Friday, November 26, 2010

Dari tukang parkir hingga supir bis..

Beberapa hari yang lalu, saya menonton sidak yang temanya retribusi parkir. Saya pun jadi ingin membahas tentang parkir. *mumpung berita juga lagi hot hot nya masalah parkir di ibu kota. Tapi, saya ingin membahas khusus ke arah tukang parkirnya dan segala kesemena-menaan yang lainnya, tentang pengalaman-pengalaman indah antara diriku dan dirinya. Tapi, saya tidak membahas dari segi hukum, cukup dari sudut pandang sosial aja.

Saya ini memang orangnya agak mudah terpancing untuk menonjolkan ketidaksukaan saya akan sesuatu, sebenernya ingin menegur langsung, tapi saya tidak cukup berani untuk melakukannya, tapi kadang saya memiliki keberanian itu lo. Akhirnya saya hanya bisa lebih sering menyindir secara tidak langsung, semoga mereka sadar dengan sindiran yang kuberikan dan mau berubah.

Semuanya pasti sering parkir dan diminta bayaran oleh tukang parkir dadakan yang ada di sana. Misalnya saat ke warung, beli pulsa, beli makan di tempat makan, dsb. Kadang memang diberikan tempat untuk parkir dan kita pun membayarnya, tapi kadang mereka itu sengaja saja membawa pluit dan berlagak mendatangi kami untuk menagih uang parkir, padahal saat kami markir, mereka entah kemana, eee..tau-taunya saat kita pergi, mereka sudah stand by dengan pluitnya itu sambil menggerakkan tangannya, tapi setelah kami kasih uangnya, mereka kembali menghilang ke mangsa-mangsa berikutnya. Ya ampuuuuun.. saya paling kesal dengan hal itu. Benar-benar tidak suka dengan kelakuannya. Okehlah, saya akan membayar atas jasa tempat (emang itu tempat punya mereka ya?) dan jasa atas bantuannya memarkirkan dan membantu dalam memeberikan jalan, misalanya saat nyebrang. Dengan sangat senang hati sekali saya sukarela memberinya, bahkan kalaupun seharusnya tidak ada retribusi parkirnya, ikhlas sekali saya ngasihnya. Tapi, yo kalo cuma numpang mejeng n nampang n menengadahin tangan sambil tiup-tiup pluit kok piye gitu.. Saya katakan dengan tegas, saya sangat tidak suka!! Saya anggap mereka itu sangat tidak bertanggung jawab, hanya mau menagih hak saja (hm..itu pun kalau bisa dibilang hak). Spontan saya akan kesal kalau diperlakukan seperti itu. tergantung emosi saat itu, kalau lagi stabil, maka saya akan diam sambil mengelus dada saja, kalau agak labil tampangku pasti langsung cemberut, dan kalau sedang kesal berlipat-lipat saya bisa negor tu bapak, “pak, bisa disebrangin?”, kalau bapak parkirnya udah ngilang aja, bisa marah-marah sendiri saya. Haha…

Ini juga terjadi pada tindakan kesewenangan yang dilakukan orang-orang lainnya (kaya g pernah aja berbuat kesewenangan, hehe..). Contoh lainnya lagi, orang ngerokok. Beuh..ini ni sangat menyebalkan. Ngerokok seenaknya di tempat umum. Sangat merugikan banyak orang. Kali ini bukan hanya saya yang dirugikan, tapi semua orang disekililingnya. Siapa juga coba yang suka asap rokok?? Hm..Jawabannya: orang yang juga suka ngerokok!! Kalau ada ayng ngerokok disekeliling saya, pasti saya kebuk-kebukan tangan saya didepan muka saya, kalau bisa sangat mencolok agar tu orang yang ngerokok sadar, dan juga sambil ngasih tampang jutek sedunia sambil ngelirik-ngelirik pelakunya. Haha.. udah gitu, aku tutup hidung saya dengan jilbab saya, itu juga dengan tingkah semencolok mungkin! Hehe.. Tapi, dudulnya ada aja yang g sadar, walau banyak juga yang jadi g enak ngeliat tingkah saya dan mematikan rokoknya. Parahnya lagi, ada kisah, waktu itu masih SMA atau tidak awal kuliah, masih tinggal di daerah, waktu itu saya naik elf, kendaraan umum daerah setempat, ada yang ngerokok! Hwaaa.. buete deh.. lalu, saya bilang lumayan keras, ”kata MUI rokok tuh haram lo pak.” Aku berharap, dia bakal mematikan rokoknya, ternyata tidak, malah semakin asik.. hoho..jangan-jangan bapak ini bukan orang islam lagi, jadi g berespon..

Ada lagi, pengalaman saya dengan supir kendaraan umum, hehe..
Ini paling membuat teman-temanku heboh. Lagi-lagi, ini sangat merugikan orang-orang. Contoh sikap tidak disiplin bangsa Indonesia (kaya kamu disiplin aje ma..keknya sama aja..hehe..). bagi yang sering naik angkot, naik bis, dan kendaraan umum lainnya, pasti tidak pernah jauh-jauh dari kata menunggu. Saya paling sebel, sama angkot yang berhenti seenaknya dipinggir jalan, mending nepi, ini mah sukanya rada ke tengah, di tepi belokan, dan ditempat-tempat yang tidak semestinya. Saya sebagai pengendara motor, dirugikan atas penghalangan jalan yang dibuat oleh angkot-angkot ini. Dan saya sebagai penumpang sangat dirugikan dengan lamanya angkot-angkot atau bis, dan kendaraan umum lainnya saat mengetem. Hati kecil saya yang g tegaan mengatakan, “mereka juga ingin cari rejeki ima, jadi sabar ya..” okehlah, aku sabar, tungguin. Lah masa iya mpe jam-jaman, siapa yang betah? (ekstrim bener contohnya.. pokonya lama lah..) itu kelewatan! Saya tidak sesabar itu. Lalu, hati saya yang lain berujar”g gitu caranya kalau mau nyari penumpang, bukan dengan merugikan penumpang lain. Toh kalau udah rejeki sambil jalan pun, insyaAllah g kemana, ada aja yang mau naik dan g perlu merugikan penumpang lain.”
Udah nunggunya dengan berhenti seenaknya ditempat yang g bener dan keberadaannya merugikan pengguna jalan lainnya, terus ngetemnya kadang g kira-kira lagi, merugikan penumpang yang memang mengejar waktu. Sangat tidak bertanggung jawab lagi, kalau sampe mesinnya dimatiin dan mereka malah turun meninggalkan para penumpangnya. Siapa yang tidak kesal diperlakukan seperti itu? *hebat sekali mereka yang sabar itu, saya harus banyak belajar sepertinya untuk sabar dengan segala tindakan tidak mengenakkan. Huft..
Oiya, puncaknya, saya pernah bertingkah sangat diluar jangkauan orang-orang (lebnih tepatnya teman-teman saya). Saat naik bis, tiba-tiba bis berhenti, lalu supirnya turun, dan tidak kembali-kembali dalam waktu yang lama tanpa menginformasikan pada kami, penumpang, gimana g geram, disuruh nunggu untuk hal yang tidak jelas seperti itu. semena-mena saja bapak supirnya. Ga bisa dibiarkan, lalu saya berpikir, harus diapakan ni supir biar paham bahwa dia itu g boleh begitu, coba diinformasikan, mungkin kami bisa menerima. Lalu, saya malah dengan dudulnya, pindah ke deket bangku supir dan memencet klaksonnya. Haha.. *parah banget emang aku ini..

Untuk itu, mengapa teman saya menjuluki saya preman, karena terkadang saya amat berani. Tapi, saya serem aja kalau mpe g terkontrol. Ingin jadi yang kalem aja, diem melihat kesewenangan, hm.. g juga..tapi mungkin caranya harus lebih halus.

Overall, saya sangat tidak suka tindakan yang merugikan orang lain, jadi harus berusaha untuk mengaca diri agar tidak merugikan orang lain dan berbuat dijalurnya. Dan semoga kita semua tidak tergolong pada manusia yang senang merugikan orang lain. Dan semoga tetap diberi kesabaran dalam menghadapi segala hal yang tidak mengenakkan dan merugikan. Amin.. *hehe..

4 comments: