Tuesday, September 20, 2011

"Ingin Mulih"

Serombongan orang berbaju putih-putih itu memasuki sebuah ruangan. Bangsal 8C. Bangsalnya para wanita yang mengalami nasib kurang baik akan sakit yang dideritanya. Siapa juga yang mau masuk ke bangsal ini? Berlama-lama tidur di sini, mondok berhari-hari, jauh dari keluarga besar, jauh dari kenyamanan tempat tidur di rumah, jauh dari yang namanya suasana tawa bahagia keluarga di rumah? Kemurungan. Hanya sebuah kemurungan yang bisa ditampakkan dari bangsal ini. Kemurungan menunggu vonis yang akan diterima mereka setelah dilakukan berbagai macam pemeriksaan. Atau mungkin bagi yang sudah tervonis sejak dahulu kala, rasanya bangsal ini seperti menjadi rumah singgah kedua untuk mereka, menjalankan pengobatan rutin yang sebenarnya tidak mengenakkan bagi mereka. Atau bagi beberapa diantara mereka sedang lelah menunggu, menunggu giliran mereka dalam antrian operasi. Dan bagi mereka yang tak mampu dan tak punya bantuan pembiayaan semakin menjadi beban hidup dan pada akhirnya akan menjadi beban bagi penyakitnya, jadilah lingkaran setan. Oleh karena itu, terlilhat pula di tempat ini para keluarga wara-wiri untuk mengurus surat-surat agar mendapatkan sebuah jaminan kesehatan yang katanya telah dijanjikan oleh pemerintah!

Dan..
Pagi itu, di hari yang sama tiap minggunya. Selasa. Segerombolan orang-orang berbaju putih yang jumlahnya tak terhitung itu beriringan memasuki bangsal ini. Bangsal yang penuh kemuraman. Mendatangi satu per satu tempat tidur yang telah terhunikan. Mereka semua berbaju putih, hanya jenisnya saja yang berbeda, tampak seorang berjas putih tangan panjang itu berdiri paling depan dan paling dekat dengan pasiennya, diikuti dengan gerombolan berjas putih tangan pendek tanpa kancing serta kemudian diikuti gerombolan berjas putih panjang tangan pendek dengan kancing tertutup rapat, padat bergerombol di ruangan ini. Bagai ekor ular yang terus mengikuti kepalanya, seseorang berjas putih tangan panjang itu. Terus seperti itu, sampai tempat tidur di bangsal ini habis didatangi.

Tibalah pada akhirnya gerombolan ini masuk ke dalam sebuah ruangan dengan perawatan intensive. Sebuah ruangan yang hanya berkapasitas 4-5 tempat tidur yang diperuntukkan bagi pasien-pasien yang kritis yang perlu pengawasan ekstra dari semua pelayan kesehatan di bangsal ini. Ketika kakiku melangkah di dalamnya, tiba-tiba, terdengar suara mengiba disertai sesak napas yang terengah-engah,

"ingin mulih..ingin mulih.. ingin mulih.."

"pak.. ingin mulih.. g enak pak di sini.. g enak pak.. ingin mulih.."

terus..dan terus diulang-ulang..

Seorang wanita sepuh dengan selang oksigen dan infus nempel di tubuhnya. Meringkuk dibawah selimut. Saya taksir ini adalah pasien dengan asites akibat dari komplikasi kistoma ovarii yang dideritanya. Tidak kuat melihat wanita tua ini. Terus berucap dalam diri ini, meminta kepada Tuhan agar menghilangkan segala deritanya. Ringkihan wanita tua ini sangat menyayat hati rasanya. Ingin segera keluar saja dari tempat ini. Tempat yang penuh dengan kemuraman. Sebuah bangsal yang kelak akan menjadi tempatku bekerja bersama dua orang teman lainnya, 2 minggu lagi. Memeriksa pasien dan memfollow up kemajuan kesehatan pasien-pasien di sini. Menghafalkan semua pasien yang ada di sini, penyakitnya dan tindakan yang dilakukan. Semoga, saya bisa memeriksa dengan hati, tanpa terburu kerjaan yang menumpuk dan deadline yang harus diselesaikan tiap harinya. kurang lebih 60 lebih tempat tidur pasien yang hampir selalu penuh setiap harinya. InsyaAllah..

4 comments:

  1. banyak pelajaran yah sebenernya di sekitar kita
    :((

    ReplyDelete
  2. iya mba..
    semoga kita bisa terus mengambil hikmah dari setiap kejadian yang kita alami maupun yang ada di sekeliling kita.. aamiin..

    ReplyDelete
  3. iya.. seenak apapun kelasnya.. tetep g enak..
    apalagi yang cuma bisa di kelas 3.. :(
    tapi, berbeda dengan bangsal obstetri.. isinya ibu-ibu nifas paska ngelahirin.. bahagia2 mukanya.. kecuali hanya beberapa wanita tidak beruntung yang kehilangan anaknya..

    ReplyDelete