Sunday, September 4, 2011

Napak Tilas: Balongan



Kami, besar di suatu desa di Kabupaten Indramayu. Kakakku yang pertama, berdomisili di sini sampai menginjakkan kaki di SMP kelas 3, sedang kakakku yang kedua sampai SMP kelas 1, sedang aku hanya sampai SD kelas 2 saja. Desa ini pasti memiliki kesan tersendiri untuk kami semua, secara kami dibesarkan dalam janin ibu sampai kami tumbuh besar di desa ini, hanya numpang lahir di desa kecamatan tetangga sebentar. hehe..

Di sini, kami mengenal yang namanya bermain.. bermain.. dan bermain.. Di sini, kami mengenal yang namanya sosialisasi. Begitu banyak pertemanan dan perkumpulan yang membuat kami tidak menjadi anak rumahan saja, yang mengajari kami untuk tidak egois. Ada yang namanya pramuka, saya mengalami pramuka di sini hanya sebagai siaga bawang, sedangkan kakak-kakakku mereka sampai pergi kemah kemana-mana, bahkan cikal bakal pramuka di tempat ini, telah membawa kakak keduaku mengikuti jambore nasional yang waktu itu dilaksanakan di Cibubur. Ada juga yang namanya drumband, dulu drumband di sini sangat aktif mengikuti lomba dimana-mana, namun lama-kelamaan semakin meredup kehabisan personil, sehingga saat masa-masa saya sudah tak ada lagi. Dan saat ini, lebih terdengar yang namanya marching band.

Di tempat ini pula, pertama kali kakakku yang kedua belajar mobil secara diam-diam, dan sekarang menghasilkan kakakku 'si supir pembalap'. Di tempat ini pula, kakak pertamaku berkelahi, tapi berakhir damai tanpa menimbulkan dendam.


madrasah dan masjid tempat menempa ilmu agama

Di tempat ini pula, kami mulai di tempa ilmu agama. Kakak-kakakku lulus madrasah dan menjadi jawaranya, usia dini pun aku jabani untuk masuk madrasah karena teman bermainku setahun di atasku. Di madrasah, aku mengenal do'a-do'a, aku mulai mengenal sejarah, aku mulai mengenal alQur'an, dan aku mengenal bermain kosidah, hanya di madrasah ini saya bermain kosidahan, saya pernah memegang gendang dan juga kerincingan. 2 tahun, aku menjalani madrasah di sini, kemudian setelah pindah ke desa kecamatan tetangga, saya lanjutkan di madrasah lain, yang agak sedikit berbeda, karena di sana, saya benar-benar menjadi anak bawang, saya adalah anak yang pelaing kecil, yang lainnya rata-rata 2 tahun di atas saya, dan hanya satu teman sepermainan saya yang setahun lebih tua. Kebetulan orang tua kami, sama-sama dipindahin di tempat yang sama.

di sini nih tempat yang gosip-gosipnya angker..

Di tempat ini juga saya diajarin takhayul. Begitu banyak cerita-cerita hantu yang menggerayang di kepalaku saat itu. Katanya, di tempat itu ada kuntilanak, di sana ada genderuwo, terus kalau di balong jangan berenang bisa hilang, dsb. Awalnya, saya takut sama itu semua, tapi Alhamdulillah, hal itu justru membuatku semakin kebal dengan hal-hal gaib itu, bukan malah membuatku semakin parno. hehe..

dan...
Begitu banyak lagi cerita yang kami ukir di sini, yang tidak bisa disebutkan satu-satu..
namun.. tengoklah nasibnya saat ini.. sudah menjadi komplek yang tak terurus dan tak berpenghuni.. sangat berbeda dengan masa-masa kami berada di sana. Di jalan lumba-lumba no.B21 lah kami tinggal dahulu, di sebuah komplek perumahan di sebuah desa di kabupaten Indralayu.

jalan di depan rumah

balong depan rumah, sekarang udah berawa-rawa dan g keurus euy..
dulu di depan ini ada karapan tempat kumpul pramuka

lapangan sepak bola, dulu pernah ada layar tancep juga di sini..

dekat sekali dengan laut.. tinggal jalan dikit lewati rawa-rawa..

pipa-pipa panjang

4 comments:

  1. lolololo terus ceritanya sampai ke Batang Kapas pegimane tuuuh?
    ni berarti mudik di Indramayu gitu yah?

    ReplyDelete
  2. hehe.. batang kapas mah tempatnya orang tua, nenek masih ada di sana..
    mudiknya ke cirebon.. ke indramayu cuma nostalgia... gda keluarga di sana..

    ReplyDelete
  3. yang di Cirebon tuh berarti ada siapa di sana?

    ReplyDelete
  4. kalo di cirebon ada orang tua.. domisilinya di sana.. sama sedikit saudara.. hehe..

    ReplyDelete