Sunday, July 10, 2011

IKM Jepara: Seri Tugas 'Operasi Timbang'

Sedikit Opini, dari hasil pembelajaran selama tugas IKM individu saya di Jepara.
Boleh setuju boleh tidak. Jika malas, tak usah dibaca.
Hanya perkataan anak kecil.
hehe.. :)

Mungkin, bisa dibilang saya dipekerjakan di Puskesmas ini, atau mungkin ini kerja rodi namanya. Padahal, di sini maksudnya kami ingin belajar tentang manejemen puskesmas dan mempelajari program-programnya. Tapi, saya merasa, kami ini justru dimanfaatkan keberadaannya untuk menyelesaikan program-program mereka. Kalau dosen saya berkata, kami ini seperti mesin, yang hanya menjalankan perintah tanpa berpikir, bukan seperti mahasiswa yang mempunyai otak. Menyedihkan! Dan yang menyedihkan lagi, ada saja masyarakat yang menganggap bahwa saya ini mahasiswa yang sedang memanfaatkan mereka untuk sebuah tugas.

Saya tetap harus bisa menikmati. Itung-itung saya belajar untuk merasakan pekerjaan petugas puskesmas yang seharusnya mengemban pekerjaan ini.

Saya pun mengambil hikmahnya, dengan terjun langsung ke masyarakat dan mendatangi satu per satu masyarakat tersebut, justru membuka wawasan saya dan sebagai media pembelajaran dalam menghadapi masyarakat. Menghadapi masyarakat itu sangat sulit. Semua karakter bisa kita jumpai, dari yang terbuka sampai yang tertutup sekalipun ada. Dari yang ramah sampai yang judes sekalipun ada. Dari yang mau mengerti sampai yang tidak mau tahu pun ada. Tidak bisa belajar sekali dua kali saja, tapi pengalaman yang akan mengajarkan kita.

###

Pelaksanaan operasi timbang Ini adalah program yang diturunkan oleh dinkes kabupaten/kota untuk dilaksanakan puskesmas-puskesmas yang ada di bawahnya dengan sasarannya adalah posyandu. Program ini minimal harus berjalan setahun sekali, tapi nyatanya, tahun lalu saja program ini tidak berjalan. Di Jepara sendiri, terakhir dilakukan operasi timbang itu tahun 2008. Operasi timbang ini sejenis sweeping balita untuk ditimbang dan diukur berat badannya agar didapatkan status gizinya, sehingga dapat menemukan balita dengan gizi kurang maupun gizi buruk.

Kan sudah ada Posyandu, belum cukupkah kerja Posyandu?
Lalu, apa fungsinya Posyandu?

Benar sekali, jika Posyandu sudah berjalan dengan baik, maka seharusnya semua balita di wilayah kerja sudah bisa terdata berat badan dan tinggi badan serta status gizinya. Akan tetapi, produktivitas dari Posyandu sendiri di Indonesia masih rendah, dimana kita lihat dari indikator D/S (jumlah balita yang datang ke Posyandu dibandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ada di wilayah kerjanya) sangat rendah sekali. Contohnya saja, di 2 wilayah kerja posyandu tempat saya melakukan operasi timbang, dimana D/S rata-rata < 80%. Posyandu A, dari 121 balita yang terdata, kurang lebih hanya 20 balita yang datang ke Posyandu untuk ditimbang, sedangkan Posyandu B, dari 45 balita kurang lebih 20-30 balita yang datang. Menyedihkan bukan, miris sekali rasanya. Keadaan inilah yang mengakibatkan, banyaknya balita yang gizi kurang maupun buruk yang tidak terdeteksi dengan cepat, sehingga intervensi menjadi telat dilakukan dan balita tersebut keburu berada dalam kondisi yang semakin parah. Banyak orang tua yang tidak membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang.

Apa susahnya membawa anak ke Posyandu?

Mengumpulkan orang-orang agar mau datang ke posyandu untuk ditimbang itu susahnya bukan main. Ketika diajak untuk ke posyandu, ada aja segelintir orang yang malah berkata “nggo opo anak ku ditimbang?”, atau “anakku sehat-sehat saja walaupun g pernah ditimbang”, tidak bisa ngomong apa-apa lagi kalau seperti itu yang dihadapi, selain memberikan pengertian betapa pentingnya balita ditimabng sebulan sekali, yang itu pun seringnya diabaikan.

Ada juga yang berkata, “anakku wes diimunisasi”. Ternyata masih banyak pemahaman yang salah di masyarakat, bahwa posyandu itu hanya untuk imunisasi. Sebenarnya tidak begitu pemahamannya, posyandu itu untuk memantau pertumbuhan balita. Semua balita, bukan hanya yang akan diimunisasi. Masyarakat tidak merasakan pentingnya menimbang anak mereka, sehingga mereka pun malas untuk ke posyandu setelah imunisasi selesai. Di situlah sebenarnya perlu adanya suatu revitalisasi dan inovasi untuk posyandu. Agar fungsi posyandu bisa berjalan dengan baik.

Mengoptimalkan fungsi Posyandu? Kenapa tidak?

Saya lihat begitu banyak program-program yang sebenarnya secara konsep bagus. Tapi, semuanya itu tidak ada yang bisa berjalan secara efisien. Perhitungan di awal yang kurang matang. Dedikasi petugasnya yang kurang. Atau memang beban kerja petugas yang terlalu berlebihan. Atau mungkin memang lingkungan masyarakatnya yang tidak mendukung. Saya juga tidak tahu persis.

Benar kata dosen saya, ketika kita menjadi seorang manejer, ketika ingin menambahkan tugas baru di luar tugas pokok, maka kita harus pikirkan secara matang. Misal, apakah tugas pokoknya sudah maksimal belum? Siapa tau tugas tambahan tersebut bisa diselesaikan hanya dengan mengoptimalkan dan mengefisienkan tugas pokoknya. Lalu, kita juga harus perhitungkan beban kerjanya, agar jelas. Kalau memang tidak mencukupi karena beban kerja sudah berlebihan, maka mintalah petugas tambahan baru. Kalau ternyata, masih cukup, tapi petugas sudah merasa terlalu menumpuk bebannya, maka di situlah sebagai manajer kita harus bisa meyakinkan bahwa beban kerja yang diterima itu cukup dan tidak berlebihan, mungkin ada ketidak efisien an dalam menjalankannya, kita bisa mengingatkan itu pada mereka. *jadi, pengen bisa menghitung analisis beban kerja kalau begini.

Bisa dibayangin, operasi timbang ini, pada akhrinya akan dilaksanakan oleh kader dengan disupervisi staf bagian gizi Puskesmas. Waktu saya meminta kader untuk menemani saya saja, mereka agak keberatan, bagaimana kalau mereka dibebani tugas ini begitu saja. Kader adalah orang-orang yang tidak digaji dan tidak semua kader memiliki kesadaran dan pengetahuan yang baik untuk bisa mengerti betapa pentingnya pelaksanaan operasi timbang ini. Bukan hanya sekedar data BB, TB, dan Status gizi saja, akan tetapi lebih dari itu. Operasi timbang ini sangat berarti untuk anak-anak yang gizi kurang maupun gizi buruk yang tak terdeteksi sama sekali sebelumnya. Jadi, tidak bisa asal timbang, asal ukur, serta asal lapor saja.

###

Pelaksanaan Operasi Timbang

Berhari-hari saya keliling desa ini, membawa timbangan dacin seberat 25 kg, bersama kader dengan motor. Mendatangi rumah warga, mengumpulkan anak-anak yang ada disekitarnya untuk ditimbang dan diukur tinggi badannya. 160 balita yang harus ditimbang dan diukur tinggi badannya dalam waktu yang sangat sempit, hanya satu minggu ditambah intervensi yang harus saya lakukan.

Belum lagi, antara data balita yang ada di buku cohort balita yang dipegang bidan desa tidak sama dengan yang ada di lapangan. Kami kerja tidak kenal waktu, minggu-minggu tetap kami laksanakan, dari pagi sampai sore saya berkeliling. Sampai akhirnya, kaderku berkata, “mba.. wis to, dikarang wae.. mba e kesel..” Hanya bisa tersenyum mendengarnya. Hatiku berujar, “Bagaimana kalau ternyata anak-anak yang tidak saya timbang ini gizi kurang atau buruk bu? Saya merasa bersalah sekali kalau sampai tidak saya laporkan.” Bahkan bidannya pun menyarankan hal yang sama padaku. Ngerii.

Saya tetap mengusahakan sampai hari deadline pelaksanaan tugas ini. Dari 2 wilayah kerja posyandu tersebut, saya dapatkan 26 balita dengan gizi kurang. Kemudian, lusanya saya mulai melakukan intervensi pada balita-balita tersebut dengan mendatangi rumah orang tua balita tersebut dan memberikan sedikit penyuluhan dan motivasi kepada mereka.

###

Saya yang hanya sekali ini saja melakukan operasi timbang, berasa sangat berat, dan mungkin jika tidak dituntut dengan tugas, saya pun belum tentu mau melakukannya. Bagaimana dengan kader yang terus-terusan, tiap tahun dituntut untuk melakukan ini? Pada akhirnya, data hanya sekedar data, sangat mungkin terjadi dan akhirnya esensinya tidak dapat. Di sinilah, sebenarnya bisa dipikirkan untuk melakukan efisiensi dari program-program yang sudah ada agar berjalan dengan efektif. Mengoptimalkan yang sudah ada, tidak sekedar berpikir pada penambahan program-program baru. Bagus, jika program-program baru tersebut bisa berjalan dengan efektif, efisien, dan optimal, tapi kalau tidak, sangat disayangkan.

2 comments: