Tuesday, June 16, 2009

“Forensik Odonthogi: Menggunakan Gigi untuk Identifikasi Korban”

Forensik odonthologi sangatlah penting dalam hal keperluan untuk mengidentifikasikan korban bencana, terlebih lagi apabila korban sudah tidak bisa teridentifikasi dari fisiknya, maka gigi bisa berbicara untuk memberitahukan informasi-informasi penting yang bisa digunakan untuk mengidentifikasikan korban. Identifikasi ini penting karena untuk perwujudan HAM, menentukan seseorang secara hukum, dan juga berkaitan dengan bidang santunan, warisan, asuransi, pensiun, maupun untuk menikah kembali bagi pasangan yang ditinggalkan. Apabila manusia ini tidak teridentifikasi maka semuanya akan sulit.

Terlebih lagi jika korbannya hangus terbakar dan mengalami pembusukan tingkat lanjut yang sulit untuk dikenali serta tidak dapat dilakukan identifikasi melalui pemeriksaan konvensional. Identifikasi melalui gigi memiliki kontribusi yang tinggi dalam hal ini. Kenapa gigi yang dipilih? Karena gigi merupakan bagian terkeras dari tubuh manusia yang komposisi bahan organik dan airnya sedikit sekali, dan sebagian besar terdiri dari bahan anorganik sehingga tidak mudah rusak. Selain itu, orang identik data gigi dan mulutnya adalah satu berbanding dua miliar penduduk dengan asumsi jumlah penduduk tiga miliar. Bahkan, dari gigi geligi, kita dapat memperoleh informasi tentang umur, ras, jenis kelamin, golongan darah, ciri-ciri khas, dan bentuk wajah atau raut muka korban.


Gigi untuk Identifikasi Jenis Kelamin

Melakukan determinasi jenis kelamin melalui pemeriksaan gigi sulit pada umumnya. Identifikasi jenis kelamin dari gig bisa melihat dari besarnya ukuran gigi dan dari bentuk gigi. Pada umumnya, laki-laki ukurannya labih besar. Sedangkan untuk perempuan, caninusnya lebih lancip dan ukuran lebar bucolingualnya lebih sempit. Perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki juga bisa dari perbedaan besar ukuran gigi Incicivus 1 dan incicivus 2.

Selain itu, determinasi jenis kelamin juga dapat dengan menggunakan kromosom Y dari pulpa dentin. Sebenarnya identifikasi dengan kromosm Y juga bisa dengan specimen lain, yaitu seperti rambut. Kromosom Y ini dideteksi dengan menggunakan mikroskop electron dan dengan kuinakrin.

Ada penelitian lagi, yaitu dengan mengisolasi sex specific binding pattern dari profil DNA kromosom X dan Y ayung dikembangkan dari specimen yang masih bagus maupun yang sudah jelek.

 

Gigi untuk Identifikasi Ras

Melalui gigi kita pun dapat mengidentifikasi ras seseorang. Determinasi ras dengan tulang secara tradisional difokuskan pada karakteristik kraniofasial, misalnya proporsi perbandingan orbita dan nasl area, karakteristik lubang nasal, batas nasal terbawah, bentuk pallatum, kontur tulang pipi, dan lain-lain. Prespektif gigi dari mandibula maupun gigi dapat merefleksikan karakteristik ras. Determinasi ras dapat diilihat dari ukuran dan bentuk gigi (insisivus berbentuk sekop, carabeli’s kuspis, enamel, bentuk pulpa dentin). Karakteristika yang dapat ditemukan diantarnya adalah:

  • Dagu yang menonjol ditemukan pada orang Eropa dan beberapa orang Asia.
  • Dagu yang bulat ditemukan pada orang australia Aborigin dan orang-orang kepulauan Asia Pasifik.
  • Dagu dengan bentuk diantaranya dapat dijumpai pada orang Afrika dan AfroAmerika.
  • Yang mengalami eversi paling besar pada orang Eskimo dan Amerika India.
  • Mandibula yang pergerakannya keras biasanya pada orang Hawaian.
  • Insisivus berbentuk sekop pada orang-orang Asia dan Amerika India.
  • Carabeli’s kuspis pada permukaan mesolingual insisivus 1, 50% pada orang Amerika putih, 34% pada AfroAmerika, dan 5-20% pada Amerika India.
  • Gigi besar dengan mahkota lebar biasa dijumpai pada orang Aborigin Australia, Melanesia, Amerika India termasuk Eskimo.
  • Gigi kecil pada orang kecil Lapps dan Bushmen.
  • Adanya ciri khas berupa open bite pada orang suku Negroid.

Gigi untuk Identifikasi Usia
Identifikasi dengan melihat pertumbuhan gigi ini memberikan hasil yang lebih baik daripada pemeriksaan antropologi lainnya. Pertumbuhan gigi secara reguler terjadi hingga usia 15 tahun. Pertama kali, pertumbuhan gigi desidua terjadi pada minggu ke 6 intra uteri. Dilanjutkan dengan mineralisasi gigi pada minggu ke 12 - 16 yang akan dilanjutkan setelah bayi lahir. Saat bayi, aapbila terjadi trauma dapat menimbulkan kelainan sel  berupa neonatal line, yaitu garis tipis yang memisahkan enamel dan dentin. Hal ini terjadi karena trauma tersebut dapat merangsang stress metabolik yang mempengaruhi pembentukan sel gigi. Neonatal line ini akan tetap ada walaupun seluruh enamel dan dentin telah dibentuk. Jdi, neonatal line ini bisa menjadi salah satu ciri yang bisa ditemukan saaat mengidentifikasi wayat bayi yang tidak dikenal.

Pembentukan enamel dan dentin ini dapat digunakan untuk identifikasi dengan melihat ketebalan dari struktur di atas neonatal line.
Pertumbuhan gigi permanen diikuti dengan penyerapan kalsium, dimulai dari gigi molar pertama dan dilanjutkan sampai akar dan gigi molar kedua yang menjadi lengkap pada usia 14 - 16 tahun. Penentuan secara klinis danradiografi juga dapat digunakan untuk penentuan perkembangan gigi. 

Penentuan usia antara 15 dan 22 tahun tergantung dari perkembangan gigi molar tiga yang pertumbuhannya bervariasi. Setelah melebihi usia 22 tahun, terjadi degenerasi dan perubahan pada gigi melalui terjadinya proses patologis yang lambat dan hal seperti ini dapat digunakan untuk aplikasi forensik.

Penentuan identifikasi korban melalui gigi juga bisa dengan melihat kandungan asam aspartat yang dikandung dalam gigi. Asam aspartat bisa digunakan untuk mengestimasi umur gigi. Asam aspartat terdiri dari gugus L amino dan D amino. Telah dilakukan penelitian dan didapatkan hasil bahwa rasio coronary asam aspartat D amino dibandingkan L amino yang lebih tinggi dijumpai pada kelompok umur ang lebih muda.

 

Daftar Pustaka:

Julianti R, dkk. Peranan Forensik Odontologi Dalam Bencana Masal. [online] Available from: http://yayanakhyar.wordpress.com/2008/11/23/peranan-forensik-odontologi-dalam-bencana-masal/

Stimson PG, Mertz CA. Forensic Dentistry.

Pentingnya Dokter Gigi Identifikasi Korban Bencana Massal. [cited April 2009]  Available from: http://www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=755&Itemid=1

Atsu S, Aka P, Kucukesmen H, Kilicarslan M, Atakan C. Age-related changes in tooth enamel as measured by electron microscopy: Implications for porcelain laminate veneers
The Journal of Prosthetic Dentistry, Volume 94, Issue 4, Pages 336-341
Available from: http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0022391305004348

 

 

 

 

 

 

 

2 comments:

  1. Lho tugasnya kok malah dipost di blog Ima. Harusnya kan dipost di email pak gunawan bukan... Hihi...

    ReplyDelete
  2. sekalian jar...berbagi..daripada cuma masuk ke email pa gun aja dan tersimpan di dataku aja..hihihi...^^,
    tugas terbaru belum ku kirim nih..semangaattt!!!^^

    ReplyDelete