Saturday, April 17, 2010

Panum, Sebuah Langkah Awal dari Sebuah Pengabdian Besar..

BIsmillah..

*judulnya agak gilani gimana gitu..sok puitis gimana gitu..
tapi yah..inilah hidup..maaf jika mengecewakan dan g nyambung dengan isi, hehe..
namanya juga suka-suka yang nulis..

Panum..panum..panum..
Singkatanya Kepaniteraan Umum..
Tak terasa semester 8 udah berjalan 6 minggu..
2 minggu pengantar panum..
2 minggu untuk modul abdomen..
dan 2 minggu juga untuk modul BUPEK(bayi, umum, psikiatri, ekstremitas dan kulit)..

Apa ilmu yang udah kudapat?
Banyaaakkk...
Semester 8 ini ternyata sangat aplikatif, bukan lagi sekedar belajar teori..
Kita disuruh mepraktekan ilmu kita, tapi masih secara tidak langsung. Tahapan yang harus kita jalani sebelum menapaki yang lebih berat!! (jyaaahh..bahasanya malesin bgt..)
Di sini, kita pura-pura jadi dokter dengan pasien yang juga pura-pura, bener-bener serba kepura-puraan yah hidup ini.. hufh.. *eitss..g nyambung nih..(jangan2 aku flight of ideas lagi..)
Jadi, dipanum ini, kita  belajar menganamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis keliatannya emang gampang, tinggal nanya aja dan semua protab habis ditanyakan, beres!! tapi ternayta tidak!! *hm..akunya aja kali ya yang nggak mahir..mungkin kata bapak2 dokter di sana atau ibu2 dokter bahkan mbak2 koas dan mas2 residen merasa anamnesis mah gampang dek..kan gitu2 aja..* haduuu..tapi ko aku tidak merasakannya ya..mungkin karena butuh jam terbang yang lebih banyak dalam menanyakan orang kali ya.. dimana-mana pengalaman itu tidak bisa mengalahkan teori manapun. Pengalaman is the best book..
Selain itu, di panum ini kami juga mendapatkan setumpuk kasus-kasus yang dipecahkan bersama, saling mengemukakan pendapat untuk nantinya diambil kesempulan..hm.. semuanya masih dilakukan bersama-sama..untuk membentuk pola pikir kita untuk mengarahkan dalam mendapatkan sebuah diagnosa kerja..

Oleh karena itu, kenapa tadi saya bilang panum ini merupakan tahapan? tahapan sebelum pendakian yang lebih jauh lagi.. Jadi, biar kita g kaget pas ntar udah terjun langsung dengan pasien yang sesungguhnya dan tidak bisa lagi ada manipulasi bahkan kepura-puraan, biar kita nggak jet lag ngadepin itu! Biar lebih mulus lah bahasa kerennya. Jadi, kita dilatih terlebih dahulu di panum ini. Terus juga, setelah panum ada tahapan lagi sebelum menuju koass, yaitu ko muda. Komuda sudah terjun langsung ke rumah sakit dan menghadapi pasien, tpai belum dilepas sepenuhnya seperti koass, komuda diberi kesempatan untuk menyesuaikan diri di klinik dan mengenal lebih dalam kondisi dari tiap stase yang ada di rumah sakit, yang kelak ketika koass kita akan belajar lebih jauh dan mendalaminya dengan waktu yang pun lebih lama dibandingkan komuda. Dengan tahap-tahapan itu semua, saya berharap bisa menggunakan semuanya dengan maksimal dan belajar lebih banyak agar kedepannya lebih baik dan tidak mengulang kesalahan-kesalahan yang sudah-sudah. Semuanya, baik  panum, komuda, dan koass tidak akan pernah terulang lagi, sebuah kesempatan besar untuk belajar dan memperdalam ilmu ini, karena ketika telah lulus, maka tidak ada lagi kesempatan itu. Kita menjadi sosok yang mandiri, sosok yang harus mampu memutuskan segalanya sendiri tanpa ada yang menyalahkan atau mengingatkan. Mungkin, lebih sadis lagi, yang mengingatkan bukan lagi sebuah kemarahan yang dengan maksud baik pada kita agar kita tidak menjadi dokter yang asal, kemarahan yang penuh dengan pelajaran dan kasih sayang dari seorang senior, tapi ketika telah lulus, maka semua adalah pertanggungjawaban kita, yang menjadi pengingat kesalahan kita adalah pasiennya langsnug, atau bahkan pengacara-pengacara di luaran yang senantiasa mengamati kerja kami dan mencari celah sekecil mungkin agar bisa menindak kami di pengadilan. Betapa parahnya bukan? Padahal seorang dokter pun adalah manusia yang senantiasa melakukan sebuah kesalahan dan keluapaan. Itu fitroh manusia! Oleh karena itu, bagaimanpun juga kita tetap harus melakukan sebaik mungkin dan senantiasa sesuai dengan protab.

Intinya..manfaatkan sebaik mungkin kesempatan untuk belajar, karena nanti ada kalanya kita akan merasa kangen dan ingin menggunakan kembali kesempatan tersebut.. *hyaaa..hukum alam kali ya.. penyesalan selalu muncul belakangan..haha..makanya g boleh menyesal akan apapun yang sudah kita lakukan..semua tindakan pasti ada risiko! Seperti dosen MRS ku bilang saat kuliah, setiap pengambilan keputusan itu pasti ada ketidakpastian dibelakangnya..
Makanya, sekarang ambil keputusannya buat belajar ya ma..bukan buat main-main lo..
(Sindirin besar buat diriku yang selalu bermain-main, bahkan lebih suka memikirkan hal g penting dibandingkan sesuatu yang lebih penting dan lebih bermanfaat, hufh..fiuh..)

4 comments:

  1. makasih mba.. :)
    padahal ini curhatan geje mba karena semester ini saya merasa terlalu banyak melakukan hal yang geje juga, hehe..

    ReplyDelete
  2. apakah hunting something nice to be captured itu sesuatu yang gaje juga? hahaha, nice note eniwe :P

    ReplyDelete
  3. hyaaa luk..itu mah jarang2..lebih sering gejenya diluar itu..

    *jangan jadikan sesuatu menjadi rutinitasmu..karena rutinitas akan mematikan kreativitasmu..
    hwaaa...semangat2!!

    ReplyDelete