Tuesday, November 30, 2010

Benarkah Wanita Tidak Bisa Memasak?

“saya tidak bisa masak”

Cukup banyak wanita yang berujar seperti itu. Salah satunya adalah ibu saya. Ibu adalah seorang anak yang dulunya tidak bisa memasak sama sekali, berbeda dengan saudara-saudaranya yang lain, dimana sangat jago dalam memasak. Dan memanglah begitu ibu saya, sangat malas jika disuruh memasak. Dia lebih senang untuk mengurusi rumah dibandingkan mengerjakan pekerjaan seperti memasak ini. Dia  tidak pernah ingin belajar memasak saat kecilnya. Tetapi ternyata, setelah beliau menikah, tidak ada kata selain, “masakannya sangat enak!” ibu sangat jago memasak, walaupun kata ibu, ibu bisa masak asalkan untuk kalian saja, kalau untuk orang lain, ibu tidak bisa.

Itu pula yang teman saya katakan, “aku bisa masak karena ada suamiku yang mau memakannya, kalau bukan dia, aku pun tidak mungkin bisa memasak.” Padahal dulunya teman saya ini, keukeuh sekali bilang bahwa dia tidak bisa masak. Saat dilamar pun dia mengatakan bahwa dia tidak bisa memasak. Tapi buktinya setelah menikah, 2 kali saya merasakan masakannya, rasanya sangat mantab!! Saya jadi teringat ceritanya saat dulu kala, ketika dia bercerita untuk menggoreng saja dia merasa kesulitan, tapi sekarang dia menjadi seorang wanita yang pandai sekali memasak. Hebat!

Soal rasa, itu penyesuaian lidah menurutku. Ibu pun masakannya kadang tidak enak, kadang hambar, kadang biasa-biasa aja, tapi tidak jarang masakannya luar biasa enak. Kalau masakan ibu sedang spesial, maka saya akan berkata, “ibu, masakannya enak sekali” dan ibu akan menjawab, “ini karena ibu masaknya dengan kasih sayang”

 Yup, betul. Jika kita membuatnya dengan penuh cinta dan keikhlasan maka akan terpancar pada rasa masakannya. Sepertihalnya juga orang yang hatinya tulus dan penuh cinta, maka akan terpancar pada sikapnya.

Ibu pernah berkata padaku, bahwa jika anaknya meminta, maka ibu akan berusaha dengan keras untuk memenuhi pintanya. Saat aku ingin sate padang, ibu tidak sampai hati, ketika aku pulang beliau membuatkannya untukku. Padahal sebelumnya, ibu keukeuh sekali tidak ingin membuatnya, beliau sangsi karena sebelumnya, beliau belum pernah membuatnya dan dirasa terlalu ribet, udah gitu cape-cape buat,  gda yang makan. Tapi, ternyata dengan kemauan dan keinginan yang kuat demi rasa sayangnya pada anaknya, beliau berhasil membuatkannya untukku, dan menurutku, itu adalah sate padang terenak yang pernah kucicipi. Sate mak syukur..lewaaaat..hehe..

Masih belum percaya kalau wanita pasti bisa masak?

Ini dibuktikan lagi dengan pernyataan temanku, yang menurutku dia adalah orang yang hidupnya sangat glamour. Orang-orang yang sangat akrab dengan salon kecantikan beserta segala perawatan tubuh lainnya, dan juga segala ekmewahan lainnya. Tapi, dia bercerita banyak hal pada kami tentang kemampuannya memasak. Dia memberikan banyak resep masakan yang sering dia masak. Dia pun bercerita tentang ibunya. Dulu sama sekali tidak bisa masak, bahkan setelah menikah dengan ayahnya. Tapi, lama kelamaan, mau tidak mau, seorang istri harus bisa memasak, tidak mungkin kalau harus beli makanan setiap hari, apalagi saat-saat dimasa krisi perekonomian keluarga, sehingga dibutuhkan keterampilan ini. Dan akhirnya, ibunya pun belajar untuk memasak agar lebih menghemat pengeluaran.

Belum menikah pun tetap bisa memasak..

Akhir-akhir ini, amat sangat banyak temanku yang ternyata dalam memenuhi makanan kesehariannya adalah dengan membuat lauk sendiri. Saya masih ingat, dulu saat kami masih di semester awal-awal, bahwa memasak adalah kemampuan luar biasa yang dimiliki seseorang. Hanya segelintir orang yang sanggup melakukannya. Salah sautnya adalah seorang wanita anggun yang kami kagumi dan terlihat amat sangat dewasa, bahkan kami memanggilnya ‘mami’. Tapi, ternyata sekarang semakin terbongkar semua keahlian teman-temanku yang lainnya, mereka semua ternyata rata-ratahampir  bisa memasak bahkan masaknya jago-jago, tidak tanggung-tanggung masakan western pun mereka bisa. Dan ntah kenapa saya senang menanyakan resep-resepnya sambil berujar dalam hati, pengen juga bikin. Tapi, tidak sekarang. Belum ada kemauan. Hehe..

Intinya, jika ada kemauan dan keinginan untuk mencoba dan berusaha. Maka, insyaAllah segala sesuatunya itu bisa dilakukan. Maka, para wanita yang saat ini masih ‘belum ada kemauan untuk memasak’ (saya tidak berkata tidak bisa, karena saya percaya semua wanita pasti bisa memasak), jangan khawatir, jika keadaan mendesak, kita pasti bisa memasak!! Hoho..


*sebuah mekanisme pertahanan jiwa yang terbentuk pada diri penulis..haha..

8 comments:

  1. kayaknya udah naluri klo perempuan bisa masak
    aku juga gak bisa masak
    tapi suka aja iseng2 masak hehehehe
    soal rasa ditanggung ma penumpang hehehe

    ReplyDelete
  2. iya..betul mba..
    naluriah kali ya mba..
    saya pun tidak bisa masak..tapi kadang2 suka bereksperimen sendiri kalo lagi iseng..walaupun soal rasa tidak ada yang menjamin..hehe.. :)

    ReplyDelete
  3. ma, lagi seneng ya bikin tulisan pake judul "Benarkah..."? :p

    ReplyDelete
  4. haha..iya ya? udah berapa tulisnku yang pake 'benarkah' lukse?
    *wah..kamu perhatian sekali..hehe..

    ReplyDelete
  5. haha..mba kiki jagoo..makanya bilang gampang.. hehe..

    ReplyDelete