameraku kapan lagi bisa ngesave... paling pada akhirnya ya cuma aku pemiliknya... hehe..

teman..
kalian memang orang-orang spesial.. ingatkah foto ini? saat di semester-semester awal.. kalian memang temanku sejak kumenginjakkan kaki di Semarang ini.. dan aku bersyukur karena orang-orang yang pertama kutemukan di sini adalah kalian... :)

Friday, November 18, 2011

Ponakan Baru Kami...


Bumil kita yang satu ini.. Alhamdulillah, akhirnya ngelahirin dedek bayinya yang mungil ini.. setelah 9 bulan penuh menjaganya dengan baik di perutnya..

Hwaaaaa... 4 bulan satu stase bareng dia, pertambahan besarnya yang selalu bikin penasaran soalnya kok kecil muluuuuu.. tidak disangka di trimester ketiga katanya beratnya melesat tajaaaaam.. sampai akhirnya melahirkan bayi perempuan yang cantik ini dengan berat badang lahir 3000 gr dan panjang badan 50 cm..

Yang paling penasaran, waktu jenguk dedeknya adalah, mirip Nina g ya? haha.. Soalnya aku ingeeeet betul, waktu pas di stase kulit, sekelompok bareng Nina, dan nina ini...emang orangnya ngocooool banget, tapi parah kalo udah ngebullying orang.. dan selalu aja bikin kita ketawa..

Nina dengan kacaunya berujar, "waaa.. anak lu ntar mirip gue lo.." terus Fanny setiap ngeliat Nina, pasti langsung ngelus-ngelus perutnya.. haha...

Ternyata rambutnya Nina bangeeet.. hihi..

Salut banget sama Fanny, masa hari kedua SC dia udah bisa jalan-jalan.. cepet bener... hebat mobilisasinya... dulu seingetku waktu mba ngelahirin cukup lama mobilisasinya, ada semingguan... whooo...

Oia, pilihan SC dikarenakan miopi tinggi, matanya minus 5 atau 6 gitu...

Over all.. selamat ya buat fanny, udah jadi ibu baru.. selamat juga buat ridho, udah jadi ayah baru.. semoga semakin bertanggung jawab dengan bertambahnya anggota keluarga baru...
semoga dedeknya jadi anak yang solehah ya..sehat selalu, beruntung dan bermanfaat untuk orang banyak.. :)

Wednesday, November 16, 2011

All You Can Eat! Only Rp 51.000,00 for 12 Persons




Selama kurang lebih 2 bulan di Obsgyn, kami ber9 memiliki uang kas untuk keperluan buku, fotocopi, dsb yang sifatnya memang kebutuhan bersama. Yap, ternyata kas kami menyisakan Rp 51.000,00. Sekarang, kami sudah tak bersama lagi, kelompokku telah pindah bagian neuro, sedangkan kelompok kakak2 sudah pindah bagian psikiatri.

Sebagai orang yang diberi kepercayaan memegang uang ini, saya menjarkomkan ke semuanya, mau digunakan untuk apakah gerangan uang ini? beberapa berkata untuk makan-makan. Langsung kubicarakan dengan bos kami, kepala rombongannya, dan beliau langsung dengan sigap berkata, "yaudah sini 51.000 nya, kalian makan di steakoe." Siiiiippp!! itu yang kami mau!! "All you can eat ya?" bujuk rayu kami... "iyaaaaaa.."

Dan ternyata, undangan tidak hanya untuk 9 orang, tapi lebih. Ya.. sudah barang tentu Iffa membawa suaminya lah ya.. terus si Hanif pun ternyata membawa adiknya.. dan salah seorang teman kami di stase neuro pun diajak... hmm... sebenernya saya pun mau merequest bawa pasangan jg, tapi udah kebanyakan jadi ditolak deh.. hahaha..

Bos kami ini memang pemilik sebuah rumah makan dekat RS bernama Steakoe. Steakoe ini seperti namanya memang menjual aneka steak dan makanan lainnya. Dia merintis rumah makan ini, bertepatan dengan dia jadi ketua rombongan kami saat di stase Obsgyn ini. Wowww.. pintar sekali dia membagi waktu, tak sedikitpun dia melepaskan tanggung jawabnya sebagai ketua rombongan maupun koasnya selama di stase ini, dan nyatanya jadi juga warung makannya ini sesuai targetnya. Hm..

Saya ingat betul, setiap kali kita jaga UGD waktu itu, saat tak ada pasien, dia pasti mengajak diskusi kami tentang rencana warungnya. membicarakan tentang menu, dan saya seenaknya melontarkan menu-menu kesukaan. Haha. Saya usulkan agar es krim dan jamur masuk ke dalam daftar menunya!! sipppiriliiiiii...
Tapi, sampai sekarang justru saya belum mencicipi es krimnya, hihi.. padahal dia telah menjanjikan, es krim gratis untukku!! *special request!

makanannya enak-enak, walaupun tidak dipungkiri untuk pelayanannya masih perlu diperbaiki di sini. Untuk minumnya, tidak seperti kebanyakan rumah makan yang senantiasa meninggikan harga minuman, untuk rumah makan steakoe ini harganya sangat bersahabat, hanya sekitar 4000an saja! Dan untuk rasa, sangat bersaing! menu favorite ku selama ini, jus coklat + steak ayam crispy saus white mushroom! enak deh saus white mushroomnya..

Oia, kelebihan dari rumah makan ini juga, menyediakan beranekaragam saus steak. Hal ini membuat kami tak bosan setiap makan steak dengan saus yang itu-itu saja. Dan, bagi pecinta tahu dan tempe, di sini pun menjual steak tahu dan tempe dengan harga terjangkau, 5000an saja looo...

Ayo-ayooooo bagi yang di semarang atau sedang main ke semarang, recomended untuk dicoba nih... hehe..
Lokasinya di Jl. mentri Supeno

*wedeeeeee.. jadi promosi!! harus dapat makan gratis lagi nih kalo gitu!! haha..

Yap.. kami di sini kembali merekam memori-memori selama di stase Obsgyn.. kami saling bercerita parlu kami.. kan setelah parlu kami jarang sekali bisa bertemu, kecuali dengan teman yang ganti shift di tempat parlu kita. Di sini jadi merekam memori kembali, saling bercerita saling mengolok dan saling menimpal. Dan, kami saling mengeluarkan unek-unek, saling meminta maaf atas segala khilaf yang pernah kita perbuat selama bekerja sama di stase ini. huft.. Semoga, apa yang telah kita lalui membawa manfaat untuk masing-masing kita ya.....


*kok jadi panjaaang.. ada promonya si.. hehe..

Kami Punya Cerita....


Mungkin, ini adalah stase paling terkesan yang pernah kulalui..

Kebersamaan ini, sungguh penuh warna..
Warna-warni cerita telah terpulas dengan rapi 2 bulan ini..
Ntahlah, mungkin, karena begitu kerasnya tinta yang tergores di stase ini..
Hingga menyayat kisah kami dan begitu membekas tak terhapuskan..
Tinta itu telah membuat ikatan kebersamaan diantara kita.. terjalin begitu berwarna..

Semoga, tak ada warna kesuraman yang membekas pada kisah kita..
Cukuplah warna-warni pelangi nan indah yang terlukis dengan sempurna di hati kita..



Terima kasih untuk semuanya ya teman..
Terima kasih atas kerja samanya selama ini..

Untuk teman sekoasanku..
Gugum, Hanif, Hanin, dan Iffa... senang sekelompok dengan kalian. Kalian emang partner in crime yang top abis dah! Bersama kalian, segala kekesalan itu bisa melebur jadi kelucuan. Maap ya, aku udah bikin kesel..

Untuk kakak-kakakku..
Mba indri, mba mida, mba ivana, dan kak handit.. senang bertemu dengan oroang-orang seperti kalian. Mba Indri, sosok paling dewasa yang ngemongin banget yang selalu membuka pemikiran-pemikiran positifnya pada kita. Suka banget sama mba indri!! sama yang lain juga..

Untuk Kak handit, 'seperti kita yang paling g jelas nasibnya ya kak, tapi masih ada harapan kak! moga kita lulus ya kak....'

*Hayooooo... yudisium segera yuuuuk.. aku penasaran banget nih akan nasibku yang g jelas ini..

Friday, November 4, 2011

Hari Kelima di Puskesmas: “Susahnya Merujuk”

Yang menjadi do’a sehari-hariku selama di sini adalah, semoga tidak mendapatkan pasien yang aneh-aneh yang mengharuskan untuk merujuk. Setidaknya, kalaupun ngerujuk yang pasti-pasti aja deh.

Tanya kenapa?

Soalnya, kalo ngerujuk dari puskesmas halmahera pilihannya hanya RS kota, RS tugu, dan RS Kariadi. Dan alurnya mestinya dari puskesmas ke RSUD dulu yaitu RS kota dan RS tugu baru ke RS Kariadi. RS Kota minta ampun kalau urusan rujuk merujuk, susah banget, sering banget nolak dengan alasan penuh. Saya jadi bertanya, masih boleh ya rumah sakit menolak pasien? Bahkan mereka pun sering merujuk ke RS Kariadi dengan alesan yang tidak masuk akal, selain penuh, mati lampu pun bisa jadi alasan untuk mereka. Kalau RS tugu, tidak menjadi pilihan dulu, karena daerahnya yang jauh sekali, kasian pasiennya juga yang notabene mereka adalah penduduk sekitar saja. Mentok-mentok, RS Kariadilah yang akhirnya menjadi pilihan dalam merujuk. Tapi, hal ini bisa menjadi senjata makan tuan untuk kami, koas yang mengabari dan datang merujuk ke sana.

Kalau yang nerima residen yang hatinya agak keras, maka merujuk itu tak semudah memindahkan pasien dan membawa surat-surat saja. Tapi, benar-benar harus punya landasan yang kuat dalam merujuk, kami pasti akan ditanya-tanya dan ditodong habis-habisan kalau sampai ternyata pasien ini seharusnya tidak perlu dirujuk. Bahkan bisa-bisa kita akan diingat terus kemudian akan timbul pertanyaan dari mereka, “kamu mau ujian dengan siapa, dek?” itu artinya kita melakukan kesalahan yang tak termaafkan yang hukumannya adalah penguji susah untuk ujian akhir kami di stase ini. Yang menerima pasien di UGD adalah residen jaga satu, residen paling senior, yang punya hak besar di sini. Mudah saja bagi mereka untuk bilang, dia ujian sama dr. X, atau dr. Y.. yah begitulah.. Strata masih terasa sekali di sini, walau katanya sudah lebih membaik dari jaman dahulu kala.

Biasanya yang bisa membuat keraguan dalam merujuk adalah kasus KPD (Ketuban Pecah Dini) belum inpartu. Seperti kemarin, hari kelima saya di puskesmas ini. Datang seorang pasien memeriksakan diri di BKAI puskesmas. Saya pikir, periksa rutin tiap bulan. Kemudian, saya lihat ternyata pasiennya baru datang beberapa hari yang lalu, saya tanyakan apa keluhannya sambil saya periksa seperti biasa. Jadilah, saya tau kalau pasien ini sudah kenceng-kenceng dan keluar air sejak jam 02.00. Saya tanya lagi, saya pastikan betul bahwa itu air ketuban, “basah terus-terusan? Walaupun tidak pengen pipis?” “iya” “kentel apa g?” “nggak, encer gitu” “kalau pas tidur gitu, tiba-tiba celana dalamnya basah?” “iya, pokoknya basah terus celana dalamnya”. Kalau seperti itu, langsunglah dibawa ke rumah bersalin (RB).

Setelah sampai di RB, kami lakukan pemeriksaan dalam terhadap pasien ini. Saya dapatkan bahwa belum ada pembukaan, portio kuncup, medium posterior, bagian bawah kepala turun hodge 1. Saya pun tak merasakan air yang mengalir. Hanya lendir. Darah pun tak ada. Saya cek celana dalamnya memang basah, tapi saya ragu ini basah lendir apa air. Sewaktu saya tanya, “kentel-kentel gitu ga, seperti lendir?” ibunya menggeleng. Kemudian, ditambahin dengan bidan muda nya, “air kuning gitu og mba,” sambil melihat celana dalamnya. Hm.. saya kembali ragu, benarkah itu kuning dari air ketuban ataukah memang celana dalamnya yang sudah kuning dari awalnya? Bodohnya saya, tidak saya tanyakan lagi ke pasien. Saya lebih memilih diam dan mengikuti alur. Sedangkan, pemeriksaan dalam ini pun memang subjektif penilaiannya. Setelah dicek dengan bidan muda yang masih magang, dia juga setuju kalau belum buka. Setelah itu, ditelpon lah bidan senior yang kebetulan sedang menjalankan tugas PIN di luar. Kata beliau, “tunggu saya.”

Lumayan lama kami menunggu, satu jam, kemudian, datang bidan lain yang pun senior untuk kembali memeriksa. Langsung dia masukkan jarinya, kemudian berujar, “buka satu jari sempit, KK negatif.” He? Dalam hati saya bertanya-tanya, benarkah? Semudah itukah menilai KK pada satu jari sempit. Mungkin beliau memang ahli, pikirku. Tapi, tetap saja saya ragu, ingin rasanya saya memasukkan kembali 2 jari saya lagi untuk meyakinkan, tapi, tidak etis, tadi saya sudah memeriksanya bukan. Mungkin memang sudah ada kemajuan dalam pembukaannya. Tapi, benarkah KK negatif? Ingin rasanya melakmus pasien ini, tapi ternyata puskesmas ini tak memilikinya. Saya pikir puskesmas harusnya menyediakan kertas lakmus. Itu kan pemeriksaan sederhana sekali. Agar penegakan diagnosa untuk KPD bisa lebih baik lagi. Hehe..

Kemudian, beliau langsung berujar, rujuk saja, “ayo mba koas, telpon untuk dirujuk.” Teman saya yang menelpon. Dia memang ingin sekali menelpon RS kota dan ingin tau penerimaan RS ini. Beberapa hari yang lalu kami pun merujuk pasien ke RS kota, pasien inpartu dengan grande multigravida dan usia tua. Aku yang menelpon dan mereka berkata, telpon lagi setengah jam lagi. Ngeeeek.. ini pasien inpartu. Kalau brojol di sini terus ada komplikasi apa-apa siapa yang mau tanggung jawab. Jujur saya pun baru tau waktu itu kalo grande multigravida dan usia tua itu termasuk kehamilan yang harus dirujuk. Kalau kasus seperti ini kan jelas memang aturan protap di puskesmas ini seperti itu. Dan mendapatkan diagnosis grande multigravida dan usia tua itu kan jelas sekali dari anamnesis. Lah ini, KPD, tidak cukup hanya mengetahui dari anamnesis saja, keluar air dari jalan lahir lalu kita diagnosa KPD. Harus pertimbangkan dari pemeriksaan-pemeriksaan lain bukan. Selain dari pemeriksaan dalam, mesti nya ditegakkan dengan lakmus tes. Tapi apa boleh buat di sini tak ada.

Benar saja, RS kota menolak karena penuh. Jadilah teman saya menelpon RS Kariadi. Alhamdulillah diterima dengan baik. Diutuslah saya untuk ke sana naik ambulan puskesmas. Ternyata, bukan hanya saya dan pasien yang ikut. Serombongan ibu-iibu pegawai puskesmas lain pun ikut. Hm, bau-bau tidak enak nih, ucapku dalam hati. Benar saja, ternyata mereka itu rombongan yang akan membesuk salah satu pegawai yang sedang sakit. Kemudian di perjalanan tibalah pada pembicaraan, “mba koasnya  naik apa ntar pulangnya?” aku diam. Kemudian yang lain menyahut, “naik angkot aja, ngerti to jalurnya?” aku masih diam. “ntar naik johar sampangan.. bla..bla..” aku tidak begitu mendengarkan, aku hanya diam. Aku disuruh merujuk sendirian udah gitu mau ditinggal. Hm... baik sekali sekali mereka padaku. Dan saat itu, cuaca hitam kelam. Mendung. Dan akhirnya ada yang berujar, “mba koasnya naik apa waktu itu ke puskesmas?” “motor. Tau gitu saya naik motor aja bu” ujarku. “yaudah, gpapa kan mau hujan juga, enak naik angkot.” Hanya kukasih senyuman.

Sesampainya di UGD, kulihat wajah-wajah sumringah menyambutku, hehe. Bu A dan pak I. Alhamdulillah, hati mereka lembut, jadi tak mempermasalahkan perihal rujukanku yang tak jelas ini. Hehe. Malah ditanyain, “mana satenya?” ternyata di halmahera ada sate ayam yang enak. Aku tak tau. Udah gitu ditanya lagi, “kamu naik apa?” “ambulan, pak. Tapi ditinggal.” “haha.. ditinggal? Yauda to, jalan-jalan dulu aja kalo gitu g usah langsung balik, orang kamu ditinggal juga, berarti g disuruh balik, ke mall dulu aja.” Haha.. saya suka itu! Iya nih pak pengen pulang ke kos dulu rasanya. Ujarku dalam hati.

Saya bantuin residennya meriksa-meriksa, saya tungguin sampai pemeriksaan selesai. Sebelum diperiksa saya ditanya hasil pemeriksaan di puskesmas, dan saya jawab saja sesuai pemeriksaan saya dan saya tambahin hasil yang menurut bidannya. Selain itu ditanyain juga udah dikasih apa? Apakah udah dikasih antibiotik? Saya jawab saja belum, karena saya juga ragu mau ngasih eritromisin di puskesmas, lagi pula eritromisin pun tidak ada sepertinya, walaupun belum saya tanyakan.

Setelah selesai diperiksa, ternyata menurut residennya belum ada pembukaan dan portionya masih kuncup di posterior. Udah gitu, lakmus tes negatif. Aku udah was-was aja kalau-kalau ditanya. Kebetulan jam pergantian jaga, maka yang jaga datang, dan residen jaga satu nya baik bener. Tidak mempermasalahkan sama sekali, bahkan cenderung berhati-hati, tetep dibawa ke belakang untuk dievaluasi lagi, diperiksa USG dan inspekulo untuk melihat air yang mengalirnya.

Hooo.. kemudian, saya pun pamit pulang setelah urusan surat menyurat selesai. Dan ternyata hujan deras sekali menimpa semarang. Gimana ceritanya saya pulang kekosan? Gimana ceritanya saya naik angkot? Sudahlah, telpon taksi saja kalau begitu. Sambil mengehela napas panjaaaaang... saya pun berlalu. Harus banyak-banyak istighfar, terus belajar untuk tetep bisa sabar dan ikhlas. Di sepanjang perjalanan, saya ngobrol dengan bapak supir taksinya. Ternyata hujan tadi besar sekali, simpang lima dan sekitarnya banjir, saya pun rutenya diputar. Dan petir menggelegar katanya. Sepanjang perjalanan saya lihat, banyak pohon tumbang di jalanan. Subhanallah. Allahumma shoyyiban nafi’an. 

Wednesday, November 2, 2011

Hari Keempat di Puskesmas: It's About My Exam!!

Hari ini, hari keempat saya di puskesmas. Pagi-pagi bangun dan siap-siap untuk ke puskesmas, ke poli KIA buat membantu bidan-bidan ANC. Hari ini, poli tak seramai hari Senin maupun Selasa kemarin, udah gitu kami sekarang berdua. Hari Rabu pun hari kunjungan residen Obsgyn ke puskesmas. Ternyata, minggu ini yang jadwalnya ke puskesmas adalah bedsideku waktu ujian. Beliau lupa, kalau saya adalah coass yang beliau bedside-in.

Saat, agak longgor, kami berbincang-bincang. Kemudian, beliau bertanya pada teman saya dulu, “udah ujian?”

“sudah, pak”

“dengan siapa?”

“dr. ST, Sp.OG”

“wah, enak tuh, yang kasian itu yang saya bedside-in, dengan dr. M, Sp.OG”

Hwaaaa…bapak, tidak taukah itu sayaaaa.. teriakku dalam hati.

Temenku langsung bilang, “lah, ini pak anaknya”
Saya pun menambahkan, “kan saya, pak. Saya g lulus ya pak?” saya langsung menembak. Saya sudah tidak muluk lagi sekarang, saya sudah mulai pasrah dan menyiapkan diri untuk menerima apapun yang terjadi. Hanya harapan yang masih terselip.

“saya kurang tau ya, soalnya beliau kan emang tipenya begitu, kalau ngasih nilai diumpetin, saya tidak tau sama sekali. Yah, berdo’a saja semoga bisa lulus. Soalnya memang kalau sama beliau sejarahnya belum ada yang lulus. Cuma satu itu ya.. yang tetangganya kalalu tidak salah.”

Terus saya menambahkan, ”yang kemarin sebelum saya yang dari aceh juga kataya sukses ya pak?”

“wah.. iya kurang tau saya, udah yudisium belum ya. Ya itu, sejarahnya emang susah bisa lulus kalau sama beliau. Jadi, ya siap saja sama banyak-banyak berdo’a, memang tidak ada yang bisa memprediksi beliau. Yang saya tau memang kalian baik-baik semua, makanya mendikbudnya juga bingung menentukan penguji. Dr. M minta nguji satu coass, yang dapet beliau ya memang harus siap semua. Saya juga, tugas akhir sama beliau, dan itu selesainya lama sekali. Teman-teman saya yang lain bisa lulus cepat, sedangkan saya harus berlama-lama, tapi ya saya terima saja, memang sudah seperti itu jalannya.”

“hm.. iya pak. Bapak memang lebih konsen di ginekologinya ya dari pada obstetri?”

“bukan gitu, beliau yang langsung nunjuk saya terus bilang ‘kamu berani g KI sama saya’. Kalau begitu ceritanya, saya mau ngomong apa lagi.”

Saya hanya tertegun. Dan ntahlah, saya memang lebih siap untuk menerima segala keputusan yang Allah berikan padaku. Aku tak semurung minggu lalu ketika membahas ujian. Aku tak tak selemes minggu lalu, ketika mengetahui supervisor-supervisor lain yang turun untuk menguji. Saya lebih siap menerima kenyataan, kalau orang-orang yang cumlaude pas S1nya pun tidak lulus ujian dengan beliau. Tapi, ternyata ada juga ceritanya yang biasa-biasa saja, bukan kenalan ataupun punya ikatan, tetep bisa lulus ujian dengan beliau. Yap, semua adalah kuasaNya, jadi memintalah padaNya. Iya bukan? Saya lebih bisa menerima. Hm.. ya.. inilah yang terbaik untuk saya. Saya harus yakin itu. Dan saya tetap berharap harapan kecil itu tentang sebuah kelulusan dari stase ini. Dan saya percaya, Allah yang memiliki kuasa atas semuanya. Hanya kepadaNya kuberserah.

Hari Ketiga di Puskesmas: Menolong Persalinan

Kemarin, aku tidak ke poli untuk ANC, karena ada pasien inpartu yang harus ditungguin di Rumah bersalin yang hanya berjarak tak sampai 20 meter dari puskesmas tempatku belajar minggu ini. Teman saya ke poli, sedang saya stand by di rumah bersalin puskesmas ini. Pasien tersebut tidak sabar dan pada akhirnya meminta untuk pindah ke rumah sakit karena minta dipacu. Setelah diedukasi berkali-kali tapi tidak juga bisa paham, bahwa ibu nya masih dalam kondisi normal dan tak perlu untuk dipacu, lagi pula di sini tak bisa melayani tindakan pemacuan. Sudah berulang kali mereka meminta dan berulang kali juga saya menjelaskan. Sampai akhirnya, dengan keinginan sendiri mereka meminta pindah. Maka, kami hormati permintaan mereka dengan sebelumnya memastikan rumah sakit yang ingin mereka jadikan tempat bersalin masih ada tempat dan juga tanda tangan penolakan tindakan.

Tidak berapa lama pasien ini pergi. Hwooo.. datang pasien inpartu, kenceng-kenceng sering, keluar lendir dan darah, air ketuban belum keluar, gerak janin masih dirasakan. Dari hasil pemeriksaan didapatkan  tekanan darah 110/70, TFU 33 cm, DJJ 11-11-12, His 4’-5’ (40”), leopold I-IV: janin 1 intra uterin, presentasi kepala U puka, pemeriksaan dalam (VT): pembukaan 5, KK (+), eff. 75%, bagian bawah turun di Hodge II, UUK kiri. Sebelumnya pernah melahirkan anak dengan berat 3000 gr. Inpartu kala I, sikapku tunggu adn evaluasi 4 jam. Perkiraan jam 16.00 akan diperiksa lagi. Bidan-bidan yang jaga plus pembantu-pembantu bidannya pamit dulu, mau menjenguk salah seorang pemabntu bidan yang sedang sakit. Tinggalah para koasnya berdua, dan diutus seorang bidan muda yang jaga di poli KIA. Dia mengaku belum pernah partus di sini. Dalam hati, saya berpikir, belum pernah di sini tapi udah sering di rumahnya mungkin atau dimana. Masih tenang aja, lagi pula, saya pikir pembantu bidan masih ada yang nemenin kami.

Waktu berjalan satu jam. Pasien semakin tidak tenang, 2 kali sudah kami dipanggil keluarganya karena pasien ingin ngising. Sebelumnya memang kami katakan pada ibunya, “kalau meh ngising, panggil kami”. Panggilan meh ngising, kami langsung periksa dalam, masih belum lengkap tapi pembukaannya nambah langsung 8-9 tinggal menyisakan sedikit lip tipis di jam 9 dan 12. Pasien, semakin kesakitan dan tak sabaran, dengan seenaknya mengejan sekencang tenaga. Berulang kali kami bilang, “tidak boleh ngeden!! Pembukaan belum lengkap, kasian bayinya, bisa stress di dalam, jalan lahirnya juga bahaya bisa bengkak atau kalau dipaksa bisa robek, dan ibu bisa kelelahan justru disaat waktunya ngeden setelah pembukaan lengkap.” Tapi, namanya ibu-ibu yang tidak kooperatif, yah dia hanya satu diantara banyak ibu-ibu yang tidak mau dibilangin. Memang, dalam keadaan seperti itu mungkin dia pun sudah tak mampu berpikir. Yang ada hanya rasa sakit luar biasa. Sudah sering sering saya dimarahin pasien setiap kali saya bilang ke mereka untuk sabar menahan sakitnya, tarik napas yang dalam, dan tidak boleh ngeden. Tapi, justru saya yang kena batunya.

Melihat kelakuan ibunya yang memaksa untuk ngeden sekuat tenaga, saya coba periksa lagi sudah sejauh mana kemajuannya. Ternyata, pembukaan lengkap sudah, jam 13.00, satu jam saja. Saya langsung ambil sikap, sebuah keputusan yang benar-benar saya pertimbangkan sendiri, walau bagaimanapun tetap saya katakan ke bu bidan muda tersebut, “lengkap, saya pecahkan Kknya ya?” saya langsung ambil kroker, tak ada yang mengasistenin, bu bidannya pun sibuk mencarikan duk untuk stanen dan bayinya. Teman saya, masih solat. Benar-benar riweh sekali. Sangat tidak terduga akan secepat ini. Kemudia, KK pecah, air ketuban jernih, jumlah cukup, bau khas. Saya pimpin mengejan saat ada his, bahkan saat sudah kroning, belum juga datang kain untuk stanen dan bayi, sampai didetik-detik terakhir, teman saya menemukan kainnya dan mba bidan membantu untuk stanen, dan menarik bahu depan yang sedikit kesulitan. Alhamdulillah, keluar dengan selamat, tapi bayi tidak menangis, aku megap-megap sudah, ayo nangis dek, ayo nangis. Sambil mengklem tali pusatnya dan dipotong. Bayi tetap tidak menangis. Sambil menyiapkan oksitosin, saya usap bayi, saya bersihkan, masih tidak menangis. Mana suction, tak ada di sini! Huhuhu. Saya terus berdo’a dalam hati, “ayo menangis, dek, ayo menangis” Bayi diambil alih teman saya, dan saya lakukan menejemen aktif kala III. Tali pusat keluar dengan lancar, sampai akhirnya plasenta keluar, tapi setelah diputer-puter, kulit plasenta ujungnya tidak mau keluar, saya masase dorsokranial, saya bantu dengan klem untuk memutar-mutar kulit plasentanya, ada 10 menit akhirnya dengan hati-hati dan pelan-pelan, tetep menenangkan diri walaupunsempat panik, kulit plasenta pun keluar lengkap. Ditengah-tengah menejemen aktif kala tiga, saya mendengar tangisan bayi ini, dan saya langsung berucap syukur Alhamdulillah, bahagia tak terperi sekali rasanya.

Tanggal 1/11/11 jam 13.20 lahir bayi perempuan, dengan berat badan lahir 3200, panjang badan 47 cm, dan Apgar score 8-9-10. Alhamdulillah. Plasenta lahir lengkap, eksplorasi: laserasi grade 1, tidak dijahit, karena ibu menolak, dan perdarahan (-). Alhamdulillah.

“ibu, anaknya perempuan, beratnya 3200, seneng to bu?”

“maaf ya mba, jadi bikin mba nya berdarah-darah gitu”

“gpapa, bu. Santai saja.”

Kemudian, aku dan mba bidan muda itu saling menatap, tanda kelegaan dalam diri masing-masing. Kemudian, mba bidan tertawa dan berujar,

“mba nya cemong darah!”

“he?”

Segera kucuci mukaku. Kemudian, kembali menulis-nulis, melengkapi surat-surat dan partograf. Suntik vit.K dan beri salep mata. Kembali membedong bayi dan meletakkan di inkubator. Sedikit do’a kupanjatkan untuk bayi kecil ini. Sebelum saya harus mencuci jas coass yang terkena sedikit darah.

Menjelang sore, suami dari pasien ini baru datang, kemudian beliau berkata padaku, “mba, sebelumnya saya mau bilang terima kasih sudah menolong istri saya.”

Jleb, hati saya semakin berdarah-darah dikatakan seperti itu. Saya tersenyum, “sama-sama, pak..”
Pasien ini justru telah mengajarkan dan memberikan pengalaman banyak kepada saya. Saya yang memulai dan saya yang harus mengakhiri. Itulah yang saya rasakan kemarin. Sebelum-sebelumnya, saat stanen saya tidak meyakinkan, bidan-bidan senior itu akan langsung mengambil alih mengeluarkan kepalanya, baru diserahkan ke saya. Sebelumnya, saat saya tampak gagu dan ragu menarik bayi, maka bidan-bidan senior langsung mengambil alih dan baru memberikan setelah bahu keluar. Sebelumnya, saat menejemen aktif kala tiga saya sempet mengalami kesulitan, maka residen akan turun dan mengambil alih. Sebelumnya, saya tidak diberikan kesempatan untuk mengambil keputusan. Sebelumnya, saya hanya dipersilakan untuk melakukan dan selalu siap untuk diambil alih bila ada yang melenceng sedikit saja. Dan sekarang, tak ada residen dan bidan-bidan senior yang siap sedia mengambil alih kalo saya salah. Yang ada hanya Allah, tempatku berserah dan berharap agar aku dapat menjalankan sesuai protap tanpa melakukan kesalahan agar persalinan berjalan lancar.

Pagi ini, mereka telah diperbolehkan pulang.

Inilah sebuah rasa kebahagian dan kepuasan tersendiri dalam menolong. Mungkin rasa seperti ini lah yang saya cari saat saya memutuskan fakultas kedokteran sebagai pilihanku saat SPMB.

Ceritaku di Kamar Bersalin Puskesmas

Jujur kalau dibilang sedih, perasaan itu masih ada. Kalau dibilang kecewa pun, iya. Apalagi setiap teringat ujian hari senin kemarin itu. Tapi, yasudahlah, saya harus menerima semuanya. InsyaAllah, yang terbaiklah untukku.

Sekarang, tak terasa sudah di minggu terakhir di stase ini. Stase yang.. hm.. penuh cerita tersendiri. Stase yang akan dikangenin suatu saat nanti, tapi tidak ingin untuk diulang. Minggu terakhirku stase luar di puskesmas Halmahera. Stase luar bagiku adalah suatu hal yang sangat ditunggu-tunggu dan sangat menyenangkan. Stase liburan dan stase yang tepat untuk merefresh segala kepenatan berada di RS Kariadi.

Di sini, saya mendapatkan kesempatan yang lebar lagi. Kesempatan untuk mengenal calon teman sejawat semakin banyak. Kesempatan untuk berhadapan langsung dengan pasien pun semakin terbuka luas. Di sini, kami melakukan ANC dan juga menolong persalinan. Pengalaman pertama di ANC, benar-benar menyenangkan, ini tho yang namanya ANC? Ini tho yang saya lakukan saat ANC? Bukan sekedar teori yang saya pelajari. Periksa lila, tinggi badan, berat badan, tensi, periksa lab Hb, proteinuri maupun reduksi urin untuk skrinning penyakit-penyakit kehamilan. Melakukan leopold, TFU, DJJ, sampai memberikan resep, mengedukasi, bahkan memberisurat rujukan jika dibutuhkan.

Hal-hal yang selama ini saya pelajari secara teori, sekarang saya pelajari secara aplikasi. Kapan denyut jantung janin sudah mulai terdengar dengan linec, saya aplikasikan di sini. Kepekaan telinga saya dipertanggungjawabkandalam mendegnar djj (denyut jantung janin). TFU (tinggi funduus uteri) pada setiap usia kehamilan yang berbeda-beda mempertajam kemampuan mengukur yang disesuaikan pula dengan teori. Kapan mengedukasikan pasien, untuk tetap makan makanan yang bergizi dan menambah frekuensi makannya, dan tetap memakan sayur-sayuran serta makanan hewani. Mengedukasikan pasien untuk istirahat, tapi justru menganjurkan untuk semakin sering jalan-jalan jika usia kehamilan sudah cukup bulan. Mengedukasikan pasien untuk kembali kontrol yang mana akan berbeda-beda tergantung usia kehamilannya, setiap bulan untuk trimester satu, dua minggu sekali untuk trimester dua, dan setiap minggu jika sudah masuk ke trimester 3. Dan banyak lagi. Saya belajar untuk itu semua.

Di sini pun saya kembali mendapatkan pengalaman dalam menolong persalinan, seperti yang saya dapatkan di rumah sakit Tugu maupun di Kariadi sekali dua kali. Di sini mungkin kesempatan kami semakin besar untuk menolong persalinan. Setiap ibu yang datang untuk bersalin, maka diserahkan pada kami, walaupun bidannya ikut membantu kami tentunya. Hari pertama jaga di sini, datang pasien baru, seorang wanita G3P2A1, 33 tahun, hamil 39 minggu; janin 1 hidup intrauterin; presentasi kepala U puki; observasi inpartu. Waktu itu, pukul 07.00 pasien datang dengan kenceng-kenceng sering disertai keluar lendir dan darah, air ketuban belum keluar dan gerak janin masih dirasakan. Saat dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan bahwa pembukaan masih 2 jari longgar, dengan KK (+) dan penipisa serviks 50%, kepala masih tinggi, UUK sulit dinilai. Pasien, kemudian diminta untuk jalan-jalan dan dievaluasi lagi 4 jam untuk mengetahui kemajuan persalinannya.

Jam 23.00 pasien merasa kenceng semakin sering, dilakukan pemeriksaan dalam, pembukaan nambah menjadi pembukaan 5 cm, KK (+), penipisan serviks 50%, kepala turun di hodge 1. DJJ 12-11-12. Kemudia, kita tunggu dan evaluasi 4 jam. Jam 03.00 pembukaan 9, KK(+), penipisan serviks 90%, kepala turun di Hodge III. Tunggu dan evaluasi 1 jam lagi. Jam 3.30 pasien ingin mengedan, perineum menonjol, vulva anus membuka. Dilakukan pemeriksaan dalam, pembukaan lengkap, KK (+), kepala turun di hodge III+, pecahkan KK keluar air ketuban jumlah cukup, warna hijau keruh, bau khas. DJJ 11-12-11. Pimpin mengejan. Jam 03.55 lahir bayi perempuan, BBL 3700 gram, PB 51 cm, AS: 8-9-10. Kamudian, lahirkan plasenta dengan menejemen aktif kala III. Kemudian, evaluasi 2 jam untuk kala IV.

Hwaaaa… bayi yang cukup gede! Laserasi perineum grade II pendek. Hehe. Yang jait bu bidannya. Padahal dalam hati selalu pengen jait laserasi perineum. Hehe. Tapi, belum dikasih. Bayi dibersihkan jangan dimandikan, kemudian di suntik vit. K dan dibedong. Saya ngebedong bayinya sendiri loh*banggaaaaaa… karena selama ini belum pernah murni sendirian.. :p