Sunday, June 13, 2010

Tilang? Tidak..

Bismillah..

Beberapa hari yang lalu, saya menemani teman saya buat ke dokter gigi, sebut saja G. Sampai di tempat praktek, ternyata dokternya belum datang, jadi kami daftar dulu aja. Karena dokternya baru datang satu jam lagi, kami memutuskan untuk makan dulu, kebetulan ada tempat makan dekat-dekat situ. Ternyata, kami lupa arah jalan ke tempat makan itu, padahal seinget kami tinggal lurus, tapi ternyata tidak menemukannya. Lalu kami muter-muter daerah tersebut, sama sekali tidak menemukannya, sampai akhirnya waktu semakin mendekati dan kami pun nyerah mencari tempat makan tersebut. Kami putuskan untuk kembali ke tempat praktek dokternya aja, menunggu di sana.

Saat di  lampu merah perempatan, kami berhenti karena lampu menunjukkan warna merah, Alhamdulillah kami semua tidak buta warna untuk membedakan mana warna merah mana warna kuning dan hijau. Hehe.. Setelah ini kami akan berbelok ke kanan, ke arah tempat praktek dokternya. Temanku, G, sudah mengesent kanan. Tapi dia ragu, dia memang selalu menanyakan ke kami jika ingin berbelok, takutnya tidak boleh. Lalu, kami, aku dan A, mencari rambu yang menandakan tidak boleh belok kanan. Tidak ada. Lalu kami meyakinkan lagi. Kami liat mobil belakang kami –kebetulan kami mobil paling depan- ternyata mobil itu juga sent kanan. Kami simpulkan.. Boleh! Saat lampu hijau, teman kami tanpa ragu membelokkan mobilnya ke kanan. Sip!! Tidak ada yang mempripit, berarti kita benar. Loh..tapi kok tidak ada mobil lain yang mengikuti kita?

Tanya kenapa???

Setelah itu, ada motor polisi memberhentikan mobil kita. Wuduh. Ampuuunn. Kita mesti ngapain ini? Mulai panik dan bingung.
Polisi: suratnya mbak?
Temanku, G, memberikannya.
Polisi: mbak tau kenapa?
Kami: g boleh belok kanan ya, pak?
Polisi: benar
Kami: kami g liat rambunya, pak?
Polisi: kita ke kantor aja, kita biscarakan di sana. Saya buatkan surat tilangnya dan mbak bisa liat rambunya nanti.
Kami: kita buru-buru, pak. Harus ke dokter, pak. Tidak bisa sekarang aja pak penyelesaiannya?
Polisi: di pos saja mbak.
Kami: tapi kami harus ke dokter, pak.
Polisi: ya sudah, mbak ke dokter saja dulu, setelah selesai nanti temui kami di pos.
Pak polisi pergi meninggalkan kami dengan membawa surat mobilnya.

Kami masih bingung, apa yang harus kami katakan nanti? Jurus-jurus apa yang harus kami berikan agar kami tidak dibodohi? Kami sama-sama tidak paham urusan ini. hm.. Aku ingat, waktu penelitian dulu, kami sempat mebicarakan tentang ini, surat biru dan surat merah. Tapi mana yang bisa langsung bayar di atm, jika kita mengaku salah? Surat biru sepertinya. Argh..tidak ada yang pasti, nanti klo main argue dengan polisi kita kalah lagi kalo tidak punya sumber informasi yang pasti. Akhirnya, kami gugling dulu, nyari surat biru surat merah. Ternyata benar, mintalah surat biru. Lucunya pas gugling, malah dapet cerita tentang ditilang juga, supir taksi ngotot-ngototan sama pak polisi karena pak polisi tidak mau ngasih surat biru. Lama sekali kita baru turun dari mobil untuk mendiskusikan hal ini. Akhirnya, kita putuskan untuk menghadapi pak polisi dengan berani. Tapi tetap saja, kami masih belum puas dengan keterangan surat biru dan surat merah, apakah benar masih berlaku? Atau jangan-jangan memang sudah kadaluwarsa, hehe.. Lalu, kami berpikir untuk menelpon seseorang mencari bantuan. Siapa ya kira-kira? Tanya anak hukum mungkin ya. Tapi gda ide siapa yang harus dihubungin, lost contact. Lalu, teman saya, A, ingat kalo dia punya teman anak akademi polisi. Harusnya dia lebih tau soal prosedur begini. Segera temanku menelponnya. Tidak diangkat. Teman saya satunya, G, mencoba telpon Papahnya. Tidak diangkat juga. Lalu, A mencoba telpon teman yang orang tuanya polisi. Sama. Tidak diangkat juga. Kembali lah menelpon lulusan akpol ini. Alhamdulillah, akhirnya diangkat. A mulai ngobrol-ngobrol, alu dia mengutarakan maksudnya, dia minta maaf sebelumnya kalo udah melanggar dan tidak bermaksud apa-apa terhadap instansi nya. Belum sempat nanya-nanya, tapi tiba-tiba temennya ini minta telponnya dikasihin ke pak polisinya, padahal kita aja belum ke pak polisinya. Yasudah, sekalian kita mulai menemui pak polisinya. Aku dan G menhadapai pak polisi dulu, A standby dengan telponnya.

Polisi: udah liat rambunya?
Aku dan G: sudah, pak. Ternyata itu rambunya. Jauh dibelakang, pak. Tidak terlihat. Mobil kami kan paling depan, pak.
Polisi: yasudah lain kali diperhatikan ya. (dan nasehat lainnya)
Setelah itu, A memberikan telponnya.
A: maaf, pak. Ini teman saya ingin bicara.
Polisi: berbicara ditelpon.

Kami bingung, kami tidak paham apa yang dibicarakannya. Penasaran juga.
Selesai berbicara lewat telpon. Bapak polisi itu meninggalkan kami tanpa bilang apa-apa. Hyaaa…nasib kita gimana ini. dia sepertinya diskusi panjang dengan teman polisi lainnya. Terus aku dan G menunggu, sementara A masih telpon-telponan. Kita Tanya deh, katanya kalau sampai kita ditilang, bilang ke dia. Wuduu..diapain tu bapak polisi, mpe bisa keok gitu. Makin penasaran, kode-kode apa yang diberikan, sampe lewat telpon pun, bapak polisi percaya apa yang dibicarain temennya A ini. Sementara ini, Bapak polisi masih asik diskusi dan kita ditinggal. kami resah nungguin, surat-surat masih di pak polisi. Beberapa lama kemudian, si bapak mendatangi kita.

Kami: gimana pak? Kami harus bagaimana?
Polisi: saya dapat amanah dari teman mbak, barusan di telpon, untuk tidak menilang mbak.
Kami: (muka heran plus senang.)
Polisi: tapi mbak, harus hati-hati ya..bla bla bla..(nasehat-nasehat untuk tidak melanggar rambu)
Kami: iya, pak. Baik. Maaf ya, pak. Kami tidak bermaksud sama sekali. Kami benar-benar tidak tau dan tidak menemukan rambunya. insyaAllah kami tidak mengulangnya lain waktu, pak.
(sambil kita bercandain deh pak polisinya)
Kami: jadi kami tidak ditilang nih, pak?
Kami: wah..terimakasih banyak ya, pak. Besok-besok nggak lagi-lagi deh, pak.. hehe..
Kami: satu lagi pak, rambunya klo bisa dimajuin dikit ya, pak. Biar keliatan sama mobil paling depan, hehe..
Polisi: mana saya tau mbak. Udah dari sononya juga begitu.
Kami: hihi..saran pak..
Kami: okeh, pak. Terimakasih sekali lagi ya, pak. Maaf juga ya pak.

Lalu kami pergi dan segera ke tempat praktek dokter gigi. Lalu kami sangat hati-hati, jangan sampai salah lagi.

Benar-benar pengalaman luar biasa. Makan nggak jadi, malah ditilang. Hihi..
Inilah rencana Allah, kita mendapat pelajaran disela-sela menunggu.





*akhirnya saya bulatkan tekad kembali posting lagi di MP ini, setelah bertekad untuk sekian lama menelantarkan pageku..

4 comments:

  1. hahahaha, imaaaaaaaa! like this dah! Hmmm, kayaknya aku harus segera nge-save nomernya juga deh =P

    ReplyDelete
  2. udah ditawarin acy kan kmrn..jd disave g?wkwkwk..

    ReplyDelete
  3. sebut saja "G"....hahahahahaha....ketauan bgt..

    ReplyDelete
  4. haha..sebut saja g..atau i..hm..s aja kali ya..d juga bagus..apalagi a..
    wkwkwk..

    ReplyDelete