Wednesday, March 17, 2010

[lika-liku penilitian] “it’s our Research!”

Bismillah..
Lika-liku penelitian adalah kumpulan cerita kami saat menjalankan penelitian. Penelitian yang menurut saya merupkan penelitian yang zuper-zuper lengkap! Lengkapnya kaya apa si? Nanti akan saya ceritakan. Sebelumnya kami mau cerita dulu kenapa kami membuat kumpulan cerita ini, awalnya dari request seorang teman yang ingin mengetahui cerita-cerita kami saat menjalankan penelitian. Kemudian, kejadian-kejadian seru yang selalu memenuhi perjalanan penelitian kami membuat kami semua ingin menceritakannya dalam sebuah tulisan agar dapat menjadi kenangan bahkan ketika kami semua sudah sukses dan menjadi dokter kelak. Sehingga dibuatlah cerita ini. Semoga ini bukan cerita pertama dan terakhir. Amin..
 
Anggota personel penelitian kami ini siapa saja sih..
Ini dia:
1.       Dr. Helmia Farida, M.kes, Sp.A
2.       Dr. Stefanny
3.       Dr. Susilo
4.       Pak Wuriyanto
5.       Amali abdat
6.       Dian Sarani
7.       Gisda Irwanti
8.       Hikmawati
9.       Rio K. N.
10.   Yuliana Yunarto
11.   Azilzal Rasini
Ini anggota tim lengkap penelitian kami. Setiap kali penelitian tidak selalu beranggotakan lengkap dan terkadang jika dalam satu waktu melakukan sampling di dua tempat yang berbeda, maka kami akan dipencar.
 
Penelitian kami ini intinya adalah mencari pola kuman yang memenuhi rongga nasofaring pada orang-orang sehat di Indonesia. Kami mengambil variabel yang berbeda-beda, ada yang mengambil beberapa factor risiko yang berhubungan dengan kolonisasi Enterobacteriaceae pada anak, ada juga yang pada dewasa, ada yang mengambil beberapa factor risiko yang berhubungan dengan kolonisasi Streptococcus pneumonia, ada juga yang mengambil variabel factor risiko yang berhubungan dengan pola kolonisasi bakteri Streptococcus resisten pada anak-anak sehat maupun pada dewasa, ada juga yang melihat pola kolonisasi beberapa bakteri seperti Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza, Moraxellah catharralis, dan Enterobacteriaceae pada nasofaring orang dewasa dan anak-anak sehat. Dan semuanya ini merupakan payung dari penelitian dosen pembimbing kami semua yaitu Dr. Helmia Farida, yang beliau ajukan untuk S3 beliau di Belanda.
 
Berawal dari dibukanya lowongan untuk ikut serta dalam penelitian beliau, kami mengirim lamaran berupa Curriculum Vitae dan Motovation letter, Alhamdulillah,  akhirnya kami semua diterima. Kesempatan ini muncul di mana saat itu, semua teman-teman kami sudah mendapatkan dosen pembimbing untuk penelitian mereka sementara kami masih bingung mencari hingga akhirnya terbukalah lowongan ini.  
 
Kenapa kami melakukan penelitian ini?
Kita ketahui bahwa penyakit saluran napas banyak diderita oleh masyarakat Indonesia. Pneumoniae merupakan ayng paling banyak ditemukan dan juga yang paling berbahaya. Anak balita diperkirakan meninggal dunia karena pneumonia lebih dari dua juta setiap tahunnya. berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992, 1995, 2001 dan juga berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 pneumonia merupakan urutan terbesar yang menyebabkan kematian pada balita. Infeksi tersebut didapatkan dari kuman-kuman di rongga nasofaring yang selalu ada bahkan pada orang yang dalam keadaan sehat sekalipun. Kuman tersebut dapat menyebar ke organ lain lalu menginfeksi organ tersebut pada saat daya tahan tubuh melemah. Oleh karean itu, keberadaan bakteri patogen di saluran napas merupakan informasi yang penting. Kemudian, selama ini belum ada data yang menunjukkan pola kolonisasi masyarakat sehat di Indonesia, selama ini kita hanya mendapatkan data dari Negara lain. Sedangkan kita ketahui bahwa karakteristik Negara maupun masayarakatnya tidak sama dengan Indonesia sehingga seharusnya pola kumannya pun berbeda. Di Negara-negara lain yang pernah dilakukan penelitian pola kolonisasi kuman di nasofaring, kuman yang paling banyak ditemukan adalah Streptococcus pneumonia, tapi dari studi pendahulu yang dilakukan di Indonesia, di kota Semarang khususnya diperoleh bahwa Enterobacteriaceae lebih dominan. Selain itu, dari data hasil kultur sputum RSDK Semarang periode Januari-Juni dan Juli-Desember 2009 menunjukkan bahwa Enterobacteriacea paling banyak ditemukan. Hal ini menyebabkan pertanyaan-pertanyaan, apakah pola kuman masyarakat Indonesia berbeda dihubungkan juga dengan keadaan lingkungan Negara Indonesia dan karekteristik masyarakatnya yang juga berbeda dengan Negara lain tersebut seperti Amerika Serikat maupun Belanda.
 
Data tentang pola kolonisasi bakteri patogen respiratori pada anak dan orang tua sehat di Indonesia ini penting untuk informasi sebagai pegangan laborat mikribiologi dalam melakukan analisa hasil kultur pada penderita infeksi saluran napas. Informasi ini juga dapat menjadi pertimbangan dalam mendiagnosa sementara suatu penyakit saluran napas dan pemberian terapi empiris pada penderita infeksi saluran napas atas. Dokter ketika mendiagnosa suatu infeksi saluran pernapasan, saat itu belum bisa ditetapkan bakteri apa yang menginfeksi, hanya bisa menduga dari data yang sudah ada untuk kemudia segera diberikan terapi awal (terapi empiris) sebelum ditemukan bakteri penyebab yang menginfeksi. Untuk mendapatkan diagnose pasti berupa bakteri yang menginfeksi saluran napas tersebut, harus dilakukan kultur yang waktunya tidak sebentar, kultur kuman sampai mendapatkan kesimpulan akhir itu membutuhkan waktu kurang lebih 3-7 hari. Hal ini mengakibatkan, dokter harus memberikan terapi sementera terlebih dahulu sampai didapatkan hasil pasti ,kemudian dilanjutkan dengan terapi sesuai dengan hasil kulturnya, jika telah diketahui hasilnya. Bagaimana melakukan terapi empiris? Terapi empiris ini diberikan sesuai dengan pola kuman yang biasa menginfeksi yang didapatkan dari penelitian-penelitian.Sedangkan, selama ini data diperoleh dari luar negri, padahal kita tidak mengetahui apakah pola kuman orang Indonesia sama dengan negara lain. Karekteristik, budaya dan lingkungan yang berbeda antar masyarakat Indonesia dengan negara lainnya, maka kemungkinana besar akan berbeda pula pola kumannya. Hal ini pun telah dibuktikan pada negara Angola dan Brazil dimana karakteristiknya masyarakat dan lingkungannya mirip dengan Indonesia pola kumannya berbeda dengan negara Belanda yang karakteristi masyarakat dan lingkungannya lebih maju. Hal ini menunjukkan betapa perlunya data pola kuman pada masyarakat Indonesia agar diagnosa sementara yang diberikan lebih tepat dan lebih mengarah pada diagnosa yang sesungguhnya juga terapi sementara yang diberikan terapi pasti bisa lebih tepat pemberiannya.

 

No comments:

Post a Comment