Tuesday, July 12, 2011

Eaaaa... Belajar dari Sebuah Jerawat di Jidad..

"Kalian di sini harus belajar yang baik ya. Keliatannya itu emang mirip semua, tapi kalau sering melihat, nanti kalian jadi tau perbedaannya."

"Bikin preparat kerokan jamur, kalian harus bisa itu. Jangan sampai kalian tidak pernah melakukannya. Itu pemeriksaan sederhana yang akan kalian lakukan sendiri di Puskesmas."

"Kalian harus belajar, nanti kalau ada pasien jamur, kalian ngerok sendiri dan baca sendiri preparatnya. Kalau ada pasien IMS (infeksi menular seksual), kalian juga minta residennya buat bikin satu, biar kalian periksa. Gantian-gantian."

"Kalian minta ajarin Pak 'Peci' (petugas lab), beliau selalu ada di sini setiap hari Selasa."

Berdasarkan wejangan dari salah satu supervisor muda kulit nan cantik dan baik hati itu, maka hari ini kami memanfaatkan untuk minta diajarin bikin preparat, mulai dari ambil kerokan kulit/spesimen pus sampai liat preparat di mikroskop.

Susahnya mendapatkan spesimen dari pasien-pasien di poli kulit. Soalnya kalau ada pasien, kami, para koas, harus sadar diri sendiri, kami sering terlewat moment pengambilan spesimen/kerokan kulit, tau-tau sudah jadi saja preparatnya. Pada akhirnya, kami hanya belajar cara mengecat Gram dan meneteskan KOH, kemudian liat preparat yang sudah jadi tersebut. Kami melihat gambaran-gambaran mikroskopis mikrobateriumnya. Me'refresh' kembali ingatan waktu preklinik dan pas penelitian dulu. Kebetulan penelitianku tentang mikrobiologi. Kebetulan juga, waktu itu, kami juga dibimbing dan banyak dibantu oleh pak peci.


Setelah hari semakin siang, kami belum juga melihat cara ngerok kulit untuk mendapatkan spesimen jamur itu. Akhirnya, pak peci meminta salah satu diantara kita untuk jadi probandus untuk diajari bagaimana cara mengambil spesimen atau kerokan kulitnya.

Awalnya, pak peci minta chief kami buat jadi probandus. Tapi, kemudian malah dilempar, daaaaaaaannn... semua mata pun tertuju padaku! Anak-anak melirik sebuah pustul (red:jerawat mateng dengan nanah) dijidatku! Pak peci pun ngincer pustul ku banget buat dikerok dan diambil pusnya. Gilaaaaaa... ini gila namanya. Aku aja g berani mecahin jerawat sendiri, ini mau dipecahin pake ose?? Aku bersikeras untuk menolak, aku tidak bisa membayangkannya.

Awalnya, bahkan mau pake scapel (pisau bedah), hwaaaa.. Belum bisa menalarnya. Lagian kita kan mau bikin kerokan kulit, lesi kering dong harusnya. Lah, kalo pustul gini, bukan kerokan namanya. Masa pustul mau dikerok. Pokoknya aku gamau! Segala pembelaan kukeluarkan dan segala bujuk rayu dan penjelasan pun dilontarkan, tapi tetap saya tidak berani. Hehe..

Kemudian temanku, si bumil, malah menawarkan diri, karena dia merasa ada lesi di kakinya dengan UKK hiperpigmentasi dan terasa gatal, dia penasaran, jadi mau dikerok, jadi probandus kita. Hehe.. Asiiiiikk.. Aku tidak dipaksa lagi kalo gini. Yap, sudah, ternyata begitu caranya, pertama pake sisi tumpulnya, kemudian untuk ngambil kerokannya pake sisi tajamnya, tapi hanya digesrek-gesrek saja, jadi insyaAllah tidak sakit dan tidak bikin luka. Lah, iya temanku itu kulitnya intak, lah aku ini, pustul, kalo gigesrek-gesrek gitu bisa-bisa langsung pecah dan kebayang rasa sakitnya. *pikiran sempit! segala pembelaan aku keluarkan. Hehe. Padahal pak peci udah bilang, kalau hanya dicolek, kecuali kalo buat virus, zank test, itu baru diambilnya dalam sekali. Tapi, aku keburu parno.

Setelah ditetesi KOH, dimana kalo kulit pakenya KOH 10%, kalo rambut KOH 20% dan kalo kuku pakenya KOH 40%. Kemudian ditutup di deckglass dan dilihat di mikroskop. Selesai!! Ternyata, tidak. Tidak berapa lama, Pak Peci kemudian menawariku lagi untuk mengambil pustulku. Hiks.. Belum selesai ternyata..

Dengan berbagai pertimbangan dari otakku yang saat ini sudah terbuka lebar. Mengingat, untuk belajar kita juga, kalau dapet spesimen begini kan kita bisa mengecatnya. Dan, mumpung ada pak Peci yang bersedia menyupervisi kami, Selasa depan belum tentu masih ada pustulku ini. Hihi.. Akhirnya, aku putuskan, yap baiklah, silakan jadikan saya probandus! silakan ambil spesimen pus pada pustulku ini untuk dicat dan dilihat gambaran mikroskopisnya. Hehe. Ternyata tidak sakit. Ternyata biasa aja. Karena ini pengambilan spesimennya berupa pus, jadi pake ose saja cukup. Saya, benar-benar mengawasi sterilitasnya. Pokonya itu ose harus dibakar. Saya kan juga kasihan sama pustul saya ini, walaupun sebiji, tapi yo tetap harus diperlakukan dengan baik kan ya.. Hehe..

Karena sudah gini, jadi sekalian, saya minta untuk diambilin yang banyak sekalian, biar yang lain juga bisa mencicipi untuk mengecat Gram. Dibuatkan 4 preparat dari pustul saya ini, 1 preparat untuk KOH dan 3 preparat untuk pengecatan Gram. Baiklah, tentunya, saya cakcung satu preparat untuk saya cat sendiri. Selebihnya, diserahkan ke teman-teman yang lain.

Karena, sudah waktunya pulang, sebagian teman-teman pulang duluan, dan sebagian dari kami yang tersisa tetap melanjutkan belajar kami. Kami melihat hasil pengecatan kami dan mencari mikroba apa yang ada. Saya pun jadi tau, ini lo mikroba yang ada di jerawatmu ma!! Ternyata isinya, coccus Gram positif dan yeast. Hoho.. Dan ternyata yeastnya banyak, kalau gini berarti terapinya mesti beda ya.

Nyebelinnya lagi, pak peci, selalu menakut-nakutin dengan pertanyaan, "ada diplococcus Gram negatif intrasel nya tidak ya?" Hwaaaaa... tegaaaaaa... Dasar si bapak!

Kata beliau, dulu ada residen yang tesisnya itu mencari sumber penyakit seseorang dari jerawatnya dengan dilakukan pemeriksaan mikrobiologi pada jerawatnya. Dan, saya disuruh baca tesisnya itu! Hoooo.. gitu toh.. Penasaran juga.. Hehe..

4 comments:

  1. Mbak ima dah slesai ikm?? Skrng di bagian kulit yah?? Cepatnya.pdhl kmrin bru ada postingan tentang ikmnya.yg wisata kuliner itu.hehe..

    ReplyDelete
  2. iya lagi di Kulit..
    8 minggu IKMnya..hehe..
    karena di awal dan di tengah stase sulit mencari kesempatan untuk menulis, jadi diborong di akhir-akhir.. hehe..

    ReplyDelete
  3. haha.. ayooo umpetiiiiinn.. jangan sampe keliatan.. hehe..
    *salam kenal mba..

    ReplyDelete