Thursday, March 17, 2011

Ketika Subjektivitas Mendominasi, Ketakadilan pun Mengikuti..

"Permisi mba! "

"Kok cuma mba?!"
Itu komentar temen saya yang laki-laki, ketika kami rame-rame lewat di segerombolan pasien laki-laki. Kalau kami lewat pasti mereka nyeletuk, pagi mba.. Siang mba.. Sore mba.. Atau permisi mba.. Atau ekstrimnya ngajak kenalan.
Apa sajalah..yang pasti berupa sapaan tapi ditujukan hanya pda mba! Haha..
Waktu mendengar reaksi temen saya ini, saya jadi tertawa puas. Dan jadi tersadar, iya juga ya..kok cuma mba? Padahal ada mas2 juga lo yang lewat. Hihi..
(ini pengalaman waktu di rumah sakit jiwa dulu..)

Lalu saya menjawab dalam hati! Karena begitulah laki-laki. Mereka emang mudah tertariknya pada perempuan, jadi kecondongan dalam hidupnya pun perempuan. Fokus mereka pun perempuan.

Kalau boleh saya bilang, laki-laki itu akan lebih lunak dengan perempuan. Begitu juga di lingkungan yang harusnya objektivitas bermain. Banyak sekali gosip-gosip beredar, bahwa dosen tertentu yang jenis kelaminnya laki-laki, ketika memberi nilai secara subjektif, maka akan lebih spesial untuk mahasiswanya yang perempuan (tidak semua seperti ini, tapi cukup banyak yang kujumpai seperti ini). Biasanya akan lebih bisa mentolerir ketidaktahuan mahasiswanya jika perempuan, dan akan sangat tidak mentolerir jika mahasiswanya laki-laki, seperti lebih gampang terkesitasi kalau sama laki-laki dibandingkan perempuan. Rasanya, kalau mahasiswanya perempuan, maka nilai ambang untuk tereksitasi menjadi tinggi sekali.

Saya sensng menyebutnya.. “semua laki-laki itu sama saja.. mudah menggoda dan tergoda dengan perempuan.. hanya pengendalian dirinya lah yang membedakan diantaranya..”

Bukan cuma laki-laki, sesungguhnya pun perempuan juga sama saja. Akan lebih lunak dengan laki-laki. Akan lebih mudah terrpengaruh dengan laki-laki. Perempuan itu menjadi lemah kalau di depan laki-laki. Tak jarang aku mendengar kata-kata, kalau dengan dosen ini, ntar laki-laki yg didepan ya. Biar g marah-marah. Kalo ujian dengan dosen ini, kalau laki-laki paling g ditanya macem-macem. Atau ada juga yang mentang-mentang dia laki-laki, jadi boleh absen walaupun telat hampir setengah jam, lagi-lagi karena yang memegang absen perempuan. Kembali..subjektivitas mendominasi. Sebegitunyakah.. (lagi-lagi..saya katakan tidak  semua seperti ini).

Di multiply banyak yang begitu juga tidak yah.. laki-laki lebih senang bertandang di rumahnya perempuan, dan perempuan senang bertandang di rumah laki-laki.. saya tidak tahu, hanya masing-masing individulah yang bisa menjawabnya..

Hm..
Ini pun sebuah subjektivitas, karena hidup kita emang penuh dengan subjktivitas. Semoga kita tidak masuk ke dalam golongan orang-orang yang tidak berbuat adil karena subjektivitas kita.

4 comments:

  1. tidak semua begitu ima,, jangan digeneralisasi,, mungkin km kebetulan aja nemu hal seperti itu,, tapi sebenarnya ga juga kok.. berprasangka baiklah pada Alloh tabaroka wata'ala,, karena Dia sesuai dengan persangkaan hambaNya.. :)

    ReplyDelete
  2. yup..tidak semua seperti itu..saya juga sudah menuliskannya..
    saya percaya masih banyak orang yang tidak seperti itu..
    ya..sedang berusaha untuk selalu berprasangka baik..
    terima kasih pengingatannya..

    ReplyDelete
  3. hwhwhw.. ga mesti juga siih, tapi ada juga yang iya ;d mungkin nggak sengaja, hihi

    ReplyDelete
  4. hehe..iya haya..
    betul..mungkin pas kebetulan aja yang saya amati pas begitu..hehe..

    ReplyDelete