Saturday, August 27, 2011

Ice Cream Brownies



I love ice cream so much!!



*kurang cantik tampilannya.. tak apalah.. :)

Tingkah Polah Anak 15 bulan





Pake Sepatu Sendiri


Nonton TV: "pilih chanel sendiri"


Jadi Tukang Kebunnya Atuk


Bergaya di Taman

Tingkah Polah Anak 15 bulan

<img src="http://multiply.com/mu/imadr/image/1/photos/135/1200x1200/2/IMG-8056.JPG?et=T3ppB7KAj5yWlu8HKQvAKA&amp;nmid=482311994">

Thursday, August 25, 2011

Inikah Rasanya...


Prolog
Sebenernya ini bukan kali pertama saya jualan, tapi ini adalah jualan yang paling bikin berkesan. Dulu sekali, saat saya masih menjadi mahasiswa pre klinik yang sok-sokan mengaktifkan diri diberbagai kegiatan kampus, lumayan sering diposisikan di sie danus, dimana kerjaannya memang mencari uang agar acara dapat berjalan dengan lancar. Jadilah, saya cukup sering berjualan. Pengalaman saya menjadi danus, mulai dari mencari sponsorship berkelana dari satu toko ke toko lainnya, menjual buku-buku dari penerbit yang mau memberikan harga diskon, menjual makanan-makanan ringan yang diedarkan selama proses pembelajaran di kelas maupun diletakkan dari kos ke kos, menjual jilbab yang saya ambil dari bandung. Bahkan, saya pernah mencicipi jualan baju bekas aul-aulan di simpang lima pada hari minggu.

Dan ternyata, dari sekian banyak usaha-usaha yang pernah dijalankan, yang paling menghasilkan adalah jualan baju bekas aul-aulan. Baju bekas kami kumpulkan dari teman-teman kami secara sukarela. Sebelumnya, kami pilihin yang masih layak pakai sekaligus memberikan harga pada baju tersebut, tapi saking banyaknya baju, akhirnya kami memberikan harga secara spontan, walaupun ada beberapa yang sudah kita bandrol terlebih dahulu. Kami bersaing dengan para penjual baju bekas aul-aulan lainnya yang lebih profesional dari kami, tapi kami tetap tidak kehabisan pembeli. Hari pertama kami berjualan, kami langsung mendapatkan empat ratus ribu, saya ingat betul dan saat itu saya terkaget-kaget, karena ini adalah keuntungan yang paling besar yang didapatkan dalam waktu sehari saja, biasanya dari jualan makanan deelel itu susah bener akhirnya bisa dapet sebesar itu.

Ada bakat wirausaha tidak?
Kalo ngomongin bakat, hm.. ada bakat g yah? Yang jelas memang sebenarnya keluarga dari pihak ibu sendiri banyak yang basicnya wiraswasta. Kakek dan nenek saya adalah seorang wiraswasta. Kakak-kakak ibu serta adik-adiknya juga semua berwiraswasta, atau paling tidak nyambi dengan berwiraswasta. Yap, kalau dipikir-pikir hanya ibu yang tidak pernah menjalankan usaha apapun, dan setiap anak-anaknya menyarankan beliau untuk menjalankan suatu usaha, pasti beliau mengelak. Haha. Sepertinya ada trauma tersendiri. Eh, tapi sempet si mengelola koperasi di tempat ayah bekerja dulu bersama ibu-ibu darmawanita lainnya, serta saat ini ikut nanam modal diusahanya temen ibu.

Jualan: Sebagai Alat Pemuasan Hobi dan Pencarian Pengalaman
Dan, sekarang saya belajar berjualan untuk kepentingan pribadi, pemuasan hobi dan pencarian pengalaman. Ini adalah usaha kolaborasi dengan seorang teman satu koasan, Iffa. Produk kita, pertama dipasarin ke teman-teman satu koasan juga pastinya dan sahabat-sahabat terdekat.

Kepada teman sekoasan, teman koas Gimul, dan teman-teman terdekat
Produk kami produk wanita, sedangkan teman sekoasan kami laki-laki semua, Gimana caranya? Kami tidak kehabisan akal untuk tetap menawari ke para lelaki itu, dengan segala bujuk rayu. Gini nih contohnya, “ayooo, Hanin dibeli, buat Arti sama adekmu!” Hanin tidak bisa banyak berkutik, “iyaaaa... pilihin aja mana yang bagus.” Haha.. pasrah sekali dia. Dia ini pengusaha yang kelasnya udah berat, rumah makan yang dikelolanya cukup banyak dan saat ini sedang merencanakan untuk merilis satu lagi rumah makan di Semarang. Oia, tadi Hanin memborong lagi 6 buah bros etnik, tapi request untuk dikemas ke dalam kotak. Katanya mau dikasihin ke saudara-saudaranya. Hwaaaa.. Dagangan kami diborong lagi.

Kemudian, sasaran berikutnya, Hanif, “Haniiif, ayo beli buat adekmu..” “iyaaaa..” lagi-lagi tidak bisa berkutik, tadinya mau ditawarin Hanif, buat dipasarin adiknya di kampusnya, tapi ternyata adiknya lagi sibuk. Dia ini juga sudah berpenghasilan sendiri, gencar usaha dan sangat getol mentranslet jurnal.

Kemudian Gugum, saat kita tawarin, “Gum, ayooo beli, buat ibumu. Kamu kan anak bageur, biar ibu makin bangga punya anak kamu.” Haha.. si Iffa ni yang punya kerjaan, ada aja caranya ngerayu. Tapi, si Gugumiho –begitu kami memanggilnya- ini cuma cengengesan doang. Akhirnya, dengan segala bujuk rayu Iffa, Gugum pun mengiyakan. Yessss!! Hihi.. Tapi, ada syaratnya, harus dikotakin dia baru mau beli. Gugum juga, sering ikut translet jurnal bersama Hanif. Mereka ini pada konsisten kerja dibidangnya, tidak seperti aku yang sukanya ogah-ogahan.

Kemudian sasaran berikutnya, Fanny, teman satu stase Gimul, dia ini bumil yang sangat ceria sekali. Kalo beli produk kami paling royal. Pelanggan yang membeli paling banyak. Seneng deh rasanya. Beli gantungan kunci colorful aja, dia mpe beli 5, gantungan kunci etniknya beli satu, sama bros etniknya dia mpe beli 4! Mantab kan bumil yang satu ini, bener-bener pelanggan setia.

Pelanggan setia berikutnya itu Gisda, dia paling antusias setiap kita menawari koleksi kita. Sepertinya dia tidak ingin mengecewakan sahabatnya mungkin, hehe. Tapi, kalau dipikir-pikir yang kita buat itu memang seleranya Gisda juga. Selera kami berdua memang sering senada. Warna-warna kalem dan tidak ngebling-bling. Gisda ini beli gantungan kunci colorfull 2 buah di saat pertama kali kami bikin dan bahkan itu belum kami jual bebas dan saat ditunjukkin bros etniknya, dia sangat antusias, kemudian dia beli 3, horeeee..

Ada lagi, cerita dengan ibu-ibu pegawai RS kami yang tidak dikenal sebelumnya, hanya gara-gara kami mengeluarkan bros untuk diliatin ke temen-temen saat diacara lomba cerdas cermat merayakan HUT RS kami. Beliau langsung ijo matanya dan meminta untuk melihat serta langsung membeli 2 buah, padahal itu adalah jualan bros perdana dan baru jadi 4 buah bros. Rejeki.. rejeki..

Pengalaman tidak enak juga kami rasakan, pertama kali menjajakan, produk gantungan kunci kami langsung dikatakan ‘kaya anak-anak’, kemudian saat jadi versi kedua malah dibilangin ‘bagusan jadi bros aja’ saat sudah dibuat bros nya, g dibeli juga, hahaha.. Tidak apa-apa.. Tapi, diantara kelompok Gimul yang senior-senior itu, Mba indri akhirnya mau membeli bros sekaligus gantungan kuncinya, asiiik!! Dan beberapa item gantungan kunci pun terjual pada koas-koas stase Gimul. Oia, mba Ivana akhirnya pun ikut membeli satu buah bros etnik. Alhamdulillah..

Door to door, dari kos ke kos
Kemudian, jualan berikutnya, dengan versi mendatangi kos-kosan langsung. Datengin kosan Retno, langsung disambut bahagia, diboronglah 3 item. Alhamdulillah.. terus, sasaran berikutnya adalah kosan Vera, sayang sekali, Andin yang sekosan sedang pulang, Izai yang tetangga kosan sedang bantu-bantu tarling radiologi, akhirnya sasaranku hanya Vera seorang diri. Dan, taukah apa yang terjadi? Saya diceramahin sama dia, haha. Vera ini orangnya emang cerewet si, jadi ya saya telan saja lah kata-katanya itu, bisa dijadikan masukan juga memang. Vera ini juga jauh lebih berpengalaman di dunia perdanusan. Jadi, tidak heran sarannya ini sebenernya efektif dan efisien sekali. Haha.. Tapi, dia tetap membeli 2 item setelah menceramahi saya panjang lebar. Sehabis itu, kami keluar mencari bukaan, di jalan bertemu Bedil, dan taukah apa refleknya setelah saya tawarin bros ini? Tanpa pikir panjang dan tanpa banyak cingcau, dia langsung memilih dan membeli. Saya langsung tertawa dan bilang ke Vera, “ver..ver.. beda banget ya sama kamu. Hihi..”

Epilog
Masih banyak lagi pengalaman lain sebenernya, pengalaman ditolak dengan berbagai cara, pengalaman hanya sekedar dipuji dan dikomentarin hasil karyanya tanpa dibeli, pengalaman dikasihani orang-orang. Saya dan Iffa semangat berjualan juga karena lingkungan kami yang memang mengajarkan. Melihat teman-teman lain yang sudah berpikiran ke arah usaha dan mencari uang sendiri walaupun masih kuliah, sepertinya saya memang harus banyak-banyak belajar dengan orang-orang seperti mereka. Aku bangga dengan mereka-mereka itu. Dan, sampai sekarang, aku masih saja begini, tidak ada perubahan, masih dibiayai ortu, masih belum bisa cari uang sendiri, padahal umur udah setua ini.

Friday, August 19, 2011

Bros Peniti Etnik:: Dijual!




Namanya usaha kecil-kecilan sekalian nyalurin hobi..
Jadi, ya barangnya juga terbatas.. limited edition..
Sebenernya udah jadi 7, tapi udah ke sold out 3, belum sempet motoin, hehe..
Versi lainnya, sedang dalam penyelesaian.. ^^v

ada yang berminat?

Gantungan Kunci Etnik:: Dijual!


sold

Kerjaan selama libur 17an. Hehe..
Usaha kecil-kecilan kami (saya dan Iffa) untuk mengisi waktu sekaligus belajar berbisnis. Hehe.

Sebelumnya, kami ini bikinnya gantungan kunci yang full color. Saat dijajakan di Gimul, yang notabene banyak kakak-kakak yang usianya lebih tua dari kami, mereka pada protes, katanya gantungan kunci yang kami buat terlalu kekanak-kanakan. Hehe.. Kami memang jiwa anak-anak.

Kemudian, mereka menganjurkan untuk bikin yang versi dewasanya. Tantangan mereka kami jawab dengan ini. Hehe.
Eh, besoknya, saat menjajakan gantungan kunci yang sudah tampak lebih dewasa ini, mereka protes lagi. Katanya ini bagus kalo dijadiin bros peniti. Hooo.. lagi-lagi.. tantangan diterima! hehe.. Besoknya kami ganti haluan membuat versi bros nya..

Gantungan kunci kami ini, sengaja dibuat tidak banyak dan berbeda-beda. Jadi, dijamin tidak sama satu dengan yang lainnya, walaupun ternyata jadinya mirip-mirip juga, tapi detilnya ada yang membuat beda tiap gantungan kunci.
Alhamdulillah udah terjual 6. Masih 4 lagi.
*ada yang berminat? bisa PM.

Nyicipin Jadi "Dokter Gigi-Dokter Gigi" an Sebulan..

Gimul -Gigi dan Mulut- merupakan stase dimana aku berada. Ini salah satu stase yang asiknya bukan main. Memang momen yang pas, di saat bulan mulia ini, saya ditempatkan di stase yang Alhamdulillah tidak berat, bahkan cenderung santai. Tidak perlu dipikirkan setelah ini harus menempuh stase apa, yang pasti, nikmati dulu sebaik-baiknya stase ini. Hehe.

Selepas dari kulit, rollingan yang telah ditetapkan sebelumnya mengatakan bahwa saya dan teman sekelompok koas saya harus menempuh stase Gimul. Di stase ini, awalnya saya pikir hanya ber 11, yaitu dari 2 kelompok koas ditambah satu bumil yang melarikan diri sementara dari kelompoknya. Bulan-bulan ini adalah bulan-bulan paceklik (sebutan untuk bulan-bulan di dunia perkoasan RS kami, dimana terjadi kemerosotan jumlah koas karena belum masuknya koas angkatan setelah kami, dan telah  keluarnya koas angkatan di atas kami). Biasanya pada bulan-bulan paceklik ini, di setiap stase hanya ada 2-3 kelompok (10-15 orang), yang kasian biasanya koas stase besar, dimana mereka jadi jaga ekstra banyak, bisa ding-dong, bahkan ding-ding (istilah untuk waktu jaga yang sangat padat, sehari jaga-nggak-jaga bahkan jaga-jaga-nggak-jaga). Kalau untuk stase kecil-kecil yang bahkan tak ada jaganya macam Gimul ini, tidal masalah walau berdikitan sekalipun.

Dan, taukah teman? Ternyataaaaa.. Saat, pertama menginjakkan kaki di poli gimul, saya kageeeet luar biasa! Ternyata, yang masuk tidak hanya 2 kelompok koas, melainkan 4 kelompok koas ditambah 2 orang yang kabur sementara dari kelompok koasnya dengan alasan yang pastinya telah diterima oleh bagian akademik. Jadi, total koas yang sedang menjalankan stase Gimul periode ini adalah berjumlah.... 21. Ada salah satu personil salah satu kelompok yang ternyata kabur juga, pindah stase. Hwekekeke.. 21 koas Gimul, dengan 11 koas Interna, 15 koas bedah, 15 orang koas anak, 14 koas Obsgyn, 9 orang koas neuro, dsb. Haruskah aku senang dengannya? Saya sendiri bingung, atas dasar kebijakan macam apa, para pemegang hak itu membagi rollingan stase kami?

Ber21, kerjaan sehari-harinya, di minggu pertama ngalay-ngalay di ruang koas. Nonton, main game, sekali-kali ngerjain tugas, kami belum turun meriksa pasien di minggu ini. Sekali-sekali, kami menengok keluar, melihat para dokter gigi itu meriksa sebelum akhirnya kami sendiri yang harus meriksa.


Di minggu kedua kami sudah mulai aktif menerima pasien, anamnesis dan periksa-periksa. Buka, mulutnya bu!! Buka mulutnya, Pak!! Tapi, belum diberi kesempatan untuk nyabut gigi sendiri, selalu saja tidak berani, hehe. Semoga lain waktu bisa ekstraksi gigi dan tidak takut lagi, jadi tidak hanya sekedar periksa dan belajar mendiagnosa.


Kami juga menyempatkan buka bersama, walaupun tidak komplit. Selain kulit dan IKM, kayanya saya g pernah makan bersama dengan temen sekoasan begini. Kulit pun karena undangan dari bagian. Hehe..


Dan.. yang paling lucu.. adalaaaah..
Kegiatan kami hari ini! hihi..
Jadi, kami diminta untuk jadi supporter Cerdas Cermat! Ber21 (ya, walaupun ada aja yang kabur-kaburan), pergi ke Aula RSDK. Saya, awalnya bingung, cerdas cermat apaan? Saya menemukan cerdas cermat lagi, terakhir waktu masa-masa kuliah pada acara-cara kampus. Ternyata, ini adalah cerdas cermat untuk memeriahkan HUT RS kami, dan pesertanya adalah pegawai-pegawai RS kami, mulai dari staff administrasi, perawat, bahkan dokternya turun. Pastinya, dari SMF Gimul, menurunkan dokter gigi semua. Pertanyaan-pertanyaannya itu MRS banget. Dan lucunya lagi, cuma kami koas yang datang. Hihi. Tapi, jadi tau lebih banyak tentang perumah sakitan. Dan hikmah dari menonton acara ini adalah, bross ku diborong sama ibu-ibu staf direksi RS kami, hahaha.. Alhamdulillah..

Oiya, jadi, kerjaanku selama di stase Gimul ini, selain yang di atas itu, sayapun berjualan. Jualan Gantungan kunci dan bros hasil karya aku dan Iffa, originally! hehe..
Ada yang minat? Gambar nanti saya upload kan..

Saturday, August 13, 2011

A Little Thing Called Love


tidak tahu berapa lama itu
bahwa aku harus menolak segala sesuatu
menyembunyikan semua kebenaran di hatiku

setiap kali kita bertemu
setiap kali kau memandangku
aku hanya berpura-pura bertahan
tahukah kau betapa aku menahan diriku

dapatkah kau mendengar itu?
hatiku..
memberitahumu bahwa aku mencintaimu
tapi aku tidak bisa mengungkapkan perasaanku sebenarnya

bisa kah kau dengar itu?
hatiku..
menanti kau membukanya
hanya dapat berharap kau akan mengetahuinya
suatu hari

meskipun aku mencintaimu
walaupun aku merasakannya
tetapi jauh di dalam tidak cukup berani

setiap kali kita bertemu
setiap kali kau memandangku
aku hanya berpura-pura bertahan
tahukah kau betapa aku menahan diriku

dapatkah kau dengar itu?
hatiku..
mengatakan padamu aku mencintaimu
tapi aku tidak bisa mengutarakan perasaanku yang sebenarnya

bisakah kau mendengar?
hatiku...
menunggu kau membukanya
hanya dapat berharap kau akan mengetahuinya
suatu hari

###




Aih.. aih.. ini so sweet banget.. Dalem banget ceritanya..
Cinta yang tak terkatakan.. Cinta yang memiliki energi positif..
Cinta p'nam pada p'shone.. Cinta p'shone pada p'nam..
Secara keseluruhan film ini lumayan aja si, cerita cinta-cintaan anak ABG yang endingnya agak wagu, tapi ngena aja di hati ini..
 
Setelah 9 tahun berpisah, mereka bertemu di acara tv gitu, p'shone sebagai fotografer ternama dan p'nam sebagai designer terkenal. Yang bikin wagu, masa mereka malah saling mengatakan cinta di sana.. aneh banget kan.. haha.. *selera romantisku kah yang rendah? apa emang aneh juga menurut kalian?

Padahal, klo endingnya cuma sampe pas mereka berpisah aja, jadi cerita menggantung gitu, lebih bikin hati was-was dagdigdugder.. Jadi lebih keren, hehe.. :) *dasar ima! g bisa liat orang seneng ya, bisa bersama dan hidup bahagia.. *haha.. mumpung ini film, jadi agak didramatisir dikit lah ya.. wkwkwk.. Kalo kisah nyata, aku pun berharap ending yang bahagia, kebersamaan keduanya.. :)

Yang paling berkesan, saat tahu cintanya p'nam yag sudah tertanam hampir 3 tahun, tertolak. Hiks.. kasian deh.. Ngenes banget ya, padahal udah mengerahkan segala rasa malu sampe pada akhirnya mengatakan apa yang ada di hatinya, eeehh.. malah tertolak gitu..

Tapi, so sweet, ternyata, p'shone pun sebenarnya mencintai p'nam sejak dulu sekali. Padahal dia terlihat cuek, tapi, tahukah kalian, dibalik itu, dia diam-diam memiliki rasa.. dia diam-diam senang memotret p'nam dan mengumpulkan dalam sebuah album. Dia menyimpan coklat pemberian dari p'nam yang sudah meleleh kena sinar matahari. Dia memberikan apel pada p'nam, tanaman mawar (bukan bunga, tapi setaneman2nya) tapi tidak pernah terang-terangan dan mengakuinya, bahkan pada waktu p'nam akhirnya menyatakan cintanya secara terang-terangan pun dia masih belum mengakui kejujuran hatinya bahwa dia pun mencintainya. Karena ada satu alasan. Sebuah alasan yang berdiri diatas nama persahabatan.. apakah itu?? *tonton sendiri aja deh ya.. hehe.. :)

oiya, p'nam itu cewek.. sedangkan p'shone itu cowok.. jangan ketuker ya..

*kedua gambar diambil dari google..

Thursday, August 11, 2011

::Bunga Lantana Camara:: It's a Life!

"together with some variant behavior and outlook,
 it's such a life"


Seperti halnya bunga ini, bunga liar yang tumbuh di hutan, semak belukar, dan sawah. Bunga Cente atau Bunga Lantana camara. Tetap hidup beriringan satu sama lainnya, dalam satu pohon, walaupun mereka berbeda-beda warna. Hidup harmonis dalam satu ranting, walaupun tiap kelopaknya mereka berbeda. Yup, itulah kehidupan, yang mana diantara keanekaragaman penghuni alam ini, antar spesies bahkan antar individu, dapat hidup beriringan hingga terjadi harmonisasi bahkan terlihat keindahannya.

Sudah selayaknya setiap penghuni alam untuk saling bertoleransi agar dapat hidup beriringan dengan harmonis. Manusia bertoleransi terhadap hewan, agar tidak memburu seenaknya, manusia bertoleransi terhadap tanaman agar tidak semena menebangnya. Hewan dan tumbuhan yang saling bertoleransi, agar keseimbangan alam ini tetap utuh. Hewan makan tanaman, hewan menghasilkan kotoran dan kotoran diperuntukkan bagi tanaman. Simbiosis yang bagus bukan? Hewan yang memberikan manfaat pada manusia, tanaman yang memberikan manfaat bagi manusia. Manusia pun harus menjaganya, itu namanya toleransi, saling mengerti dan saling memahami.

Begitu juga manusia dengan manusia, satu-satunya makhluk hidup yang diberi akal. Sesamanya harus bisa saling memberi manfaat, sesamanya harus bisa saling mengerti dan memahami, sesamanya harus memiliki toleransi, tidak ada yang namanya egoisme diantara individu. Tidak selayaknya saling merugikan satu sama lain. Hidup berdampingan dengan harmonis seharusnya dapat terwujud, menjalankan hak dan kewajiban sebagai makhluk Tuhan, sebagai manusia yang diberikan amanah di bumi ini. Setiap manusia memiliki kepentingan dan harapan maisng-masing. Manusia merupakan makhluk unik dengan spesifikasinya masing-masing yang tentunya tidak sama. Disitulah, maka dibutuhkan yang namanya toleransi, agar dengan segala perbedaan, mereka tetap dapat hidup saling beriringan dengan harmonisasi yang indah.



*gambar bunga Lantana camara lainnya yang ketangkep kamera sakuku..



Wednesday, August 10, 2011

...Bunga Tegar...

"Tetaplah tegar menatap mentari, hingga sang malam datang, membawamu kembali kepangkuan sang bunda.."


*adakah yang tahu teman, bunga apakah ini? saya mencarinya di google tapi tidak berhasil menemukan namanya, karena saya sendiri bingung bagaimana mencarinya, selain dengan mengetik keyword, 'bunga'. Ini adalah bunga yang ada di taman kecil ibuku. Hanya sendiri, bagai ilalang yang tumbuh menjalar, mekar dengan indahnya, namun ketika malam menjelang dia menguncup. Jadi, saya  namai bunga tegar dulu saja ya.. :)

Sunday, August 7, 2011

Es Tipis


Description:
Cocok untuk berbuka. Rasa asem jeruk nipis dan manis gula pasir yang beradu ditambah parutan timun yang krenyes-krenyes segeeer..



Ingredients:
1. Timun
2. Jeruk nipis
3. Gula pasir
4. Air putih
5. Es batu

Directions:
1. Parut timun dengan parutan keju
2. Peras jeruk nipis dan tambahkan air
3. Rebus gula pasir dengan air secukupnya
4. Campur timun parut dengan air jeruk nipis dan air gula.
5. Tambahkan es batu

Tak Ada yang Menandinginya: Tahu Gejrot Cirebon

Kamu tau tahu gejrot?


Tahu Gejrot merupakan makanan khas Cirebon. Tahu yang khas diberi kuah gula jawa yang khas juga disertai ulekan cabe rawit dan bawang merah, disajikan dipiring hitam dari tanah liat. Harganya kisaran Rp 3000,00 biasanya dapet 10 tahu.

Rasanya sangat unik, tapi tidak bisa dipukul rata dijamin semua lidah bisa menerima panganan ini. Ternyata, teman saya yang asli Cirebon saja tidak menyukainya. Tapi, ini makanan rakyat yang lezat dan patut untuk dicicipi jika menginjakkan kaki di Cirebon. Lebih asoy lagi, kalo makannya di wadahnya yang khas dari tanah liat itu. Oia, yang jualan juga khas, yaitu menggunakan bakul yang dijinjing di bahu sambil berjalan.


Saat ini, tahu gejrot udah merajalela ternyata, di Semarang udah  kek jamur aja. Banyak kujumpai tahu gejrot di pinggir-pinggir jalan. Aku yang sangat menyukai makanan ini, pastinya ikut mencicipinya. Tapi, eh tapi.. rasanya mengecewakan. Tak ada yang tahunya sama persis seperti yang saya makan di Cirebon. Tak ada juga yang kuahnya berasa sama dengan yang saya makan di Cirebon. Hehe. Rasa tahu gejrot yang khas itu udah nempel di lidah ini, jadi tak bisa dibohongi, hehe..

Setiap ada kesempatan pulang, rasanya selalu menyempatkan diri untuk mencicipi panganan khas Cirebon ini. Hm.. Nyummmmii..






Thursday, August 4, 2011

Rejeki berbuka.. :)

Hadiah dari Peluh Keringatku

Terkadang saya suka diminta bantuan teman-teman untuk mentranslet jurnal-jurnal dari para residen. Saya tidak pintar bahasa inggris, justru ini sebenarnya melatih kemampuan bahasa inggris saya. Enaknya lagi, ada fee translet per lembarnya. Kalau lagi di stase kecil dan tidak sedang ujian, saya baru mau nerima. Kalau tidak. Hm.. jangan harap. Lagi dalam keadaan santai pun saya suka malas sendiri disuruh translet jurnal. Paling-paling saya pun hanya mengerjakan 2-3 lembar jurnal saja dan itu pun setelah ditranslet dengan font yang telah disesuaikan dapetnya paling berapa lembar saja. Tapi, itu lumayan, jadi tambahan uang buat senang-senang. *loh? Hihi..

Pernah, sekali-kalinya saya nerima transelatan yang jumlahnya lumayan banyak, 2 bab buku. Setelah ditranslet, hasilnya berlembar-lembar, jadinya saya dapet fee buesaar deh. Yap, karena belum kerja dan belum pernah dapet uang dari hasil jerih payah sendiri, menurutku segitu adalah uang yang besar. Hehe. Ntahlah, rasanya bahagia aja bisa dapet uang dari usaha sendiri gitu.

Selama ini, selain dari jurnal-jurnal itu, saya juga pernah dapet uang sendiri dari jaga klinik suatu lembaga sosial. Bukan menjadi dokter tentunya, hanya sebagai tenaga perawat atau bisa dibilang tenaga farmasinya. Dari situ  juga lumayan fee nya, bisa buat makan sehari.

Semuanya itu saya lakukan serabutan. Yap, bukan pekerjaan yang rutin dan sering saya lakukan. Dan
fee yang didapat itu melainkan hanya sebagai side effect nya saja karena tujuan utama saya sebenarnya bukan itu saat ini. Cari pengalaman dan belajar. Dengan mentranslet jurnal, saya bisa sambil belajar bahasa inggris sekaligus mempelajari konten yang ada di dalam jurnal. Kemudian dengan meluangkan waktu untuk jaga klinik, saya jadi belajar dan menambah pengalaman melihat pasien.

Tidak seberapa memang, tapi berharga. Hehe.


Daaaan.. kemarin baru nranslet jurnal yang fee nya pun tak seberapa. Tadinya, ingin aku belikan buku, seperti biasanya. Tapi, sekarang, saya pengen beliin sesuatu buat ponakan, kebetulan abis melihat baju sweater yang cantik banget, jadi langsung aku beliin deh.

Ini dari anti buat Fakhira, semoga muat ya di Fakhira.. :)



Jadi Belajar Kalo Ujian

Kalimat itu.. memiliki banyak arti untukku..

Pertama, ya.. kalo g ujian saya jadi ga ngebaca buku-buku textbook maupun buku kuliah deh. Buku-buku yang sudah menumpuk dan kubeli dengan semangat karena keingintauanku yang besar, tapi tidak ditunjang dengan tingkat kerajinanku yang tinggi. Jadi lah, terserak sekedar terserak di lantai.

Nah, saat ujian akan datang, mulai terdengar geruduknya, mulai terasa hawanya, mulai tersadar ragaku, panik deh yang ada. Beluuuuum bacaaaaaa!! Akhirnya, waktu yang mepet semepet-mepetnya dipakai buat mempelajari segala penyakit yang ada di masing-masing setiap stase dan apa yang terjadi? Selembar demi selembar dibuka, daftar isi yang pertama dicari. Membaca dari atas sampai bawah dengan jeli. Memilah-milah..

“Yang ini.. lewat... yang ini.. hm.. paling jarang keluar.. kalo yang ini.. ah paling juga gda pasiennya. Ini aja ni, sering banget ni dikeluarin dan dibahas..”

Baru deh, buka halamannya dan mulai membacanya. Setelah beberapa menit, waktu semakin mendekati. Hati kembali galau. Mempercepat membaca, ntah ngerti ntah tidak, yang pasti bisa selesai dibaca. Kembali ke daftar isi, pilah-pilah lagi, terus.. terus.. pergolakan batin terjadi, seperti yang sudah-sudah..

“Yang ini.. lewat... yang ini.. hm.. paling jarang keluar.. kalo yang ini.. ah bukan kompetensinya.. yang ini.. jarang paling pasiennya, selama ini tidak nemu.. Nah.. ini aja ni, sering banget ni dikeluarin dan dibahas..”

Kemudian, kembali ku buka.. dan kembali terjadi pergolakan batin setelahnya. Bagitu seterusnya dan seterusnya. Sampai akhirnya, mengambil jalan dengan hanya menghafalkan lembaran-lembaran fotocopian teman-teman yang telah rajin meringkas materi-materi dari buku kuliah tersebut. Ntah buku mana yang jadi sumber. Begitu banyak fotocopian ringkasan yang dibuat dengan isi yang kadangkala berbeda, fotocopian ini bilang dosisnya sekian, fotocopian yang itu bilangnya dosisnya segitu. Nah, mana yang benar? Sesat.. sesat bersama kita. Kalau sempat, disempatin buka buku aslinya, mencari kebenaran fotocopian-fotocopian itu. Kalo rajin si buat ringkesan sendiri, walaupun kenyataannya moment langka 'ima rajin'. Hihi..

Yah.. kalau tidak ujian saya tidak belajar jadinya. Tidak membaca buku-buku textbook itu. Hanya berbekal dari tentiran dan diskusi yang telah berjalan sebelumnya, yang semestinya tidak sekomplit buku-buku kuliah. Tapi, saya memang tipe yang ditentirin baru ngerti ketimbang baca sendiri. Hehe..

Kedua,
Kalau ujian pasien itu kan sama supervisor langsung. Tentunya mereka itu lebih banyak ilmu dan pengalamannya dari residen apalagi koas-koas kek kita ini. Saat ujian pasien dengan supervisor itu adalah suatu moment untuk membuka ilmunya mereka. Begitu banyak pertanyaan yang pada akhirnya membuat kita terbengong-bengong, pertanyaan-pertanyaan yang tak pernah terkuak dalam pembelajaran sehari-harinya kita. Pertanyaan-pertanyaan yang harus digarisbawahi dan perlu diperhatikan. Ntah kenapa, keluar aja dari bibir sang supervisor tersebut. Yah.. ilmu dan pengalaman mereka memang luar biasa. Bahkan pertanyaan tersebut kadang tak sempat terkuak saat beliau mengisi kuliah sekalipun. Karena setiap pasien itu berbeda dan membutuhkan perhatian yang berbeda pula. Apalagi kalau ujiannya sama supervisor yang senang menentir dan berhati emas dalam memberi nilai, hwaaa.. Jadi berasa tentiran bukan ujian itu mah. Hehe.

Selalu saja belajar banyak tentang hal-hal yang baru setiap kali saya ujian. Selalu saja ada ilmu-ilmu baru yang saya dapatkan setiap kali ujian. Walaupun ujian pasti membuat saya seperti orang bodoh yang sangat dangkal ilmunya. Hwaaa.. ternyata butuh kesabaran dalam belajar itu. Semangat terus!!

Tuesday, August 2, 2011

Puasa Pertama

Bismillah..

Puasa pertama, aku ditemenin lo kali ini. Ditemenin sama temenku, dia nginep gara-gara Senin kita ujian. Sahur pertama jadi ada yang nemenin. Padahal itu adalah puasa pertama di Romadhon pertama bareng suaminya. Aku kaget aja dia mau nginep, kan aneh sekali, tapi sudah bisa ditebak, suaminya lagi jaga soalnya. Cari pelarian deh aku. Sudah biasa, aku memang cuma dijadikan pelarian. *loh? haha..

Jadi inget puasa pertama tahun lalu. Aku masih suka masak-masak sendiri, jadi berkesan. Tapi, sekarang, boro-boro ni.