Sunday, May 8, 2011

Untuknya, yang Disiplin dan Tegas

Sebelumnya mau ngucapin terima kasih sama guruku tercinta! Residen pembimbingku yang baik hati, tegas, dan sangat disiplin.

Saat pertama kali, saya merasa beliau ini baik sekali, membimbing dan tidak menelantarkan diriku, menyampaikan poin-poin apa yang harus aku pelajari. Dan menyuruhku untuk selalu langsung bertindak dan tidak menunda-nunda. Waktu ditanya tentang pemeriksaan saya tidak bisa, saya langsung disuruh untuk baca dan dipraktekkan langsung ke temen. Benar-benar aplikasi. Katanya kalau tidak begitu, maka saya tidak akan melakukannya.

Cukup sering saya revisian laporan kasus yang akan dimajukan, dan ibunya sangat banyak menentir diriku bahkan dia merangkumkan bahan yang belum sempat dia sampaikan padaku untuk saya pelajari sebelum maju presentasi kasus di depan supervisor. Subahanallah.. Tak ada rasanya residen yang seperhatian beliau ini yang memberikan rangkuman untuk koas bimbingannya.

Tapi, dalam setiap harinya, tak luput saya kena marah, ntah karena saya yang dudul gara-gara lupaan mulu, saya yang selalu melakukan kesalahan berulang kali, saya yang dudul setiap ditanya g ngerti apa-apa, dan saya yang emang dasar, tampang ingin digaplok jangan-jangan. Itu karena dia emang sosok yang sangat disiplin, jadi menurut saya wajar, tak apa, kalo tidak seperti itu mungkin saya tak bergerak untuk mencari tau dan bisa. Kadang serentetan nasihat yang meng-underestimate koas sering terlontar,

"Koas itu banyak bohongnya! Kalau kalian yang pato, residennya juga yang kena! Residen juga kan sibuk, jadi ya sama-sama ngerti lah, jangan tiba-tiba dateng cuma untuk pengesahan, dicicil! Kamu tau, buktinya, koas sebelum kamu ini, berulah-berulah semua."

"Kalau kamu pato, saya tidak tahu juga bisa tersebar dari yang lain di bangsal!" Dsb.

Semuanya, sangat menyesakkan. Ntahlah, padahal ibunya belum tau saya, tapi sudah dicuragai seperti itu. Bener-bener g enak rasanya. Menjadi yang tertuduh.

Puncaknya, saya sampe nangis, hari Kamis kemarin, mungkin memang karena saya lagi sensitif, dan mungkin ibunya lagi sensitif juga. Jadilah, beliau marah-marah mulu kerjaannya, kayanya saya gda benernya, dan diakhiri dengan sangat tidak enak. Tak ada satupun kascil saya yang ditandatangani. Kata beliau,

“Besok lagi, kamu belajar, kamu pilih, dan saya g mau kamu maju kosongan kaya gini, sama saya g mau borongan.”

*nguiks.. piye iki.. sabtu harus sudah di acc semua padahal. Kesempatan tinggal Jum’at. Saya hanya manggut dengan perasaan sedih sangat. Sampai di kos, netes juga ni air mata. Haha.. Padahal, selama ini saya g pernah peduli dengan omelan, tapi sekarang sepertinya memuncak. Tapi, omelan itu benar-benar melecuti semangat saya. Saya belajar! Hebat sekali. Sulit sekali mendapatkan momen berharga itu, saya belajar! Hehe.

Besoknya, ibunya baiiik sekali, tak ada omelan, tak ada tuduhan, hanya ada nasehat dan ilmu yang segambreng. Hehe. Padahal saya hanya ngasih 2 kasus untuk dibahas dan di acc, sesuai keinginan beliau, tidak mau borongan. Tapi, ternyata, setelah 2 kasus dan PR kasus kemarin selesai dibahas, beliau meminta kasus satunya untuk dibahas sekalian. Hwaaa.. Alhamdulillah.. terima kasih ibu.. terima kasih. Kemudian, beliau mengajari poin-poin yang harus dipahami, pola pikir, hal yang selama ini selalu beliau ajarkan padaku. Beliau itu benar-benar residen langka deh! :)

*teman-temanku banyak yang iri padaku.. walaupun saya sendiri kewalahan karena setiap harus bertemu dengannya harus menyiapkan mental dimarahi. Hihi..

2 comments: