Sunday, February 20, 2011

Ilmu Dari Ujian

Ini dia, beberapa ilmu-ilmu baru yang saya dapatkan saat ujian. Benar juga kata ibunya, kalau kita biasanya baru paham, emang saat ujian. Karena baru tau, yang ditanyain itu apa aja. Sewaktu di Jiwa juga seperti itu, saya baru ebnar-benar paham, saat ujian itu. Waktu dulu masih kuliah apa lagi, saat ujian itu, saya baru sedikit ngeh maksudnya. Tapi, saat ujian itu, saya jadi merasa tidak tau apa-apa. Hoho.. Kalau kata ayah, yang penting kita bisa belajar dan jadi tau setelah itu. Yup..yup..makanya sekarang saya tulis, ilmu-ilmu baru bagi saya pribadi..

Pertama ibunya tanya, “kamu tau artinya ileus?”  spontan kami menjawab, “usus” beliau langsung menggeleng-geleng, lalu memberitahu kami, “ileus itu asal kata dari ileos, artinya nyeri perut.”

“kamu tau kenapa ada tanda coil spring? Patofisiologinya bagaimana?”
Jawaban kami rata-rata sama, “adanya obstruksi usus membuat usus berdilatasi, usus terisi udara, sehingga dindingnya semakin jelas memberikan gambaran dari plika sirkularisnya.”
Dan beliau.. menggeleng-geleng, lalu memberitahukan yang benar, “obstruksi usus itu membuat usus terus berkontraksi tapi adanya obstruksi, membuat semakin kencang sebagai kompensasi, akhirnya usus distensi, dindingnya kemudian mengalami penebalan akibat udem sehingga gambaran plika semakin terlihat jelas, kemudian udemnya juga mengeluarkan cairan, sehingga udara usus yang berlebih akibat tidak terserap pun bersama dengan cairan usus tersebut memberikan gambaran air fluid level pada foto LLD.” Kurang lebih si seperti itu yang saya tangkap.

Lalu ada gambaran dislokasi sendi bahu (red: artikulatio glenohumeri) kanan. Kami mencoba mendeskripsikannya dan menjawab dislokasi sendi bahu kanan. Tapi, beliau tetap geleng-geleng, lalu bertanya, “sudah? Cukup hanya menjawab dislokasi sendi glenohumeri kanan saja?” kami terdiam. “coba kalian lihat, arah panah sebelah marker itu menandakan apa?” ngeeek.. apakah itu? Selama ini kami tidak pernah melihatnya, lalu, beliau menerangkan, “itu tanda pasiennya dengan posisi abduksi dan adduksi” kata beliau, tidak perlu lagi dengan foto lateralnya kalau seperti itu. Lalu kami, ditanya lagi, “itu dislokasinya tipe yang mana?” haduu.. seriusan saya tidak belajar segitunya, macam-macam dislokasi sendi bahu, apaan itu. Lalu ibunya berkata lagi, “ke arah mana?” hooo... kujawab, “anterior” memang tampak sekali itu terjadi pergeseran ke anterior, dan beliau tetap tidak puas kemudian melanjutkan bertanya, “tau dari mana?” ngeeekk, makin pusing saya. Saya pun terdiam. Dan beliau kemudian melanjutkan, “dilihat dong, kalau caput humerinya lebih ke bawah, berarti itu dislokasi ke anterior, sedangkan kalau caputnya lebih ke atas itu berarti dislokasi ke posterior.” Hwaa..ilmu baru lagi.

“sekarang, coba sebutkan fraktur-fraktur khusus, fraktur boxer apa?” dengan lancar kami menjawab, “fraktur pada metacarpal V” beliau puas sepertinya, tapi itu tidak cukup untuk beliau, pertanyaan berikutnya, “fraktur colles?” dengan lancar kami pun menjawab, “fraktur basis radii disertai dengan angulasi ke posterior.” Ternyata itu kurang memuaskan beliau, “apanya yang angulasi?” , dengan dudul saya jawab, “tulang radiusnya”, ibunya senyum-seyum, “iya, tapi bagian apanya?” oh..baru ngeh.. “fragmen distalnya” tetep, itu belum cukup, “udah itu aja? Fraktur colles cuma itu?” wedeh.. apalagi? kita bingung, terus kita diem deh. Seperti biasa ibunya menambahkan, “fraktur colles kan banyak variannya. Coba dicari.. ” hihi.. parah banget ya kita, kompakan bener ga tau nya. Tapi, berdasarkan buku yang kita baca memang g nyebut-nyebut variannya, jadi kita g tau deh.

Udah gitu, masih seputar fraktur, ada fraktur collum femoris. Padaha kita udah ngasih kesan yang kupikir udah cukup, ternyata menurut ibunya itu masih kurang. Karena  menurut beliau, fraktur collum femoris itu ada bagian-bagiannya lagi. “ini bagian mananya collum?” Kita bingung, ngek ngok, collum kan bagiannya tulang femur, ini mau dibagi lagi, apaan coba? Saya mengingat bagian-bagiannya. Intertrochanter kah? Sepertinya itu masih di collum. Argh.. bingung. Terus, aku cuma bisa bilang, “distal collum femur.” Ternyata masih kurang tepat, “iya, apa namanya? Kan ada nama-namanya, cervical, intertrochanter, dsb. coba kalian cari lagi ya.” Huduuuu. Dari buku-buku yang kucari (bukan textbook radiologi si pastinya), gda yang nyebutin gitu, buka atlas anatomi, juga g nyebutin bagian-bagian collum femur sedetil itu lagi. Haduuu.. Akhirnya, kami tanyakan ke residen,ternyata kata beliau ada, tapi dia juga nyuruh kita buat nyari-nyari sendiri. Bingung kan, buku apa yang harus dibaca? Hehe..

Terus lagi, kami ditanya, saat membaca CT Scan kepala. Di kiri atas kan ada satu kotak yang gambarnya kepala, dengan garis-garis tempat potongannya kan ya. Nah, ibunya nanya ke kita, “kalian tau ini apa?” kita mentok-mentok cuma bisa bilang, “markernya bu, untuk tau tempat potongannya.” Beliau senyum, kemudia berkata, “iya, namanya apa? Kalau kalian tidak tau bilang aja tidak tau.” Kompakan kita semua bilang, “tidak tau dokter.” Lalu beliau, memberitahu, “ini namanya scanogram, diinget-inget ya. Ntar di bedah saraf kamu bisa ditanyain loh. Kalau MRI medula spinalis markernya itu namanya MR Myelogram. Kalian udah pernah ngeliat MRI? Di sini memang gda si, tapi setidaknya kalian bisa lah ngebedain dengan CT, coba saya tunjukkin.” Lalu, kami dicariin gambar MRI, dan ibunya hanya menjelaskan, kalau MRI, makenya intensitas, kalau CT makenya densitas. MRI itu membuat tulangnya berwarna hitam, dan parenkim otanya justru terlihat lebih jelas. Inilah mengapa, kalo mau lihat jaringan lunak, memang imaging pilihan yang paling bagus MRI. Sedangkan kalo tulang, CT tetap pilihan utamanya.

Selain itu juga, dikasih tau banyak hal yentang ilmu-ilmu yang canggih lainnya di radiologi, ini si seputar pengetahuan kita saja, bukan kompetensi kita sebenarnya, tpai penting diketahui dokter umum, biar kalau mau ngerujuk ataupun memberikan alternatif terapi jadi tau. Kalau kata beliau si, “radiologi itu sebenarnya banyak tindakan-tindakan yang maco nya kok, yang cocok buat laki-laki juga. Sering ikut tindakan bedah juga. Tapi ya itu dibelakang layar jadi tidak terlihat. Kaya tindakan arteriografi, itu kan juga butuh keterampilan.” Haha, gara-gara residen banyaknya perempuan kali ya, ibunya jadi promosi juga. Beliau, menanyakan tentang TACE. Pastinya, kita gda yang tau, dan beliau kecewa. Katanya, gagal promosi kalau begitu. Jadi, TACE ini singkatan dari Trans Arterial Chemo Embolization, salah satu metode untuk menghilangkan/mengecilkan tumor. Jadi, dengan embolisasi yang terjadi itu, mengakibatkan aliran darah ke tumornya itu terhambat, sehingga pertumbuhan tumor menjadi terhambat, dan juga ditambah pemberian chemoterapi untuk tumornya. Kurang lebihnya begitu yang beliau jelaskan secara singkat. Ada juga TACI (Trans Arterial Chemo Infusion) masukin chemoterapinya lewat infus. Gimana penjelasannya aku juga bingung, g dijelaskan waktu itu.

No comments:

Post a Comment