Friday, April 15, 2011

Kisahku di Hemato-Onkologi Anak

Stase terakhir di anak adalah stase hemato-onkologi. Ini adalah stase yang paling tidak kupahami. Ntah mengapa, aku tidak pernah dapet kasus hema setiap kali jaga untuk dilaporkan saat laporan pagi. Selalu saja kebagian kasus-kasus infeksi.

Hari pertama, menunggu supervisor hema untuk melapor dan akan diberikan tugas. Sesaat setelah melapor dan diberikan tugas individu, kami langsung dicari-cari residen hemato-onko, ada kegawatan, dan kami diminta untuk bagging. Baiklah, the first day in hemato-onko and we get the jackpot! Selama ini, hemato-onko adem ayem saja, kerjaan koas adalah membuat laporan kasus sederhana salah satu pasien hemato-onko kemudian didikusikan dengan supervisor. Just it! But we get the jackpot..

Karena kami hanya berdua di stase ini dan saat itu sudah jam 12.00, jadi kami gantian sejam-sejam. Selebihnya, disuruh anter BGA (blood gas analyzes), mengambil hasil BGA, dan tentunya, ternyata kami diminta untuk periksa-periksa. Sudah pukul 14.00, tapi kami masih diminta bantuannya. Hemato-onko lagi penuh, banyak sekali pasiennya, mulai dari yang prositos sampai yang baru akan didiagnosa melalui BMP (bone marrow punction). Jadilah, kami lembur beberapa jam dari jadwal pulang. Tak apalah, give the bet for the last!

Saat mem-bagging, beruntun keluarganya melihat penuh prihatin. Kakeknya, neneknya, ibunya sudah pasti, saat itu bapaknya sedang mengurus surat-surat, jadi tak tampak batang hidungnya saat itu. Waktu itu, ceritanya sang nenek yang lagi melihat sosok terkulai cucunya ini, kemudian dia berkata dengan sangat sedih dan agak memuncak emosinya, “sakitnya jahat sekali, benar-benar jahat!” Saya kaget, tapi saya tau perasaannya. Ini memang penyakit yang jahat. Kemudian, saya ajak saja berbicara, bertanya-tanya ini itu untuk melumerkan perasaan sang nenek. Mulai dari menanyakan usia, cucu keberapa, sampai tentang kronologi penyakitnya ini. Sang nenek pun bercerita, tampak rasa rindu yang membuncah dalam dirinya, rindu akan sosok cucunya sedia kala sebelum sakit. Sang nenek bercerita bahwa cucunya ini lucu sekali, saat sebelum sakit ini, dia sangat pintar berceloteh, sudah pandai menyebut warna-warna. Tapi, sekarang, setelah penyakit jahat ini merenggut cucunya, yang ada hanya sosok terkapai sang anak tanpa daya, bahkan untuk napas pun harus dibantu dengan oksigen yang diberikan dengan tekanan positif agar paru tetap tersuply oksigen untuk diberikan pada seluruh tubuh yang membutuhkan. Retinoblastoma. Yup, vonis yang harus diterima bagi seorang anak yang masih amat sangat kecil. 2 tahun. Usia yang amat sangat kecil untuk menerima vonis yang sangat berat ini.

Hari kedua, pasien retinoblastoma ini masih saja dibagging. Dan saya berharap, semoga esok saya tak lagi melihat dia dibagging. Sampai pukul setengah delapanan saya bagging sebelum digantikan dengan teman saya yang lagi stase PGD (pediatrik gawat darurat), kata dia HND (High Nursing Dependency) termasuk bagiannya PGD. Wuii.. benarkah, baiklah kalau begitu, saya mah ikhlas ridho kalo ada yang mau gantiin bagging gini. Hehe. Kebetulan ada laporan pagi juga. Begitu selesai laporan pagi, baru juga beberapa menit sejak bubar. Dan kami disuruh mengisi-ngisi formulir biodata anak, eh.. semua orang heboh mencari koas hema. “koas hemaaa dicari, disuruh ke bawah, bagging!” yang lain ada lagi, “koas hemaaa, disuruh ke bawah ada BMP.” “Iya siap! Nulis biodata bentar” Tidak lama kemudian, saya ditelpon sama residennya. Haduuu.. sabar bu, iya saya segera ke sana. Harusnya jatah temanku, tapi dia juga lama saja ngisi formulirnya, sampai semua orang mencari koas hema. Akhirnya, saya langsung turun lari, biar puas semuanya! Ini loh saya datang. Mbo sabar sebentar. Saya tidak kabur kok. Sudah saja, kugantikan ibu residen yang baik hati itu. Sampai akhirnya teman saya datang juga menggantikan. Tak lama, baru pergantian, tiba-tiba ada lagi yang datang mencari koas hema, “koas hema, disuruh naik itu sekarang ada BMP” huft.. ya ampun, iya iya.. saya ke atas. Saat ke atas, “dek, koas hema?” “iya” “ikut BMP ya” “iya”. Padahal ya, BMPnya belum mulai juga, dan masih nunggu tindakan LP (lumbal punction) juga. Haduuu.. udah meni heboh gitu, padahal masih lama. Huft.. yasudah, saya tunggu saja di ruang koas. Eee.. ada lagi teman saya yang bilang, “ima! Kamu tu ya, koas hema itu dari tadi dicariin terus. Tadi dr. Y juga ketemu aku ditangga terus langsung nanyain koas hema mana? Kan laporan paginya udah selesai, ada BMP.” Hahaha.. koas hema hari ini lagi tenar..

Sampai-sampai, hari sudah jam 11.00, saatnya pulang, tapi saya belum menemui pasien buat tugas perorangan yang harus dilaporkan. Yasudah, saya liat-liat cm nya dulu, saya catat-catat data-data yang perlu, terus anamnesis deh. Wah, ibunya sangat poaktif. Kembali, saya berhadapan dengan pasien onkologi. Kali ini, pasien LMNH (Limphoma Maligna Non-Hodgkin). Dengan kasus yang sama, pembesaran di mata. Cerita menyusul untuk pasien ini..

dan..besok adalah hari terakhir untuk mengucapkan...dada bubye...pada jilbab putih.. *lho??

8 comments:

  1. Hehehhehe... Bahasa tingkat tinggi...:)

    ReplyDelete
  2. masa iya mba? hehe..maap atuh mba klo begitu.. :)

    ReplyDelete
  3. iyaaaaaa.. *ups udah bukan deng.. hihi.. :)

    ReplyDelete
  4. selamat..selamat..
    *wuiii..yupi ini emang selalu tau deh.. diam..diam.. kamu memperhatikan........ 'aku' ya??... hehe.. :))

    ReplyDelete
  5. hihi..aku kan 'perhatian' B-)
    ayo mbak catetan lainnya mau dunk..pengen denger lebih banyak lagi suka dukanya

    ReplyDelete
  6. iya deh..aku hargai 'perhatian' mu itu.. hihi.. :p

    siaaaapp...kalo pas kieng ya yupi..hehe..
    kadang suka males nulis..
    ini juga yang LMNH blm sempet aku tulis juga..hehe..
    maaf ya..blm bisa menjanjikan..ditunggu aja ya.. :))

    ReplyDelete